Chapter 20 - Gundik Papaku

2.8K 12 0
                                    

Joshua berjalan cepat menuju pelataran rumah sakit. Dia telah menghubungi asisten untuk mengirim mobilnya ke sana.

Si asisten banyak bertanya tentang dirinya yang berada di rumah sakit. Joshua hanya mengatakan jika dia baru saja melakukan pemeriksaan rutinnya di sana.

Tak menunggu lama, si asisten datang bersama beberapa bodyguard.

Joshua tak banyak bicara. Dia bergegas masuk ke mobil sebelum Reinata mengejar. Mereka meninggalkan rumah sakit segera mungkin.

"CEO, sebenarnya ada apa? Sebagai Tuan Muda dan CEO Metro Company Group Anda tak seharusnya pergi seorang diri seperti ini," ucap Brazil, asisten pribadi Joshua.

Si asisten menatap heran pada pria di sampingnya.

Brazil kehilangan CEO muda itu sore ini. Hingga Joshua tiba-tiba menelepon dan berada di rumah sakit.

"Aku ingin pulang ke penthouse saja. Kepalaku sangat pusing saat ini," jawab Joshua dengan nada lesu. Bahkan tak sesuai dengan pertanyaan si asisten.

"Baik, CEO."

Brazil sudah paham dengan kondisi bosnya.

Joshua sepertinya sedang punya masalah. Namun, dia tak mungkin mendesak hanya sekedar ingin tahu.

Situasi sepi terjadi sepanjang perjalanan di dalam mobil Lamborghini Huracan warna biru tua itu. Hingga tiba-tiba ponsel pintar Joshua berdering.

Brazil melirik ke arah bosnya. Joshua terlihat sedang menerima panggilan masuk.

["Joshua, kamu di mana? Kenapa belum pulang? Aku sedang berdiri di tepi balkon kamar saat ini. Aku mau melompat sekarang."]

Joshua sangat terkejut mendengar ucapan Kayla lewat perbincangan telepon.

Melompat dari balkon? Apa maksudnya? Wajahnya berubah pucat karena panik.

"Kay, apa yang kamu katakan? Aku sedang di perjalanan menuju pulang. Apa yang terjadi?"

Mendengar suara panik bosnya, Brazil menoleh.

Ada apa ini?

Kenapa Joshua terlihat panik setelah menerima panggilan telepon dari Nona Muda? Pikirnya cemas sambil menerka-nerka.

["Kamu marah padaku, kan? Aku benar-benar minta maaf. Jangan pergi dariku, Joshua. Aku mau mati saja daripada kehilangan kamu!"]

Joshua mengusap kasar wajahnya. Rasa panik dan bingung bercampur jadi satu.

Apa-apaan ini?

Kenapa Kayla berpikir bodoh seperti itu?

Apa katanya tadi?

Mau melompat dari balkon hanya karena dia belum pulang? Benar-benar konyol!

"Kay, dengar. Jangan lakukan hal bodoh. Cepat kembali ke kamar, aku akan tiba lima belas menit lagi. Oke? Tenangkan diri kamu," ucap Joshua berusaha membujuk Kayla.

Meski dirinya masih kesal karena istrinya pulang bersama Rain, tetapi dia benar-benar takut kehilangan Kayla.

["Cepatlah pulang, kakiku mulai gemetaran dan aku akan jatuh!"]

Joshua dibuat semakin panik. "Jangan lakukan itu, Kay! Kamu sangat berharga bagiku. Aku minta maaf karena sudah marah padamu. Aku hanya tak suka melihatmu bersama pria lain. Oke, aku akan segera pulang."

Panggilan terputus.

"Brazil, cepat kembali ke mansion! Kayla dalam bahaya!" perintahnya kemudian.

"Baik, CEO."

MEMBAKAR GAIRAH (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang