DICE. 60

39 15 2
                                    


Seth menggeram kesal di saat salah satu tembakan mengenai kaca spionnya. Ia jadi tak bisa melihat para pengejar yang makin menggebu menembaki mereka. Mobil jeep yang dikendarainya memang anti peluru tapi bukan berarti pelapisnya bisa ditembus, kan? Seth harus segera meloloskan diri. Bunyi banyak ledakan juga rentetan tembakan terdengar dari berbagai arah. Mobil jeep lainnya yang mirip dengan Seth, terus menjaga baik di sisi kanan juga kiri mobil Seth. Biarpun ia harus menyaksikan salah satu mobil yang mungkin dikendarai Jiro meledak.

Seth sungguh khawatir juga kesal dibuat bersamaan yang membuatnya terus meneriaki Alex agar lebih cepat lagi menembak.

"Bisa kah kau lajukan mobil dengan benar? jangan hanya mengomentari tembakanku." Alex berdecih kesal untuk ke sekian kalinya Seth bicara terus menerus. "Mereka banyak sekali menurunkan pasukan, Seth. Hanya segini, kah, pasukanmu?"

Seth menggerutu. "Kita lewati perbukitan itu dulu. Baru lah kita semua terbebas."

"Apa bukit akan menelan pasukan Gideon?" sindir Alex dengan telaknya. Lalu kembali memfokuskan diri mengarahkan senjata ke motor-motor yang bergerak cepat sekali menyusul mereka setelah ledakan besar tadi. Saat shield dari Gala diaktifkan, bunyi ledakan yang melumpuhkan banyak mobil serta motor pengejar dari Gideon itu banyak yang berjatuhan. Namun ternyata serangan itu hanya permulaan.

"Jangan mengeluarkan senjata utama sebelum kita melewati bukit," titah Seth yang segera saja terdengar di masing-masing speaker mobil pengiringnya. Seth punya rencana makanya sejak tadi ia hanya meminta menembaki para pengejar. Mereka butuh saru moment untuk menenggelamkan mereka semua di salah satu tempat dekat bukit tujuannya sekarang.

"Baik, Tuan," sahut mereka kompak di mana suara-suara itu familier untuk Seth. Orang-orang kepercayaannya.

"Apa ... formasi kalian masih lengkap?"

"Eagle 1 melapor."

"Eagle 2 selalu di sisi Tuan."

"Black 1 melapor.

"Eagle 3 ada di belakang kanan, Tuan. Mereka benar-benar mirip semut. Banyak sekali."

Seth terkekeh. "Halau semua yang menghalangi jalan kita." Pria itu semakin menekan gas di kakinya. Matanya terus menatap ke depan sembari memperhatikan sekeliling. "Di mana Shark?"

Tiga tim pasukan Seth yang mana dipimpim oleh Jiro sama sekali belum melaporkan diri. Hatinya jadi mencelos. Apa yang tadi ia lihat kalau beberapa mobil biru langit sebagai ciri dari pasukan Shark itu tak terlihat sama sekali.

"Black 2 melapor, Tuan. Hampir separuh tank milik Gideon turun dari kargo, Tuan. Aku memilih menghadangnya."

"Jangan! Kau susul kami. Masuk dalam formasi."

"Tapi, Tuan?"

"Jangan membantahku!"

"Baik, Tuan."

Bunyi ledakan dan tembakan masih sebagai pengiring perjalanan mereka. Di mana Seth masih bertanya-tanya, di mana mobil salah satu orang yang paling ia percaya itu. Jiro.

"Laporkan segera jika melihat pasukan Shark."

"Ah, Tuan. Kami di sini."

Suara Jiro terdengar sekarang membuat Seth mendesah lega. "Dari mana saja kau?!"

"Kami bertiga melumpuhkan pesawat kargo dulu, Tuan. Kalau tidak dilumpuhkan, mereka terus saja mengeluarkan banyak motor juga mobil yang mengejar kita semua."

"Masuk dalam formasi dengan cepat."

"Baik, Tuan."

Gideon yang Agung ternyata tak main-main memberi pasukan untuk mengejar apa yang diinginkannya. Hal ini cukup membuat Seth ketar ketir juga. Ia harus segera lolos di perbukitan yang menjadi tujuannya. Di sana sudah ia pasang banyak jebakan serta pasukan khusus Metro Timur untuk menghadang pasukan musuh. Sementara ia harus bergerak menuju Metro Barat entah untuk tujuan apa.

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang