Chapter 98 - Laki-laki Munafik

451 11 0
                                    

"Selamat pagi, Presdir! Maaf jika saya sudah mengganggu waktu Anda yang berharga."

Dery bangkit dari sofa, lantas menyunggingkan senyum hangat di wajahnya. Joshua terlihat sangat berbeda dari saat mereka bertemu di mansion Danuarta beberapa bulan yang lalu.

"Pak Dery, ada apa menemuiku? Apakah sesuatu telah terjadi pada Kayla?" Wajah cemas Joshua menyerang Dery dengan banyak pertanyaan.

Dery menggeleng seraya tersenyum tipis. Kemudian mereka duduk berhadapan di ruang tamu. Monica menyajikan dua cangkir kopi panas untuk menemani perbincangan Joshua dan Dery.

Wanita itu enggan pergi. Monica memutuskan berdiri di belakang sofa Joshua sambil menyimak perbincangan mereka.

"Nona Muda sudah mengajukan gugatan cerai untuk Anda. Pihak pengadilan sudah mengabulkannya. Kedatangan saya untuk memberikan berkas perceraian ini pada Anda. Silakan Anda tanda tangani dan jika sempat tolong hadir di persidangan nanti."

Joshua sangat terkejut mendengar penuturan Dery. Apa? Gugatan cerai? Kayla menggugat cerai dirinya? Dia hampir tak percaya.

Dipalingkan wajah kuyu itu ke sembarang arah. Dadanya tiba-tiba sesak, kepalanya mendadak pening. Perceraian adalah mimpi buruk baginya.

Monica yang juga sudah mendengar semua itu tampak sangat terkejut. Apa? Joshua akan bercerai dengan istrinya? Diam-diam wanita itu tersenyum tipis. Sepertinya presdir tampan itu memang jodohnya, pikir Monica mulai melantur.

"Pak Dery, saya tidak ingin bercerai dengan Kayla. Tolong batalkan semua ini. Saya tidak mau mencetak tanda tangan saya."

Joshua menatap pria berkacamata di hadapannya lamat-lamat. Kata cerai atau gugatan cerai itu benar-benar membuatnya ketakutan dan gemetar.

Dery menatap Joshua dengan wajah datar. "Saya cuma diminta untuk mengurus saja. Keputusan ada pada Anda dan Nona Kayla. Coba Anda temui beliau lebih dulu. Mungkin saja kalian bisa bicara baik-baik."

Joshua menjatuhkan wajahnya tampak kebingungan. Semangat hidupnya seolah pergi. Diusap wajah itu dengan kasar. Dia hanya mengangguk saat Dery pamit untuk pergi.

Monica mengantar Dery meninggalkan ruang tamu. Ekor mata wanita itu melirik satu kali ke arah Joshua. Pria itu tampak hancur sekali.

"Kayla, aku tidak mau bercerai! Aku benar-benar ingin kembali padamu. Tolong jangan tinggalkan aku!" Joshua menangis tersedu-sedu saat dirinya sendiri. Dia ketakutan dan panik. Kayla tak boleh sampai lepas darinya.

Sementara itu di Rumah Sakit Medika Farma. Kayla terlihat sedang berdiri di tepi jendela ruang ICU. Mata basah itu sedang memandangi pria paruh baya yang sedang terbaring lemas di dalam sana.

Beni, pria itu belum sadarkan diri sejak tadi malam saat Kayla menemukannya pingsan di dalam kamar.

"Kondisi Tuan Danuarta semakin buruk. Pihak rumah sakit tak bisa melakukan banyak hal," tukas Dokter Mike saat bicara pada Kayla di ruangannya.

"Apa sebenarnya penyebab kesehatan Papa memburuk? Bukankah Papa sudah melakukan kemoterapi? Kenapa kondisinya malah semakin memburuk?"

Kayla bicara dengan suara agak sumbang karena belum tidur dari semalam. Juga kantung mata yang tampak sembab.

Dokter Mike menggeleng. "Entahlah, kami pun benar-benar heran. Penyakit Presdir semakin parah dan sulit di deteksi. Saya sedikit menaruh curiga," ucapnya. Lalu menoleh ke arah pintu seolah takut ada orang yang mendengar perbincangan mereka.

"Curiga? Apa yang Anda curigai?" Kayla tampak heran melihat gelagat Dokter Leo.

Pria tiga puluh lima tahun blasteran China itu agak mencondongkan wajahnya pada wanita yang duduk di depan meja.

"Nona Muda, maaf sebelumnya. Saya curiga jika ada sesuatu yang membuat penyakit Presdir kian parah."

Kayla membulatkan sepasang matanya, kaget. "Apa maksud Anda, Dokter?" tanyanya dengan wajah antusias.

Dokter Mike kembali mengedarkan pandangan ke sekitar sebelum mencondongkan wajahnya pada Kayla. "Sepertinya ada yang meracuni Presdir," ucapnya setengah berbisik. Dia kembali menarik tubuhnya dan duduk dengan baik.

Kayla sangat terkejut mendengar ucapan Dokter Mike. Apa? Ada yang meracuni ayahnya?

Wajahnya dipalingkan sambil menahan sesak di dada. Tidak salah lagi, pasti Reinata yang sudah meracuni Beni! Wanita itu benar-benar sialan! Jemarinya mengepal kuat.

"Saya akan memeriksa lagi sample darah Tuan Danuarta. Saya punya kenalan seorang ahli racun. Dia pasti bisa memecahkan masalah ini," tukas Dokter Mike dengan suara pelan sambil menatap dalam pada Kayla.

"Saya tunggu kabarnya segera. Jika memang benar ada orang yang sudah meracuni Papa maka, saya akan menjebloskan orang itu ke penjara!" Kayla tampak sangat murka. Dia yakin ini kerjaan Reinata. Wanita racun itu ... Benar-benar sialan!

Satu jam berlalu. Di depan ruang ICU ampak Reinata yang sedang berdiri di tepi garis jendela besar.

Wanita itu menarik seringai tipis pada satu sudut bibirnya. Dipandangi Beni yang sedang terbaring lemas di dalam sana.

Ya Tuhan ... Kapan si tua bangka itu tewas? Dia sudah tak sabar ingin menguras semua harta Beni.

Reinata yang sedang memandangi Beni dibuat terkejut saat seseorang menarik satu bahunya dari arah belakang. Tubuhnya memutar segera. Wajah murka Kayla menyambutnya. Reinata hanya tersenyum sinis menanggapi.

"Apa yang kamu lakukan di sini? Apa kamu sedang merencanakan sesuatu yang jahat pada Papa?! Dasar wanita iblis! Gundik sialan!" Kayla yang geram pada Reinata segera mendorong kasar ibu tirinya itu.

Wanita dengan long dress warna hitam itu mendengus kesal. Reinata segera bangkit dan langsung menyambar sekepal rambut panjang Kayla. Wanita itu dibuatnya mengerang kesakitan. Reinata tersenyum puas melihatnya.

"Kamu pikir kamu itu siapa, hah?! Beraninya kamu padaku! Rasakan ini!"

Reinata dengan wajah iblisnya mengangkat satu tangan ingin mencakar wajah licin Kayla. Wajah cantik itu sudah merebut Joshua darinya. Dia akan merusaknya dengan kukunya yang tajam.

"Hentikan!"

"Lepaskan Kayla!"

Suara bass itu?

Reinata menoleh langsung ke arah sumber suara yang menghardiknya. Matanya membulat penuh melihat siapa yang datang.

Kayla menoleh pada pria berjas hitam yang sedang berjalan menuju padanya dan Reinata.

Joshua melempar senyum tipis padanya sebelum menangkap lengan Reinata yang ingin melukai Kayla. Wanita itu menatapnya geram.

Joshua segera melepaskan lengan Reinata dengan kasar. Wanita itu dibuatnya terpelanting.

"Kayla, apakah kamu baik-baik saja?" tanya Joshua seraya mengusap pipi licin sang istri. Dia menatapnya dengan lembut.

"Tak perlu sok baik padaku. Kamu dan wanita itu sama saja!" Kayla segera menepis tangan Joshua dari pipinya. Wajahnya dipalingkan saat pria itu menatap. Dengan wajah jengah dia segera meninggalkan tempat itu.

Joshua hanya memandangi punggung Kayla menjauh. Matanya turun pada telapak tangannya. Apakah sebenci itu Kayla padanya? Bahkan tatapan wanita itu seolah melihat kotoran saat menatapnya.

Melihat hal itu Reinata tertawa kecil. Wanita itu bergerak maju ke arah Joshua.

"Kayla sudah tak mau lagi padamu. Kenapa kamu terus saja membujuknya? Lebih baik kita kembali bersama, Joshua. Aku kangen permainan ranjangmu," bisiknya di telinga Joshua dari arah belakang.

Joshua segera memutar tubuhnya menghadap pada Reinata. Wanita itu memberinya senyuman manis.

"Aku bahkan sangat menyesal telah memulai semua itu. Semua ini karenamu, Rei. Pernikahanku hancur karena kamu. Bahkan aku kehilangan calon bayiku!"

Reinata mundur satu langkah melihat Joshua marah-marah padanya. "Apa maksudmu? Kamu menyalahkan aku setelah bosan padaku? Padahal kamu juga menyukainya saat kita menghabiskan malam penuh gairah. Kamu munafik, Joshua!"

Pria itu dibuat geram dengan ocehan Reinata. Joshua segera menyambar rahang wanita itu. Dia mencengkeram kuat dengan tatapan tajam seolah ingin memangsa.

MEMBAKAR GAIRAH (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang