Apa yang Gala perkirakan mengenai malam yang mereka lalui di dekat bebatuan di tengah gurun Evermoon memang benar. walau pesawat Gideon yang Agung sering kali melewati mereka, tak ada serangan apa-apa. Hanya seperti memantau pergerakan mereka di mana Gala tak akan membuat pergerakan yang akan dicugai oleh Gideon. Senjata nanomite milik Gideon sangat berbahaya. Walau Kyler juga mempunya dan memliki penangkalnya tapi tak diproduksi secara massal karena menyalahi hokum yang ada di Metro. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat nanomite memang khusus dan kentara sekali kalau Kyler mendatangkannya dalam jumlah yang banyak ke Metro Barat. Ia sudah bisa memastikan kalau ada penyitaan kembali oleh Gideon jika gegabah memperbanyak senjata berbahaya itu.
Langit pekat sekali dengan taburan bintang yang sangat indah di sana. Tak ada penghalang apa-apa di mana Gala menyaksikan dengan penuh kagum. Kepalanya ia sangga dengan kedua tangan. merebahkan diri dengan seenaknya hanya dengan beralas satu kain panjang agar pakaiannya tak terkena pasir. Apa yang Gala bilang mengenai badai pasir yang akan terjadi tadi, sudah satu jam berlalu. Cukup mengerikan mengingat tak ada lagi tempat perlindungan yang cukup aman kecuali bebatuan tinggi ini. Setidaknya batu besar yang ada di dekatnya, bisa menghalau sedikit banyak pasir yang masuk ke dalam tenda.
Begitu badai berlalu, langit menawarkan keindahannya.
"Aku rindu ibuku, Dice." Gala menoleh pelan pada gadis hologram yang tak pernah jauh darinya. Bandul kalungnya sudah kembali, di mana terpancar cahaya jingga yang redup. "Apa beliau baik-baik saja?" Pemuda itu sangat mengkhawatirkan ibunya. Sejak kabar itu mencuat, sampai detik ini pun ia tak terlalu fokus menghadapi siapa pun yang ada di depannya. Tapi kalau sampai ia benar-benar kehilangan fokusnya, pasti akan terjadi kekacauan.
Yang tak ia duga, ayahnya masih berada di maskar Kyler Lamont di mana artinya, orang yang menculik sang ibu ingin menekan Gala dan membuat kesepakatan tersendiri. Juga terlihat kalau tak ada serangan di mana pihak Gideon tau, dadu akan terus melindungi mereka yang ada di dekat Gala. Gideon pasti menginginkan pertukaran yang sangat besar dan ia benar-benar pria licik nomor satu yang harus segera Gala musnahnya sepertinya. Ia tau titik terlemah Gala adalah seorang Bellamie. Akan ia lakukan apa pun untuk menyelamatkan sang ibu.
Apa pun.
Termasuk ... dadu.
Tapi bukan itu yang mengganggunya sejak tadi. Namun sekelebatan penglihatannya mengenai masa depan yang mau ditepis sekuat apa pun, itu sudah terlanjur menancap di kepala Gala. Dan sangat sukar untuk ia cabut karena menyangkut hubungannya dengan orang-orang terdekat. Sangat dekat dengannya. Mau dibilang jangan khawatir dan ia bisa mengubah masa depan, tetap saja ketakutan itu sangat lah besar. Ia takut, bukannya masa depan indah dan damai yang menunggu di depannya malah kesuraman tanpa ujung.
"Aku yakin Nyonya Bellamie baik-baik saja."
Gala mencoba mengangguk pelan. matanya kembali menatap langit dan mulai menikmati taburan bintang di sana. "Kupikir Metro Barat itu tak ada tempat yang indah dan memesona seperti ini, Dice."
"Kau melihat hanya dari tampilan luarnya saja, Tuan. Kurasa ... malam di sini cukup indah. Iya, kan?"
Pemuda itu terkekeh. Dipejamkan matanya dengan perlahan dan merasakan embus angin walau ada pasir yang menyertainya. "Akhirnya aku bicara dengan Ayah, Dice."
Gadis hologram itu menoleh dan tersenyum agak lebar. "Aku tau."
"Kau memperhatikan kami, ya?" Gala menoleh dan membuka matanya dengan cepat. Hal ini membuat Dice cukup terkejut dan tak bisa mengalihkan matanya ke mana-mana selain menatap tuannya dengan sempurna. Mata tuannya kembali pada bola mata aslinya. Hitam kelam juga tajam dan sepertinya banyak perubahan yang terjadi di wajah sang tuan. Terlihat lebih dewasa? Bukan. Tapi menurus Dice jauh lebih mendebarkan beradu pandang di situasi seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DICE
Fantasy'Satu dadu meluncur, hidup kalian taruhannya.' Pendar itu nyata, senyata hidup Gala yang berantakan. Sendirian dan mengutuk siapa pun yang membuat dirinya ada di tengah kejamnya Metro. Hingga ia bertemu takdirnya. Di mana satu per satu mulai terlih...