"Tidak ada orang lain yang akan merecoki pertarungan kali ini, Gideon." Xavier berkata tepat di atas kereta yang tiba-tiba muncul entah dari mana. Landscape kota Metro Selatan seolah berada di bawah kakinya. Pun posisi matahari yang terbalik membuat ia harus segera membiasakan diri. Dadu membawa mereka dalam dunia cermin di mana semua posisi dan tata letak serta apa pun benda yang bergerak di dunia yang seharusnya, justeru berlawanan arah.
Xavier pernah sekali memasuki dunia ini untuk menemui Cathleen sebelum dirinya jatuh tak sadarkan diri di mana menurut Kyler gadis itu seharusnya sudah meninggal. Namun entah apa yang menahannya sampai terpejam hampir tiga tahun lamanya itu. Ia harus segera mencari jawabannya di masa lalu yang hanya bisa ia masuki melalui dunia seperti ini. Ditambah waktunya yang sangat singkat. Untuk itu lah sebelum Xavier memasuki dunia cermin ini, ia harus benar-benar menghapal pada bagian mana dirinya akan melewati dan bertemu dengan Cathleen kala usianya 17 tahun kurang lebih.
Seorang kakek tua dengan penampilan yang cukup eksentrik di mata Xavier justeru yang ia temui. Bukan Cathleen padahal waktunya hanya tersisa lima menit sebelum ia ditarik kembali ke laboratorium Kyler saat itu.
"Siapa Anda?" Xavier berkali-kali melirik pada arloji lamanya.
"Kau mencari Cathleen?"
Pria itu tertegun lalu mengangguk pelan sebagai jawabannya.
"Gunakan ini." Satu kotak kecil ia berikan pada Xavier di mana matanya memicing curiga. Bagaimana tidak? Kotak itu berlapis emas yang sangat berkilau belum lagi berhiaskan banyak pertama di sekitarnya. Cantik sekali dan ia yakin itu bukan kotak sembarangan.
"Cepat lah sebelum kau sangat terlambat menyelamatkannya, Xavier Horratio."
"Kau ... yang menungguku?" Xavier cukup terkejut mendapati jika pria tua berjubah serba putih ini mengetahui namanya.
"Bisa dibilang kau nyaris terlambat. Aku tak bisa menunggu terlalu lama untuk kedatanganmu mencari Cathleen."
"Bisa Anda jelaskan apa ini?" Xavier tak menghiraukan kata-kata barusan. Matanya masih ia tujukan pada kotak yang baru saja ia terima.
"Kau akan tau gunanya nanti. Jangan pernah serahkan kunci ini pada orang lain selain saatnya tiba di mana ia harus kembali." Lalu pria itu mendorong Xavier cukup keras yang mana saat itu dirinya tak siap mendapati gerak dari sang pria tua. "Dari gadis ini lah akan lahir para pemimpin besar di mana kedamaian tercipta untuk waktu yang tak terhingga. Ingat itu, Xavier. Jaga ia dengan nyawamu."
Dunia itu kembali berputar membuat Xavier merasa mual dan sakit dadanya akibat tekanan yang ia rasakan. Kepalanya pun ia merasa seperti dihantam banyak hal yang mendadak berjatuhan di dekatnya. Sesekali ia menghindar tapi tetap saja banyak yang menimpanya. Ia berusaha menggapai apa pun tapi tiap kali tangannya menyentuh, tak ada yang bisa ia jadikan pegangan. Hanya kotak itu yang ia jaga jangan sampai terlempar ke mana-mana. Tak butuh waktu lama ia jatuh bersimpuh di mana lantai yang menjadi pijakannya segera saja beraroma obat-obatan juga agak anyir.
Ia terbatuk kuat dengan mata terselubung cairan yang menganggu.
"Kau tepat waktu, Xavier." Kyler tergopoh menghampiri pria yang masih mengalami distorsi waktu. Bahkan untuk sekadar mengangkat matanya saja ia masih belum mampu. Terbayang semua hal yang baru saja ia masuki harus berputar dan terbalik.
"Kau menemukannya?" tanya Kyler lagi dan kali ini ia tak sabar.
"Entah lah. Tapi ada seseorang yang memberikanku ini." Disodorkannya pelan kotak yang baru saja ia terima namun saat Kyler akan mengambilnya, Xavier tak lantas memberikannya. "Bisa kau beri tau sebenarnya ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DICE
Fantasy'Satu dadu meluncur, hidup kalian taruhannya.' Pendar itu nyata, senyata hidup Gala yang berantakan. Sendirian dan mengutuk siapa pun yang membuat dirinya ada di tengah kejamnya Metro. Hingga ia bertemu takdirnya. Di mana satu per satu mulai terlih...