Chapter 35 - Kiss Me

2.8K 14 0
                                    

Hari berikutnya di mansion Danuarta.

Terlihat mobil polisi memasuki gerbang kokoh bangunan tiga lantai itu.

Dua orang polisi berpakaian dinas keluar dari mobil setelah menepi di pelataran.

Edrike, pelayan laki-laki yang telah menggantikan posisi kepala pelayan yang tadinya ditempati oleh Thomas di mansion mewah itu buru-buru menghadang di depan teras.

"Selamat siang, bisakah kami bertemu dengan Tuan dan Nyonya Danuarta?" ucap salah satu dari dua orang petugas polisi pada Edrike.

"Maaf sebelumnya, apakah Anda sudah membuat janji dengan Tuan Besar?" Edrike yang bertanya kali ini.

Meski dua orang petugas negara itu mengenakan seragam dinas dan membusungkan pangkat mereka, dia sama sekali tidak gentar.

Sesuai perintah tuan besar rumah itu, tak boleh ada tamu yang datang tanpa membuat janji lebih dulu.

Endrike tak mau mengambil resiko besar yang berakhir pemecatan secara tidak hormat kalau dirinya melanggar perintah Beni.

Dia yang polos dan sangat patuh pada tuannya, berusaha menahan para polisi itu agar tidak masuk ke mansion.

Mendengar ucapan pria 30 tahun berpakaian rapi di hadapannya, dua orang petugas polisi saling bertatapan sesaat sebelum keduanya menatap garang pada Endrike.

"Hei, apa kamu tidak melihat siapa kami, hah?! Kami petugas negara. Tidak perlu kami membuat janji hanya untuk bertemu dengan tuanmu itu. Lekas panggil dia dan kabarkan kedatangan kami!"

Satu orang petugas polisi berkata dengan suara meninggi pada Edrike.

Ocehan pelayan itu benar-benar membuatnya kesal.

Membuat janji?

Cih!

Dikiranya pemilik rumah besar ini seorang presiden apa!

Gerutunya seraya memandangi punggung Endrike yang menjauh.

Beni sedang berada di ruang kerjanya saat Endrike menemui pria itu.

Sementara Reinata entah di mana. Wanita itu tak kelihatan di sekitar Beni.

Endrike tampak sedikit gugup saat menyampaikan pada Beni tentang kedatangan dua orang petugas polisi. Bahkan, para petugas kepolisian itu menunggu di teras depan saat ini.

"Mau apa mereka datang menemuiku? Aku rasa tak ada urusan apa pun dengan pihak kepolisian." Beni terdiam, berpikir, usai berkata begitu pada Endrike.

Menit selanjutnya, diletakkan pena yang sedang dipegangnya. Dia bangkit dan segera berjalan menuju pintu keluar.

Mungkin memang ada hal penting makanya para polisi itu datang menemuinya, pikir Beni seraya mengayunkan langkah menyusuri lorong.

Endrike hanya mengikuti langkah mantap tuannya dari belakang. Wajah dingin Beni membuatnya cemas.

Apakah tuannya akan marah karena dia membiarkan para polisi itu masuk?

Tadinya dia pikir bisa menghalau mereka. Namun, suara lantang dan wajah sangar para polisi itu membuat nyalinya menciut.

Di tempat lain, tepatnya di kamar Joshua.

Terlihat langkah sepasang tungkai jenjang yang dipasangi heels warna putih terayun begitu anggun menapaki lantai marmer di ruangan itu.

Bibir kemerahan bak buah delima ranum tersenyum mendengar suara air dari bilik shower.

Reinata, sambil menikmati sebatang rokok dia berjalan menuju kamar mandi di kamar Joshua.

MEMBAKAR GAIRAH (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang