Chapter 91 - Aset Keluarga Gumilang

588 10 0
                                    

Siang itu di bandara, terlihat Rain yang sedang berjalan bersama dua orang bodyguard. Hari ini dirinya akan segera meninggalkan Indonesia.

Harusnya kemarin dia berangkat. Namun, Emanuel mengatakan jika Rain tak bisa meninggalkan Indonesia sebelum mengurus semuanya di kantor Group Mikro.

"CEO, pesawat Anda akan terbang dua jam lagi. Masih ada waktu jika Anda ingin menikmati makan siang lebih dulu," ucap Emanuel yang berjalan di sisi kiri Rain. Matanya menoleh pada pria berjas hitam di sampingnya.

Rain tersenyum tipis. "Aku bukan CEO lagi, kenapa masih memanggilku CEO? Itu terdengar tak lebih baik dari rengekan anak kecil," cibirnya.

Jabatan CEO Group Mikro sudah dirinya lepaskan. Sekarang dia bukan bagian dari perusahaan teknologi nomor satu di Indonesia itu lagi.

Emanuel memalingkan wajah barang sejenak sebelum mengembalikan pandangan pada pria di sisinya.

"Meski Anda bukan lagi CEO Group Mikro, tetapi Anda tetap CEO perusahaan international bagi saya. Anda pria yang cerdas. Saya yakin setelah ini Anda pasti bisa mendirikan perusahaan teknologi yang jauh lebih besar dari Mikro," ucap Emanuel.

Rain tersenyum tipis. "Ucapanmu cukup menghibur."

Mereka melanjutkan langkahnya memasuki bandara. Hingga kemudian terlihat dua orang bodyguard dari Organisasi Mikro menghadang mereka. Emanuel menoleh cepat pada Rain. Mau apa orang-orang Mikro menghadang mereka? Pikirnya heran dan curiga.

"Ada apa ini? Kenapa menghadang jalanku?" tanya Rain pada dua orang bodyguard itu.

"Tuan Muda Gumilang ingin bertemu dengan Anda. Beliau menunggu di restoran yang tidak jauh dari sini. Beliau ingin mengundang Anda untuk makan siang."

Rain tersenyum tipis sambil menundukkan wajahnya. 'Rupanya Joshua masih ingin menemui adiknya ini,' ucapnya dalam hati. Wajahnya kembali diangkat. Dua orang bodyguard itu masih menunggu jawabannya.

"Aku akan segera menemuinya," ucap Rain kemudian.

Emanuel sedikit terkejut mendengar kesediaan Rain. Apa dia tidak salah dengar? Rain mau menemui Joshua? Pria bajingan yang sudah merebut segalanya darinya? Pria itu masih tak menemukan jawaban hingga Rain memintanya untuk mengantar dirinya menemui Joshua.

"CEO, untuk apa Anda menemui Presdir Joshua? Bahkan pria itu sudah merebut segalanya dari Anda." Emanuel berjalan cepat mengikuti Rain yang sedang berjalan menuju mobilnya di area basement bandara.

Hanya dirinya satu-satunya orang Mikro yang masih berpihak pada Rain setelah kendali Organisasi Mikro dibekukan oleh Alex lalu berpindah tangan pada Joshua.

Sebagai orang setia Rain, Emanuel tidak terima jika kini bosnya sudah tak memiliki hak lagi atas Mikro.

"Joshua, dia adalah Reyhan, kakakku. Mau bagaimana lagi? Begitu gilanya takdir mempermainkan hidupku. Mungkin ada yang ingin Joshua tanyakan tentang Mikro. Aku akan menemuinya sebelum meninggalkan Indonesia." Rain tampak tenang dan tidak emosi sedikit pun.

Gelar Tuan Muda Gumilang sudah dicopot darinya. Juga jabatan CEO dan pewaris keluarga Gumilang. Semua itu sudah bukan miliknya lagi.

Joshua pemilik aslinya, dia tak pernah memiliki dendam apa pun meski orang-orang Mikro menendangnya begitu saja. Bahkan dengan tidak hormat sedikit pun.

Padahal jika dirinya mau dia bisa menyingkirkan Joshua dengan mudah, mengingat begitu banyak koneksi yang dia miliki.

Namun, ternyata Rain bukan pria yang haus harta dan jabatan. Dia hanya ingin diakui saja sebagai bagian dari Gumilang. Hanya itu.

Mendengar ucapan Rain, Emanuel sangat terharu. Dirinya tak salah telah memilih pria dua puluh tujuh tahun itu sebagai panutannya. Rain benar-benar luar biasa.

Pria itu tetap bisa bersikap tenang meski orang-orang Mikro sudah membuangnya.

Setelah Rain memasuki mobil Bugatti Divo warna silver yang berada di area basement bandara, Emanuel segera menutup pintu lalu berjalan menuju pintu depan mobil sport itu.

Dia menoleh satu kali ke arah Rain yang duduk di bangku tengah mobil. Bibirnya mengulas senyum tipis melihat bosnya sibuk dengan aktivitas ponsel.

Mobil Bugatti Divo warna silver mulai melaju meninggalkan area basement bandara. Restoran tempat janji temu Rain dan Joshua tak jauh dari sana. Kurang lebih lima belas menit mereka pun tiba di lokasi yang dituju tersebut.

Emanuel segera membukakan pintu mobil sport itu untuk Rain setelah mereka menepi di area basement restoran.

Rain segera keluar dari mobil lantas berjalan gagah memasuki area restoran elit di mana Joshua sedang menunggunya.

"Silakan, CEO. Tuan Muda Gumilang sudah menunggu Anda." Dua orang bodyguard segera menyambut Rain di depan pintu restoran. Kemudian mempersilakan pria itu berjalan menuju Joshua yang sedang duduk di salah satu meja VIP.

Rain hanya tersenyum tipis saat tiba di hadapan Joshua. Pria berjas hitam itu bangkit, menatapnya lalu bergerak maju dan memeluknya tiba-tiba.

Rain dibuat sangat terkejut karena sikap Joshua. Biasanya mereka akan saling bertatapan dingin dan melempar senyum sinis saat bertemu. Namun kali ini ...
Sungguh berbeda.

"Maafkan aku untuk semuanya. Aku ingin kamu tetap tinggal di sini. Bantu aku mengurus Mikro. Bagaimanapun kamu adalah adikku, Rain." Joshua bicara usai melepaskan pelukannya dari pria tinggi di hadapannya. Kemudian mereka duduk berhadapan.

"Sudahlah, aku geli mendengarnya. Aku tak bisa terus di sini. Nyonya Karina sudah pulih, semua berkat dirimu. Aku tak mau membuatnya histeris lagi. Baiknya aku pergi saja," ucap Rain tampak acuh meski dalam hati dirinya sangat bahagia bisa berpelukan dengan kakaknya, Reyhan.

Joshua menghela napas sesaat. Dia menatap Rain lamat-lamat. "Mommy sudah baik-baik saja. Aku sudah bicara padanya. Kuminta kamu jangan kembali ke Amerika, tetaplah di sini. Setengah saham Mikro adalah milikmu," ucapnya.

Rain tersenyum tipis seraya memalingkan wajahnya ke lain arah."Aku cuma anak haram, aku lahir tanpa dikehendaki. Berbeda dengan dirimu yang luar biasa. Nyonya Karina sangat menyayangimu, Joshua."

"Jadi, kamu akan tetap pergi?" tanya Joshua dengan wajah antusias. Dia berharap Rain bisa tetap tinggal dan mengurus Mikro bersamanya. Bagaimanapun pria itu adalah adiknya meski berbeda ayah.

Rain mengangguk. "Ya, aku harus pergi. Kamu tak perlu memikirkan diriku. Aku punya beberapa investasi di Amerika. Aku tidak akan kesulitan di sana," ucapnya disertai senyuman yang tampak terpaksa.

"Tapi, Rain--"

"Sudahlah, aku harus pergi sekarang. Pesawatku akan terbang satu jam lagi." Rain segera bangkit. "Aku titip Nyonya Karina padamu. Ah, tidak. Kurasa dia akan baik-baik selama bersama putranya," lanjutnya lantas pergi melewati Joshua yang tampak sedih mendengar keputusannya.

Emanuel segera menyusul Rain. Mereka berjalan bersisian meninggalkan restoran. Diam-diam Rain memalingkan wajah guna menyeka titik kecil yang ingin terjun dari sudut matanya.

'Ada banyak hal di dunia ini yang bisa diraih. Tetapi, menjadi bayangan kelam seorang ibu adalah mimpi buruk bagiku. Aku ingin sekali bisa memeluk Nyonya Karina dan memanggilnya mommy tapi, sepertinya itu tak mungkin terjadi padaku. Maafkan aku, Joshua. Lebih baik aku pergi daripada terus menjadi bayangan hitam bagi Nyonya Karina. Kamu sudah kembali dan tugasku sudah selesai untuk menjaganya.'

Joshua mematung di tempat seraya memandangi punggung Rain yang kian menjauh.

Anak itu sangat keras kepala. Mungkin ibunya juga akan mau menerima Rain jika dia membujuknya sekali lagi. Namun, sepertinya Rain benar-benar tak ingin tinggal.

'Kamu terlalu arogan pada keadaan. Padahal, ini saatnya kamu membuktikan jika kamu adalah adikku, anggota keluarga Gumilang. Kamu bukan lahir karena pria bajingan itu, tapi karena kehendak Tuhan. Mengapa kamu menyerah dan memilih pergi, Rain? Apakah semua itu karena diriku?'

Joshua menarik napas panjang sambil memejamkan mata. Adiknya benar-benar keras kepala.

MEMBAKAR GAIRAH (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang