Tak sekali dua kali Gala menoleh ke belakang di mana ia tinggalkan Selena juga Mike. Tapi Dice terus menuntutnya untuk berjalan cepat. Entah apa yang ia kenakan di kaki tapi jalannya menjadi lebih cepat. Atau ada sesuatu di alas sepatunya? Padahal sungguh pikiran Gala tertinggal pada dua orang yang baru ia kenal ini. Bagimana nasibnya? Apa nantinya mereka bakalan tertangkap?
"Tuan tenang saja. Mereka aman." Dice berkata sembari terus mengutak atik sistemnya. Alexander tak main-main memblokir semua yang ia lakukan tadi walau selama sepersekian detik, ia dapatkan informasi mengenai Bellamie Rosaline. Semuanya sudah ia amankan di file yang tak mudah ditembus.
"Bagaimana aku bisa tenang, Dice? Setelah banyaknya pasukan yang mengarah ke ruang itu?" Gala berdecak kesal sekali. Ia kembali menoleh. Tak terlihat apa-apa lagi selain kegelapan. Ia juga tak tau ini ada di mana tadi kacamata yang ia kenakan menunjukkan arah yang harus ia lewati.
"Nanti aku beri gambaran terakhir mereka berdua, Tuan. Kita lewati lembah itu dulu."
Gala terhenti sejenak. "Lembah?"
Belum selesai ia bertanya, suara tembakan terdengar nyaring. Membuat Gala meloncat kaget dan menunduk. jantungnya berdegup keras sekali. Matanya membulat sempurna. Ia takut.
"Dice?"
Gadis itu keluar. Pendar birunya terang sekali. "Aktifkan sinar malam," kata Dice tegas. Lalu kacamata yang Gala kenakan langsung menyorot dengan cahaya yang sangat terang. Terlihat banyak pasukan yang bergerak pelan ke arahnya. senjata mereka lengkap. Gala? Hanya mengenakan pakaian saat ia datang ke pesta tadi.
"Dice? Apa-apaan ini?"
"Kita bertempur, Tuan. Tak bisa menghindar. Di atas, ada drone yang siap menggempur Anda habis-habisan."
"Kau gila?!!!" Walau setengah berteriak, Gala tetap mengarahkan matanya kea rah dan apa yang Dice bilang itu benar. tak hanya satu, tapi ratusan.
"Bersiap lah." Dice sudah mengambil senjatanya sendiri. "Aku tak terlihat, Tuan. Melindungi Anda asal jangan sampai dadu itu jatuh ke tangan yang salah. Kita menghadapi Alexander Millian. Ahli pedang ternama. Anda sudah tau, kan?"
"Bisa-bisanya kau bicara seperti ini? Aku dibidik banyak senjata, Dice!!!"
"Selamat datang dalam dunia ini, Tuan Proximarry Galaksi Haidar. Ini takdir Anda."
Lalu dadu itu melayang pelan. lepas dari kaitan kalung yang Gala kenakan. Dalam gerak teramat pelan, dadu itu mendekat pada telapak tangan Gala yang mengadah. Saat bersentuhan, ia merasa ada hawa panas yang menjalari seluruh tubuhnya. Entah kenapa, semuanya terasa ringan dan Gala merasa ada sebuah dorongan yang sangat kuat. Menguasai dirinya sekarang.
Embus angin di sekitarnya kuat sekali. Sudah bukan suara tembakan lagi yang menjadi latarnya tapi suara-suara ledakan serta beberapa kali Gala dengar kalau ada bebatuan runtuh di sekitarnya. Tapi Gala tak merasakan apa-apa. Matanya terpejam pelan. rambutnya berkibaran juga kemejanya. Genggaman tangan itu mengocok pelan dadu dan melemparnya ke udara.
Tiga buah anak matanya terlihat di udara. Satu suara yang sangat memekak terdengar kuat sekali. Gala sedikit kehilangan fokus karena suara barusan. Nanti akan ia tanya itu suara apa sebenarnya. Yang paling utama sekarang, selamat dari kepungan pasukan Metro Utara ini.
"Shield utama diaktifkan, drone penghancur meluncur, MJ-42 kugunakan. Aku butuh itu." Gala membuka kelopak matanya. Senjata yang ia inginkan muncul. MJ-42 adalah senapan mesin yang meluncurnya hampir 800 butir peluru sekali tembak. Ada di bahu Gala, siap bidik seluruh lawannya. Senjata yang mematikan karena hanya dimiliki beberapa kalangan sebagai bagian dari pengamanan diri termasuk pasukan Metro Utara.
KAMU SEDANG MEMBACA
DICE
Fantasy'Satu dadu meluncur, hidup kalian taruhannya.' Pendar itu nyata, senyata hidup Gala yang berantakan. Sendirian dan mengutuk siapa pun yang membuat dirinya ada di tengah kejamnya Metro. Hingga ia bertemu takdirnya. Di mana satu per satu mulai terlih...