Gala cukup tenang menghadapi Selena yang mabuk. Ucapannya meracau tak keruan. Makiannya terhadap pekerjaan yang tak Gala tau, membuat kepala pemuda itu sebenarnya pusign juga. Ditanggapi salah, tak ditanggapi Selena malah memukulinya. Cukup merepotkan kalau gadis yang ternyata memendam rasa tertekan tersendiri terhadap kehidupannya. Belum lagi ia berkisah mengenai tuntutan ibunya yang selalu saja berpatokan dengan uang.
"Aku itu mencintai design baju, Gala, kau tau? Aku ingin memiliki butik tersendiri." Selena berhenti bicara. sedikit mengeluarkan suara dari tenggorokannya. "Hei, aku tak mabuk. Jangan memapahku seperti ini. Aku ini masih kuat meminum vodka lagi. Ah ... di mana itu tadi gelasku?"
Gala tetap memapah Selena menuju ruangan yang sudah gadis itu pesan. Tidak. Gala yang menyuruh Selena memesan satu ruangan khusus yang dari Dice informasikan, biasa untuk melanjutkan acara bersenang-senang di dalam klub ini. Sebenarnya Gala tak mengerti maksud bersenang-senang tapi saat ia melintas di salah satu ruangan yang tak tertutup pintunya, ia baru saja arti bersenang-senang yang dimaksudkan itu.
Gala tak tau siapa mereka tapi saling beradu lidah serta tindih menindih yang membuatny pening mendadak. "Apa kehidupan malam seperti ini, Dice?" tanya Gala pelan dengan mata melotot dan wajah memerah malu. Segera ia seret Selena yang malah melantur langkahnya. Ia ingin masuk juga ke ruangan yang penuh dengan banyak desahan juga lenguhan itu. Pakaian mereka yang Gala lihat, sudah tak lagi pada tempatnya.
Astaga. Mengerikan sekali tempat ini.
"Iya, Tuan. Belok ke kiri dan ruangan yang Anda pesan dua pintu jaraknya dari lorong yang Anda lewati." Dice memberitahu. Sejak mereka semua masuk ke dalam restoran, malam malam dengan embus angin yang cukup membuai mereka, ditambah obrolan-obrolan konyol di mana lebih banyak Selena yang bicara. Dice menyimak dengan baik karena Selena ini secara terbuka memberitahu bagaimana kegiatan di Vore ini berlangsung. Termasuk pekerjaannya yang diawasi langsung oleh pada petinggi Metro Utara di bawah Alexander Millian.
Dice pernah bertemu dengannya. Pria bertubuh tinggi tegap dengan rambut perak yang menjadi ciri khas. Wajahnya sedingin rambut putihnya itu. Belum lagi sorot matanya tak main-main dalam menatap lawannya. Keahlian utamanya menggunakan pedang di kedua tangannya. Tuannya dulu pernah berduel atas nama persahabatan di mana pedang Alexander di tangan kanannya hampir menerabas habis kepala Xavier tanpa ragu tapi tak dilakukan karena tepat satu inchi lagi gerak Alex, makan jantung Alex pun meledak di tangan Xavier.
Satu pistol andalan Xavier tepat berada di jantung Alex. Kalau duel itu dilanjutkan, mereka imbang. Sama-sama mati. Dice bisa memperkirakan hal itu.
Mengingat hal itu, ada rasa kehilangan yang mendadak ia rasakan karena mengingat sosok tuannya dulu. Bagaiman keadaannya sekarang? Benar kah kalau tuannya mati? Meninggalkan dunia yang memang tak ingin lama ia tinggali tapi ia memiliki tujuan, kan? Dice ingat saat Xavier mengatakan kalau tujuannya terhenti pada satu titik; Bellamie juga Galaksi Haidar. Dice berharap itu bisa terwujud segera.
Siapa tau juga, selama pengembaraannya mencari dan menyelamatkan ibunya, Gala pun memikirkan ayahnya. Walau selama ini sulit sekali mendapatkan simpati Gala mengenai sang ayah. Mungkin karena kenangan yang membekas dalam benak Gala terkait dengan Xavier sangat sedikit juga tak terlalu manis, makanya Gala kurang menyukai dan tak terlalu ingin membicarakan Xavier.
Kembali pada makan malam yang santai itu, tak lama Selena mengajak Gala untuk masuk ke dalam bar. Selena juga yang memeringati Gala agar tak mabuk tapi ternyata? Kalau saja Dice bisa keluar dari dadu, mungkin sebuah sumpah serapah sudah ia katakan untuk Selena, si gadis tak tau malu itu. Menurut Dice, Selena sangat menjijikan sebagai perempuan. Terang-terangan bergelayutan pada Gala yang terlihat lebih tampan dengan penampilannya malam ini ditambah, Dice ingat bagaimana wajah Selena yang hampir meneteskan liur melihat mobil yang terparkir di depan rumah Selena saat menjemputnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DICE
Fantasy'Satu dadu meluncur, hidup kalian taruhannya.' Pendar itu nyata, senyata hidup Gala yang berantakan. Sendirian dan mengutuk siapa pun yang membuat dirinya ada di tengah kejamnya Metro. Hingga ia bertemu takdirnya. Di mana satu per satu mulai terlih...