95 (Revisi)

461 75 18
                                    


Pintu gerbang terbuka secara otomatis ketika S.Coups memperkenalkan dirinya di layar interkom. Sambil menunggu waktu sampai pintu gerbang terbuka secara keseluruhan, S.Coups mengamat-amati rumah besar yang ada di hadapannya saat ini. Dia cukup tercengang dengan fakta bahwa Jejelah pemilik dari rumah besar tersebut. Sungguh ironis, karena sebelumnya Jeje tumbuh besar di panti asuhan, kemudian berpindah ke apartemen yang difasilitasi oleh perusahaan tempat dia bekerja sebelum menempati apartemennya yang sekarang yang merupakan pemberian Nyonya Hong. S.Coups menarik napas panjang. Setidaknya, hidup perempuan yang dia cintai itu akan berubah menjadi semakin baik.



Pintu gerbang telah terbuka sepenuhnya. S.Coups mengalihkan fokusnya, mengendari mobil memasuki bagian dalam rumah yang terlihat seperti bagian depan hotel mewah. Seorang pria dengan setelan hitam menunggu di bawah kanopi yang terhubung dengan pintu utama. Saat mobil S.Coups mendekat, pria itu memberi sinyal agar S.Coups menghentikan laju kendaraannya.


"Nyonya Hong meminta anda untuk menunggu di ruang tamu....." ucap pria itu ketika S.Coups turun dari mobil dengan langkah yang sedikit ragu. Udara malam di rumah Incheon terasa dingin dan menekan. Lampu di beberapa ruangan masih menyala, menandakan bahwa rumah ini belum benar-benar tidur.


S.Coups berdiri di depan pintu, menarik napas dalam-dalam seolah menyiapkan dirinya. Dia tahu kedatangannya kali ini bisa saja disambut dengan sinis atau malah ditolak mentah-mentah. Tapi, dia sudah tidak peduli. Yang penting adalah bertemu Jeje—meskipun hanya sebentar.


Setelah dipersilahkan masuk oleh kepala pelayan, S.Coups diminta menunggu sejenak. Tidak lama kemudian, muncul Nyonya Hong dari bagian dalam rumah. Wanita itu menatapnya dengan sorot mata tajam, penuh penilaian, membuat S.Coups segera menundukkan kepalanya sopan.


"Selamat malam, Eomma," ucap S.Coups, suaranya rendah dan tenang.


Nyonya Hong menyilangkan tangan di dada, memandang S.Coups dengan ketus. "Apa yang kau inginkan datang kemari malam-malam begini, Coups-ah ?"


S.Coups menelan ludah, tetap berusaha menjaga nada suaranya. "Saya ingin bertemu dengan Jeje. Dua hari ini saya sibuk dengan persiapan perilisan album dan penyelidikan polisi. Saya baru bisa datang sekarang."


Tatapan Nyonya Hong tidak berubah—dingin dan tegas. Ada kilatan rasa tidak suka yang jelas terlihat di matanya. "Kau masih punya muka untuk menemui Jeje setelah semua yang kau lakukan pada putriku itu ? Aku lebih suka menyambut kedatangan Jeonghan atau Wonwoo dibanding dirimu....." nada suaranya sinis, menusuk.


S.Coups diam. Tidak ada yang bisa dia bantah dari ucapan itu. Sebaliknya, ia hanya menatap Nyonya Hong dengan tatapan penuh penyesalan. Dia ingat betul apa yang pernah terjadi di antara mereka. Bagaimana ia datang dan memohon maaf, membiarkan dirinya menjadi sasaran kemarahan wanita itu, tanpa sedikit pun membela diri. Dia sadar bahwa kesalahannya terlalu besar untuk dimaafkan begitu saja.


"Jeje tidak pantas bersama denganmu, Choi Seungcheol," lanjut Nyonya Hong dingin. "Tapi, karena kau sudah pernah datang padaku, meminta maaf, dan aku tahu kau punya niat tulus. Tapi ingat, kau harus minta maaf juga pada Jeje secara langsung. Jelaskan semuanya dengan jujur. Dia berhak untuk itu."


S.Coups mengangguk mantap. "Saya akan melakukannya. Saya tidak akan menyembunyikan apa pun."


Setelah mendesah panjang, Nyonya Hong akhirnya memanggil salah satu pelayan untuk memberitahu Jeje. "Temui Jeje di ruang baca. Pelayan akan mengantarmu ke sana. Tapi ingat, satu kata atau tindakan salah, kau harus segera angkat kaki dari rumah ini."


S.Coups kembali menunduk hormat. "Terima kasih, Eomma..."


🍒🍒🍒


What Kind of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang