DICE. 14

41 9 0
                                    


Obrolan pagi ini membuat Gala gelisah luar biasa. Tak fokus bekerja adalah akibatnya sehingga menimbulkan kekacauan yang lain. Padahal akhir-akhir ini Gala sering mendapat pujian dari Mr. Kim karena kinerjanya mulai membaik. Hubungannya dengan Hanry cukup baik serta Luke. Rekannya yang sombong itu mulai menyapa Gala dengan tatapan lain. Bisa Gala artinya tatapan itu merujuk pada takut. Siapa yang sangka, kalau Gala bisa berbuat senekat itu. Mungkin pikir Luke demikian. Lain halnya dengan Gala yang merasa bersalah.

Akan tetapi hari ini, entah sudah berapa kali makian yang Mr. Kim layangkan untuknya. Wajahnya makin memerah seperti gula-gula yang sering Luke buat sebagai salah satu hidangan penutup lainnya. Napasnya makin pendek ditambah perutnya yang bergerak tak beraturan saat memarahi Gala. Sebenarnya itu tontonan yang menarik, tapi Gala hanya bisa terdiam. Jangan kan untuk mengangkat wajahnya, bergerak sedikit saja Gala tak berani. Ia takut, ocehan Mr. Kim semakin panjang seperti kereta listrik yang ada di pusat kota.

"Maafkan aku, Mr. Kim."

"Bosan aku mendengar permintaan maafmu, Gala. Dasar idiot!"

Gala menghela napas pelan. Membiarkan Mr. Kim berjalan dengan sedikit kesulitan menuju singgasananya. Satu lusin piring saji tak sengaja Gala senggol yang membuatnya jatuh dan pecah berantakan. Refleksnya seolah hilang begitu saja tak seperti saat Gala menyelamatkan pudding yang harusnya Luke sajikan. Suara piring-piring yang berjatuhan seperti koin juga lembaran uang yang Gala kumpulkan, terserak begitu saja.

Mr. Kim memiliki kebiasaan yang cukup kejam jika ada salah seorang karyawannya yang merusak properti di restorannya, maka gaji yang akan ia terima pastilah sudah dipangkas terlebih dahulu. Hingga ia rasa cukup untuk menggantikan kerusakan yang ditimbulkan. Gala adalah orang yang sangat sering dalam hal ini, dilakukan pemangkasan gaji.

"Apa yang kau pikirkan, Gala?" tanya Hanry sembari berjongkok. Ikut membantu Gala memasukkan pecahan piring tadi ke kantung plastik khusus barang pecah belah.

Hari ini beruntung sekali, restoran tak terlalu ramai. Gala mengeluarkan piring saji yang baru karena dua hari lagi, ada demo untuk menu spesial. Biasanya Gala mempersiapkan alat makan serta semua perlengkapannya dari hari sebelumnya. Memastikan semuanya bersih dan terbebas dari debu.

"Tidak ada."

Hanry menatap Gala seraya menggeleng. Wajah pemuda yang usianya tiga tahun di bawahnya ini terlihat sangat tertekan. Gala memang jarang bicara. Kikuk juga pemalu. Itu menurut Hanry selama mengenalnya. Sebenarnya ia cukup kasihan dengan nasib yang Gala alami; ditinggalkan ibunya serta sang ayah yang tak jelas rimbanya. Mr. Kim pernah mengatakan hal itu padanya mengenai lata belakang pemuda yang masih menunduk merapikan kekacauan yang ia buat ini.

"Kubuatkan kau kopi." Hanry menepuk bahu Gala sekilas, lalu bangkit dan bergerak menjauh. Ingin sekali Gala tolak tapi kebaikan Hanry terlihat tulus. Ia percepat dirinya merapikan piring pecah tadi. Dari kejauhan, Luke datang membawakan satu kain basah. Tanpa banyak kata, Luke berjongkok di dekat Gala.

"Biar cepat selesai," katanya tanpa mau bersitatap dengan Gala yang terperangah dengan tingkahnya. Plastik tadi pun bukan Gala yang membuangnya, tapi Luke. Buru-buru Gala bangkit untuk menyusul Luke yang Gala takutkan, ia tak mengerti pemisahan sampah yang nantinya dibawa oleh petugas kebersihan.

Menyeret satu kantung besar yang memang sedianya untuk Gala buang, ia pun mengimitasi langkah Luke. Memberitahu tempat khusus barang-barang yang berpotensi melukai orang lain pada Luke yang berjengit kaget begitu tau Gala ada di belakangnya.

"Ka-kau tidak akan membunuhku, kan?" Luke bertanya dengan nada gemetar. Sorot matanya ketakutan. Ia pun sudah memundurkan langkah agar berjarak dari Gala.

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang