Chapter 119 - Putus Asa

57 3 0
                                    

Siang itu langit tampak mulai mendung. Rintik gerimis bertaburan disertai angin. Dua orang bodyguard berdiri di depan pintu sebuah mobil yang menepi di depan bandara.

Satu orang dari mereka segera membukakan pintu mobil BMW hitam tersebut. Sementara satu lainnya menunggu seraya memegangi payung warna biru tua.

Satu per satu tungkai jenjang putih dipasangi heels warna merah keluar dari pintu mobil. Kayla mendekap bayinya di dada sambil berjalan memasuki lobby bandara. Satu orang bodyguard mengikuti seraya memayungi wanita itu.

Rambut panjang kecokelatan bergelomang diterpa angin. Kayla berjalan sambil menggendong bayi laki-laki di dadanya. Bibirnya mengulas senyum menanggapi tatapan dan senyuman seorang pria yang sedang berdiri menyambutnya di sana.

Rain, bersama Emanuel dan sepuluh bodyguard tampak berdiri di depan lobby khusus VIP di bandara. Siang ini juga jet VIP miliknya akan terbang ke Amerika. Dia sangat senang karena Kayla mau ikut bersamanya. Juga bayi tampan itu yang sangat dia sayangi.

"Bagaimana perjalannmu tadi? Apakah mobil BMW itu cukup nyaman untukmu?" tanya Rain disertai senyum manis saat Kayla berdiri di hadapannya.

"Tak masalah," jawab Kayla lantas menoleh pada bayinya yang sedang terlelap. Wajah bayi itu sangat mirip dengan ayahnya. Bagaimana mungkin dia bisa melupakan semuanya begitu saja. Sesaat Kayla tertegun dalam lamunannya. Apakah keputusan ini sudah benar?

"Baiklah, ayo kita segera berangkat." Rain mengejutkan Kayla dengan merangkul bahu wanita itu.

Kayla buru-buru menepis tangan Rain darinya."Aku bisa berjalan sendiri," ucap wanita itu sedikit dingin pada Rain. Kemudian dia berjalan lebih dulu seraya menggendong bayinya.

Rain tersenyum tipis, lantas bergegas menyusul Kayla. Mereka berjalan memasuki bandara dengan dikawal sepuluh bodyguard. Tak disangka dari seberang jalan Joshua sedang memperhatikan.

Rapat dewan direksi telah selesai. Joshua memutuskan untuk pergi ke bandara. Seperti yang dikatakan Pengacara Dery kemarin, Kayla akan meninggalkan Indonesia siang ini.

Namun, hatinya benar-benar sakit tak berdarah melihat sang istri pergi bersama pria lain. Oh bukan, tapi dengan adiknya sendiri.

'Tuan Muda Joshua, terima kasih sudah mencetak tanda tangan Anda. Pihak pengadilan akan mengurus semuanya.

Kini kalian sudah resmi bercerai.'

Dipejamkan sepasang mata itu oleh Joshua. Dadanya sesak, kepalanya pusing dan tubuhnya terasa melemas. Akhirnya dia terpaksa mencetak tanda tangan pada berkas perceraian itu. Kini Kayla bukan lagi istrinya. Bahkan, dia tak diberi kesempatan untuk melihat bayinya.

"Presdir, apa yang sedang Anda pikirkan? Apakah Anda ingin ke bandara dan menemui Nona Kayla?"

Zidan yang duduk di depan kemudi mobil bertanya pada Joshua. Matanya menatap siluet pria itu dari kaca spion di atasnya.

Joshua duduk pada bangku tengah mobil Mercedes Benz C Class di mana mereka berada. Wajah pria itu tampak dilema, itu yang dilihat oleh Zidan.

Joshua tak buru-buru menjawab. Tadinya dia memang ingin menemui Kayla. Paling tidak untuk yang terakhir kalinya.

Namun, melihat kebersamaan sang mantan istri dengan Rain, dia benar-benar tak sanggup. Hatinya benar-benar patah dan hancur dibuatnya.

"Setelah hari ini Anda tidak punya kesempatan lagi untuk melihat Nona Muda Kayla, karena mereka akan segera menikah setibanya di kota New York." Zidan kembali bercakap. Melihat keadaan Joshua yang menyedihkan dia turut bersimpati.

"Baiklah, jalankan mobilnya ke basement." Joshua bersandar lesu usai memberi perintah.

Zidan segera melajukan mobil memasuki area bandara.

MEMBAKAR GAIRAH (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang