DICE. 84

20 13 3
                                    


Gideon menggeram kesal sekali. Amarahnya benar-benar membakarnya tanpa ampun. Berusaha sekali ia hindari amukan peluru yang tiba-tiba berjatuhan dari langit. Iring pasukannya dibuat kewalahan karena menyerang secara membabi buta seolah tak diberi juda untuk mereka melakukan perlawanan. Ditambah tak ada yang bisa mereka jadikan tameng dan perlindungan tersendiri di gurun pasir ini. Jadi lah mereka seperti dijadikan bulan-bulanan tersendiri bagi senjata yang tak kasat mata yang entah datangnya dari mana. Gideon tau dengan keyakinan penuh kalau ini semua adalah ulah Galaksi Haidar.

Pria besar itu pun mengamati dengan sangat gerak senjata yang melontarkan banyak peluru ke arahnya. Berasal dari arah timur laju ringannya itu. Maka ia siapkan satu senjata besar dan membidik melalui sensor panas yang ada di pembidik senjatanya. Tepat sasaran di mana ia diperlihatkan satu senjata besar otomatis yang seenaknya membuat lumpuh pasukan yang ia bawa ini. "Jangan pernah kau remehkan kemampuanku, Bocah Tengik!" Ia pun menarik pelatuknya. Satu peluru berkekuatan dahsyat pun melesat cepat dan menghantam senjata yang Gala sembunyikan. Menimbulkan satu bunyi ledakan yang cukup memekak disertai dengan api juga asap yang membumbung tinggi. Kepul asapnya yang pekat cukup menganggu penglihatan untuk sejenak, juga asapnya yang agak menyesakkan. Bau mesiu terbakar menguar dengan cepatnya.

"Jalan!" perintah Gideon dengan cepat. Ia melihat beberapa iring pasukannya tewas karena tembakan senjata tadi. Ia berdecak kesal. Bersumpah akan membalas apa yang Gala lakukan terhadapnya ini. Gideon sendiri langsung melajukan kendaraannya dengan cepat. Tujuannya tempat Maverick juga Alexander menghalau pasukannya mendesak Galaksi Haidar di bagian lain gurun ini.

Matanya menengadah pelan sembari memperhatikan jalan di depannya. Seharusnya ia sudah bisa melihat kepul asap yang pasti memenuhi langit Metro Barat karena serangan rudal nanomite-nya. Tapi kenapa hingga saat ini belum ada juga ledakan yang ia tunggu? Kalau pimpinan Metro Selatan juga Utara itu ikut tewas dalam ledakan, Gideon justeru sangat senang. Ia tak butuh membuang banyak tenaganya, kan?

"Keith, laporkan kondisi." Gideon segera menghubungi Keith begitu tau ada yang tak beres atas apa yang ia perintahkan belum lama ini. Tangan sebelahnya ia gunakan untuk terus menekan gas pada kendaraannya ini.

"Kami tengah menghalau efek nanomite yang meledak tak jauh dari pesawat induk ini, Tuan." Keith berkata dengan terbata. Ada ketakutan di sana tapi ia berusaha sekali untuk tenang. Walau sebenarnya ia sangat takut mengingat kegagalan di mata Gideon adalah hal yang tak termaafkan. Bekerja bersama pimpiman jagad Metro memang memberi dampak membanggakan baginya dan seimbang dengan rasa takut yang dipunya. Termasuk sekarang.

"Apa kau bilang?" Gideon sudah tak tau lagi seperti apa rona di wajahnya. Mungkin saja ungu saking ia kesal dan bergejolak marah yang dirasakannya sekarang. "PINDAI AREA SEKITAR PESAWAT KARGO! AKU YAKIN INI SEMUA ULAH GALAKSI HAIDAR! PERSIAPKAN SEKALI LAGI BOM NANOMITE!!!"

Keith terhenyak kuat mendengar suara teriakan penuh amarah dari Gideon. Bahkan para staff yang bertugas memantau jalannya pesawat yang berisi banyak amunisi perang serta diiring dengan banyak pesawat lainnya untuk menunggu perintah serangan udara, ikut terbeliak kaget. Mereka semua bisa merasakan betapa Gideon sudah dikuasai amarah yang sangat tinggi. "Ba-baik, Tuan."

"SEGERA!!!"

Gideon hampir saja membanting saluran telepon yang ia gunakan untuk memberi komando saking ia terbawa emosi. Dan hal itu lantas membuatnya makin menekan gas agar mereka cepat tiba di tempat pertempuran yang lain. Titik yang mengarahkan Gideon diperkirakan akan tiba dalam 10 menit lagi. Sedikit demi sedikit pun terlihat adanya kepul asal sisa ledakan dari arah yang ia tuju. Setidaknya kalau nanti Keith bergerak cepat, Gideon bisa menyeringai puas di mana kekalahan benar-benar ada di pihak Gala. Ia tak peduli siapa pun yang ada dan mendukung Gala. Baginya mereka semua dipandang setara. Musuh pihak penguasa dan pembelot ulung. Hukumannya adalah kematian. Lalu tekadnya untuk menghancurkan sebagian Metro terlaksana. Akan ia buat susunan baru di mana dirinya makin mengikrarkan diri sebagai sang penguasa tunggal.

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang