DICE. 44

41 14 3
                                    


"Selamat datang di rumahku, Adik Kecil."

Kening Gala berkerut dalam. Matanya memicing curiga. Segera ia sedikit menggeser posisi Bellamie ke belakangnya. Yang mana justeru membuat Seth tertawa keras. Matanya sampai hampir berair saking gelinya ia tertawa.

"Kau tak perlu bersikap seperti itu, Gala."

"Kau mengenalku?" tanya Gala masih dengan kecurigaan tersendiri. Ia juga merasakan genggaman tangan Bellamie sedikit kuat di tangannya.

"Bahkan sejak kau masih di kandungan." Seth memilih menyapa secara langsung pada kedua tamunya. "Dan ... selamat datang untukmu, Bellamie Rosaline."

Gala bukannya menurunkan sikap waspadanya tapi makin jadi. Ditatapnya pria ini dengan lekat. Wajahnya yang terlihat lebih muda darinya, perawakannya yang hampir sama sepertinya; agak kurus, belum lagi kulitnya yang agak pucat.

"Ah, izinkan aku memperkenalkan diri." Seth berdiri sedikit berjarak dengan Gala. Matanya menelisik dalam pada pemuda yang berdiri di depannya ini. Terakhir kali ia berkunjung ke Metro Selatan, ia mencuri sedikit waktu untuk sekadar mengecek keberadaan Gala. Dari kejauhan di mana pemuda itu tengah sibuk merapikan kantung-kantung sampah. Ingin menghampiri tapi Seth tau, risikonya terlalu besar.

Akan jadi sebuah tanya besar seorang Seth Rafael berkunjung ke Lot 1 yang jauh dari pusat kota dan menemui Gala. Bisa-bisa nyawa pemuda itu terancam. Saat itu penampilannya berbeda dari yang ia temui sekarang. Di sini, di ruang kerjanya, seorang Galaksi Haidar berdiri dengan gagahnya. Matanya awas mengamati sekitar dan dalam mode waspada tingkat tinggi. Seolah ia siap bertempur kapan saja.

"Aku, Seth Rafael. Penguasa Metro Timur."

Gala sedikit menurunkan tingkat waspadanya. Berulang kali memandang tangan yang terjulur di mana ada irings senyum di wajah sang lawan bicara. Apa benar dia Seth? Penguasa Metro Timur? Kenapa wajahnya tak terlihat seperti penguasa? Malah seperti dirinya juga ... Luke? Astaga. Kenapa di saat seperti ini kepala Gala malah mengingat teman kerjanya itu. Teman yang tak ramah dan sombong tapi sekarang menatap Gala dengan pandangan takut.

Ragu, dibalasnya uluran tangan itu. "Galaksi Haidar."

Seth mengangguk pelan. "Silakan duduk. Dan tolong jangan beri aku tatapan seperti itu, Gala. Aku bukan musuhmu."

"Pengalamanku mengajarkan untuk terus bersikap waspada siapa pun lawan bicaranya, Tuan."

Seth tergelak. "Astaga, ya ampun. Itu kata-kataku, Gala."

Baik Gala juga Bellamie tak langsung menuruti apa yang Seth katakan biarpun di sisi kanan, meja berisi jamuan terhidang di sana. Di mana Seth bergerak mendekat ke arah meja. "Oh, ayo lah. Aku bukan musuh kalian. Tidak kah kalian penasaran kenapa kalian menerima undanganku?"

"Kurasa dia bisa sedikit dipercaya, gala," bisik pelan Bellamie yang membuat Gala mengangguk pasrah. Bellamie sendiri cukup khawatir karena di ruang ini terlihat aneh dan seperti ditelanjangi lewat banyak tatapan yang menyorot kea rah mereka. Mungkin hanya perasaannya saja tapi tetap saja, kejadian demi kejadian kemarin membuatnya takut. Ia belum siap kalau di sini akan terjadi pertempuran lagi.

Saat itu mereka bisa selamat tapi belum tentu di kesempatan lain akan selamat juga, kan? Juga semua hal yang Gala katakan mengenai Xavier masih membuatnya pusing. Belum sanggup mencerna semuanya. Begitu banyak tanya yang ada di kepala Bellamie tapi hendak bertanya ke mana dia?

Mereka duduk setelah dipersilakan. Dibantu beberapa pelayan untuk menata alat makannya. Melihat hal itu, Seth segera bertindak. Tangannya bergerak memerintahkan para pelayannya untuk mengeluarkan sajian terbaik khas Metro Timur.

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang