DICE. 77

59 13 5
                                    

Welcome, March. Semoga bulan ini baik-baik saja untuk aku dan kalian semua. Mari kita sambut ramadhan yang bentar lagi datang. Disehatkan badan kita, diwaraskan pikiran kita, dilapangkan rezeki kita, dan diberikan begitu banyak kesempatan untuk menikmati ramadhan kareem yang indah dan mulia.

Mohon maaf lahir bathin yang semuanya.


Enewey, kalo kalian enggak ngeliat notif di jam 3 sore, langsung aja masuk ke wattpad. Soalnya udah beberapa kali enggak ada notif tapi ke publish, ya. Aku enggak tahu kenapa seperti itu, tapi sepertinya memang lagi aneh aja.

jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan vote. Galaksi sudah beraksi dan menegangkan. betul apa betul?

***

Seth berusaha terus mendesak semua pasukan yang seperti tak berkurang jumlahnya ini. seluruh armada perangnya sudah ia terjunkan termasuk dibantu oleh pasukan Maverick dari arah Selatan. Ia cukup kewalahan untuk memukul mundur mereka semua tapi ia tau, kalau sampai pasukan mereka menuju tempat Gideon yang Agung, maka rencana Gala bisa berantakan. Namun panglima perang Gideon yang Agung juga dikerahkan dalam barikade yang tak main-main.

Pasukan berkudanya sungguh lengkap dan Seth hanya mengandalkan beberapa penembak jitu yang berlindung di bagian bukit tempat mereka memusatkan kekuatan. Ini bukan wilayahnya maka Seth kurang memahami medan walau Kyler sudah memberitahu hanya saja, Seth memang butuh penyesuaian yang sangat besar. Termasuk pasukannya. Ini udara gurun yang membuat mereka semua cepat kelelahan. Mereka terbiasa dalam cuaca ekstrim dingin bukan yang memanggang kulit mereka hingga tampak kemerahan.

"Jiro," panggil Seth pelan. Ia masih mengarahkan senjata yang Gala berikan pada satu pasukan yang datang bergerombol. Cukup ampuh untuk membuat mereka tercerai berai. Bunyi ledakan di sana sini terdengar jelas. Sesekali Seth mengernyit juga menggerutu ketika ada peluru yang menyasar ke arahnya. Entah apa yang Gala lakukan tapi mobil yang mereka kendarai dengan pasukan yang berada di sekitarnya, tak tertembus oleh serangan yang diarahkan kepadanya.

"Ya, Tuan?" Jiro sedikit menoleh pada Seth yang membelakanginya. Sengaja ia mengambil arah yang berlawanan dengan tuannya atas hal yang sama; menggempur pasukan Gideon yang seperti semut. Oh, butiran pasir di gurun ini.

"Ada korban dari pasukan kita?"

Jiro sedikit memperlambat arah tembaknya. "Aku ... belum mengetahuinya, Tuan. Di sisi kanan pasukan Shark 1 cukup banyak terkena ledakan. Aku ... pesimis."

Seth mengangguk pelan namun ia mendengar bunyi dengung yang sangat kuat mendekati mereka semua.

"SERANGAN UDARA!!!" pekik banyak pasukan Seth yang segera mengambil posisi berlindung karena mereka tau, tak lama lagi bom berjatuhan di dekat perbukitan. Tak peduli kalau pasukan Gideon pun akan ikut terkena dampak, sepertinya mereka diperintahkan untuk penghancuran total.

"Jiro, arahkan mobil ini ke tengah sana," tunjuk Seth segera di mana ia pun mengambil beberapa amunisi baru dan memasukkannya pada pelontar. "Jangan banyak bertanya dan cepat lah."

Jiro hanya mampu menelan ludah berat. Matanya terlihat khawatir dengan keputusan sang tuan. Tidak. Ia tak takut mati apalagi mati bersama dan dalam keadaan melayani tuannya. Hanya saja, kalau sampai seoragn Seth Rafael terluka di mana ia tak bisa memberi banyak perlindungan, ia merasa sangat bersalah. Seorang Jiro Houston sudah berjanji untuk menjaga Seth sejak lama. Sumpahnya sebagai seorang pengawal serta orang kepercayaannya membuat ia terikat tapi tak pernah ada sesal di hatinya.

Baginya ... Seth lebih dari sekadar Tuan.

"Jiro, jangan melamun!" sentak Seth. "Waktu kita tak banyak." Sekali lagi dengungan itu berbunyi kuat sekali. Membuat bulu kuduk Seth meremang. Ia tak takut mati apalagi kematiannya seperti ini. Tak mengapa. Sepanjang hidup ratusan tahunnya, Seth tak pernah sekeras hati ini bertindak. Ia terbiasa menjalankan hidup dengan nyaman dan menghindari konflik. Sebisa mungkin menjaga apa yang ditinggalkan Penasihat Lama padanya.

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang