Chapter 99 - Jangan Sentuh Aku Lagi

361 9 0
                                    

"Dengar, aku tak pernah mencintai kamu. Semua itu hanya nafsu belaka. Aku hanya mencintai Kayla. Kamu cuma jalang bagiku. Seperti saat aku menghabiskan waktu di dalam penjara karena salahmu. Anggap saja hutangmu padaku sudah lunas sekarang," desisnya lalu melepaskan Reinata dengan kasar.

Wanita itu dibuatnya hampir jatuh. Reinata menatap geram pada Joshua.

"Apa katamu? Jadi, hubungan gelap kita selama ini hanya wujud dari balas dendam kamu padaku, begitu? Bajingan kamu, Joshua!"

"Diamlah, Jalang! Aku muak padamu!" Joshua berusaha melepaskan Reinata yang sedang memukul-mukul tubuhnya sambil menangis.

"Presdir, ada apa ini?" Alex dan beberapa bodyguard segera menghampiri Joshua yang tampak sedang kerepotan karena Reinata.

"Alex, cepat singkirkan wanita gila ini dariku!" perintah Joshua.

Alex dan para bodyguard segera menarik tangan Reinata agar menjauh dari Joshua. Wanita itu terus mengumpat pada Joshua saat mereka membawanya pergi.

Joshua tak perduli pada Reinata. Pria itu segera merapikan jasnya lalu berjalan ke sekitar rumah sakit untuk mencari Kayla. Meski kesalahannya begitu banyak pada Kayla, tapi dia akan tetap berusaha membujuk istrinya itu.

"Lepaskan aku! Dasar para bajingan sialan!"

Reinata tak henti mengumpat saat Alex dan para bodyguard melemparnya ke depan teras rumah sakit. Benar-benar brengsek! Orang-orang Mikro itu memperlakukan dia sangat buruk. Semua ini karena Joshua! Manik hitam itu berubah merah dipenuhi api dendam.

"Aska, jemput aku sekarang di Rumah Sakit Medika Farma. Malam ini aku punya tugas penting untukmu."

Reinata bicara lewat sambungan ponselnya pada seseorang. Bibirnya menyeringai tipis. Enak saja Joshua memperlakukan dia begitu buruk setelah puas dengan tubuhnya. Mantan sialan! Pria itu harus mendapatkan akibatnya.

Reinata mengepalkan buku-buku jemarinya sambil memejamkan mata. Rasa kesal memenuhi hatinya yang jahat. Dia tak rela jika Joshua kembali pada Kayla. Mereka tak boleh sampai bahagia, pikirnya picik.

Sementara itu, Joshua masih sedang berjalan-jalan di sekitar rumah sakit.

Ke mana perginya Kayla? Matanya menyapu pandangan ke sekitar. Namun, dia tak menemukan istrinya di mana-mana.

Apakah Kayla memutuskan untuk pulang? Joshua menolehkan kepala ke tepi balkon. Dia berdiri di tepi pagar sambil melihat lalu lalang mobil yang keluar dari area basement.

Matanya membulat penuh melihat Kayla sedang bicara dengan seorang pria. Siapa pria itu? Joshua menyipitkan mata, mengamati.

"Bisakah kita bertemu malam ini di bar semalam?" tanya Nike disertai senyum manis untuk wanita di depannya.

Kebetulan sekali hari ini dia mengunjungi rumah sakit untuk melihat kondisi adiknya. Nike sangat senang saat bertemu dengan Kayla di area basement.

"Sepertinya tidak bisa. Sudahlah, aku mau pulang."

Kayla memberi wajah bosan pada pria tampan di depannya. Dia malas bicara dengan mantan pacarnya itu. Namun saat dia hendak pergi, Nike malah mencekal lengannya. Wanita itu menoleh langsung.

"Kay, aku mohon. Sekali ini saja, pergilah bersamaku. Aku kangen dengan masa-masa kita dahulu. Aku tahu kamu juga sedang pusing. Aku mau jadi pendengar yang baik untuk semua masalah kamu," ucap Nike dengan wajah memohon.

Kayla berdecak jengah melihatnya. Wanita itu segera menarik paksa tangannya dari genggaman Nike. Wajahnya dipalingkan dari tatapan pria bertubuh tinggi kekar itu.

Dia memang sedang pusing dan banyak masalah saat ini. Namun, mantan sialan itu bukan orang yang tepat untuk dirinya bercerita seperti halnya pada Rain.

"Kayla!"

Nike sangat panik melihat Kayla pergi begitu saja. Sial! Kenapa susah sekali membujuk Kayla? Pria dengan kaus hitam ketat itu segera berjalan menuju mobilnya dengan wajah kesal.

Joshua tersenyum tipis melihat hal itu. Kenapa dia baru sadar jika Kayla adalah wanita yang tidak mudah mau saja saat ada pria yang mendekatinya. Meski sekelas Nike yang merupakan aktor film dan Tuan Muda dari keluarga kaya raya. Kayla bukan wanita murahan.

"Maafkan aku, Kay--" Joshua tersenyum pahit lalu meninggalkan tepi pagar balkon.

Hatinya sakit mengingat perbuatan buruknya pada Kayla. Namun di saat dirinya benar-benar sudah menyesali semua itu, ternyata tak mudah baginya untuk mendapatkan Kayla lagi. Dia nyaris kehilangan wanita terbaiknya.

*

Mobil-mobil polisi tiba di Rumah Sakit Medika Farma. Dari mobil ambulans yang mereka ikuti, keluar jenazah hitam yang gosong karena ledakkan sebuah mobil tadi malam.

Joshua yang kebetulan lewat di sekitar hanya menoleh satu kali saat para medis mendorong brankar itu menuju unit gawat darurat.

Sebuah insiden mengerikan baru saja terjadi di tepi jurang menuju arah puncak Bogor. Warga di sekitar dikejutkan dengan bangkai mobil yang meledak di sana.

Sosok pria tanpa identitas ditemukan tewas terpanggang karena ledakan tersebut. Para polisi masih menyelidiki penyebab ledakan mobil di tepi jurang.

"Pihak rumah sakit akan segera melakukan autopsi pada korban. Kurasa dia kebanyakan minum sampai mobilnya menabrak pohon lalu meledak," tukas Haris, petugas polisi yang sedang mengusut kasus ledakan mobil BMW hitam di tepi jurang tadi malam.

"Dari mana kamu yakin kalau korban kebanyakan minum? Penjahat zaman sekarang memiliki otak genius. Bisa saja botol-botol minuman itu sengaja mereka tinggalkan di dalam mobil untuk mengelabui petugas polisi." Agus, si penyidik cerdas merasa ada yang janggal dari kasus mobil meledak yang sedang rekannya tangani.

Haris terdiam sejenak, berpikir. Kasus ini memang aneh. Namun, jika ini merupakan pembunuhan, kenapa mereka tak menemukan jejak pelaku? Paling tidak, sebuah sidik jari yang mungkin tertinggal di tempat kejadian perkara. Lokasi kejadian benar-benar bersih.

"Baiknya kamu hubungi detektif untuk menyelidiki kasus ini. Ada banyak kasus minggu ini. Bahkan kasus tabrak lari di jalan Melati pun sampai sekarang belum selesai. Kepalaku pusing." Agus menggeleng tampak frustasi.

"Kamu benar, Bung. Kasus-kasus bulan ini penuh misteri. Entah siapa pelakunya." Haris duduk lesu pada sofa kosong di samping Elizer.

Banyak kasus yang belum selesai tapi sudah muncul kasus baru lagi. Sementara atasan mereka lebih memilih untuk menutup kasus tabrak lari yang menewaskan Adam satu bulan yang lalu. Namun, Haris dan Agus tetap ingin menangkap pelakunya.

Pembunuh berantai itu pasti sedang bersembunyi di suatu tempat. Entah itu di mansion Danuarta atau di kediaman Gumilang.

Pihak kepolisian yakin dua klan itu pasti ada hubungannya dengan semua kasus kematian misterius yang terjadi. Sayangnya, untuk menangkap seekor hiu putih yang langka mereka harus membeli umpan yang sangat mahal harganya.

"Aku ingin semua kamera pengawas di sepanjang jalan juga diperiksa. Sepertinya pelaku masih berkeliaran di sekitar tempat kejadian. Bukankah, para pelaku selalu mendangi TKP untuk memastikan jika mereka benar-benar tidak meninggalkan jejak?"

"Kurasa itu ide yang bagus! Baiklah, aku kita segera periksa CCTV di sepanjang jalan."


MEMBAKAR GAIRAH (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang