Gala kembali memakai helmnya. Memutar arah menuju White House dengan segera. Ia sangat khawatir dengan keadaan ibunya. Hanya ditinggalkan satu pelindung kecil yang mana pastinya bisa segera dilumpuhkan oleh Gideon yang Agung. Mengingat sebenarnya kekuatan penguasa tertinggi Metro ini sangat lah besar. Namun geraknya terhenti mendadak. Gala merasa kebekuan menjalari seluruh syarafnya.
"DICE!" geramnya karena tau siapa yang melakukan hal ini padanya.
"Tunggu sebentar, Tuan. Aku yakin kedatangan Gideon yang Agung kali ini punya maksud dan itu berhubungan dengan dadu."
"Aku tak peduli," desis Gala. Ia mencoba sekali lagi mematahkan semua yang Dice lakukan tapi tak bisa. Kuat sekali ikatan tak kasat mata yang membelenggu dirinya ini "Dice! Ayo lah! Aku butuh bertemu ibuku!"
Dice tak peduli. Ia segera mencari informasi jelas dan segera menampilkan visual di mana ibu Gala ada di ruang khusus. Ia menghela napas lega. Sangat lega. "Anda bisa menyaksikan sendiri kalau Nyonya Bellamie aman."
Gala sedikit kesulitan untuk melihat apa yang Dice lakukan. Kacamatanya ia lepaskan dan tersimpan rapi di kanung jaket. Mengenakan helm full face membuatnya tak bisa bebas mengenakan kacamata. "Dice, kau ingin menguji sabarku?"
Dice menoleh dan terkekeh. Dimatikan system untuk menahan Gala dengan segera. "Maafkan aku, Tuan. Anda sekarang lebih menyeramkan ketimbang sebelumnya."
Gala berdecih. Segera mendekat pada Dice yang kini mengawasi ibunya dari jarak cukup jauh ini. "Apa kau yakin ibuku aman?"
Gadis hologram itu mengangguk. "Tingkat keamanan White House lebih dari sekadar Falcy Building juga Vore Club. Tak mudah untuk menyusup dalam system mereka apalagi saat Tuan Seth mengaktifkan pengamanan total. Banteng besar yang terbuat dari es uga dilapis dengan baja khusus membuatnya tak mudah ditembus. Bisa mengurangi begitu banyak tekanan dari pasukan luar. Lingkaran yang melintasi bagian udara Metro Timur juga sama. Bedanya aktif jika ada pasukan musuh dalam radius 5 kilo meter," terang Dice yang membuat Gala takjub.
"Kau atifkan mode siluman untuk kita, Dice. Apa karena Gideon masih menginginkan dadu?"
"Selalu, Tuan." Dice menoleh dan mengangguk pelan. "Gideon yang Agung ingin dadu itu kembali seperti yang ia katakan kemarin, kan? Sayangnya Anda pemilik sah biarpun Gideon yang Agung penciptanya."
Gala memfokuskan diri menatap tampilan di mana ibunya duduk dengan gelisah. Sendirian di ruang yang nyaman juga beberapa camilan. "Ibuku sendirian, Dice. Di mana Seth?"
Layar itu terbelah jadi dua di mana sisi satunya menampilkan Seth juga Gideon yang Agung. Di ruang yang sama di mana tadi Gala disambut secara khusus olehnya. "Bisa aku dengar mereka bicara apa, Dice?"
"Aku sedang mencobanya, Tuan. Kuharap masih dengan kode yang sama."
Untuk hal ini Gala sedikit curiga. Ditatapnya gadis hologram itu yang dengah sibuk memasukkan banyak sandi di layar kecil di mana dua kamera pengawas tengah mereka nikmati ini. "Kau bilang White House tak bisa ditembus system keamanannya, tapi kenapa kau bisa merentasnya, Dice?"
Dice tak menjawab pertanyaan itu, hanya menatap Gala sekilas lalu kembali sibuk. Membiarkan Gala keheranan sendiri dan setelahnya ... mereka bisa mendengar pembicaraan di sana.
"Jadi apa yang membawa Tuan Gideon yang Agung berkunjung tanpa pemberitahuan ini?" tanya Seth dengan tenang. Wajahnya terlihat berbeda dari sebelumnya. Sorot matanya tajam, gestur tubuhnya yang duduk santai sembari memainkan jemarinya tak terlihat sesantai itu. Ada sikap waspada di sana. Termasuk beberapa pengawalnya yang berdiri tak jauh darinya. Mereka semua menunduk tapi matanya awas mengawasi sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DICE
Fantasy'Satu dadu meluncur, hidup kalian taruhannya.' Pendar itu nyata, senyata hidup Gala yang berantakan. Sendirian dan mengutuk siapa pun yang membuat dirinya ada di tengah kejamnya Metro. Hingga ia bertemu takdirnya. Di mana satu per satu mulai terlih...