Chapter 92 - Keputusan Rain

319 7 0
                                    

"CEO, apakah Anda benar-benar yakin pada keputusan ini? Anda juga putra Nyonya Karina, tentu Anda pun berhak atas Mikro dan aset keluarga Gumilang. Sementara Tuan Muda Joshua sudah memberikan setengah dari semua itu pada Anda. Mengapa menolaknya?"

Emanuel yang bicara. Dia menoleh pada Rain saat mereka berjalan bersisian menuju private lobi bandara khusus VIP.

Rain tersenyum tipis. "Harta atau jabatan tidak sulit untuk didapatkan dengan prestasi yang bagus. Bukan berharap pada sesuatu yang memang bukan hak kita," ucapnya lantas menoleh cepat pada Emanuel.

"Dan mulai sekarang berhentilah membahas semua itu, jika kamu memang ingin mengikuti ku," lanjutnya dengan tegas.

Emanuel sedikit tersentak karena tatapan sinis Rain."Hm, baik. Maafkan saya, CEO."

Dia segera menundukkan wajah. Rupanya Rain benar-benar tidak tertarik dengan aset perusahaan dan warisan keluarga Gumilang. Entahlah, mungkin pria itu memiliki rencana lain di balik semua ini, pikir Emanuel masih penasaran.

Hari berikutnya di pemakaman umum. Sebuah buket bunga diletakkan di samping pusara makam bertuliskan Liliana.

Pagi itu cuaca terbilang cukup cerah. Kayla memutuskan untuk berkunjung ke makam ibunya. Wanita itu membuka kacamata hitam yang menutupi sebagian wajah. Diusap titik kecil yang ingin terjun dari sudut matanya.

Dihela napas panjang. "Ma, apa kamu bahagia setelah meninggalkan dunia ini? Aku sedih kenapa Mama tidak mengatakan semuanya sebelum Mama pergi?" Kayla kembali mengusap sudut matanya seraya memalingkan wajah.

"Papa sudah mengusirku. Dia mengatakan jika aku bukanlah putrinya. Kenapa Mama meninggalkanku tanpa memberitahuku tentang semua ini?" Kali ini Kayla menjatuhkan wajahnya dengan punggung yang bergetar dalam tangis.

"Nona Muda, di unit apartemen Anda ada Tuan Muda Joshua. Beliau sudah menunggu Anda sekitar tiga puluh menit." Seorang pelayan wanita menyambut Kayla saat wanita itu tiba di depan pintu unit apartemennya.

'Joshua? Mau apa dia?'

Kayla tampak sedikit terkejut dan malas untuk memasuki unit apartemennya. Mau apa Joshua datang?

Apakah suami tukang selingkuh itu mau membujuknya lagi? Bahkan dia muak untuk melihat wajah Joshua. Kayla hanya berdiri sambil berpikir. Raut wajahnya tampak gelisah.

"Syukurlah kamu sudah pulang."

Suara bass itu cukup mengejutkan. Kayla menolehkan kepalanya pada sumber suara tersebut. Senyuman manis Joshua yang pertama dirinya lihat.

Wajah tampan itu, buket bunga yang dibawanya, semuanya membuat dia muak. Kayla segera berpaling muka, melipat kedua tangannya di depan dada. Wajah sinis yang dirinya tunjukan pada Joshua.

"Mau apa menemui ku? Bahkan aku tak ingin melihatmu lagi," ucapnya dingin tanpa mau menatap pria dengan stelan jas hitam di hadapannya.

Joshua tersenyum tipis. Sikap dingin Kayla benar-benar membuatnya gemas. Dia sangat merindukan istrinya. Manik hitam itu menatap Kayla dengan lembut dan kagum.

"Sayang, aku tahu kamu masih marah padaku. Aku ingat jika hari ini adalah hari Valentine. Aku ingin mengajakmu untuk merayakannya," ucapnya tanpa memudarkan senyum di wajahnya yang tampan.

Sementara tangannya menyodorkan buket besar bunga yang dibawanya untuk Kayla. Bunga mawar putih kesukaan istrinya.

Kayla tersenyum sinis. Matanya menatap pada Joshua kali ini. Namun dengan tatapan yang tidak hangat layaknya seorang istri pada suaminya.

"Hari Valentine? Kenapa menemui ku? Kenapa tidak menemui gundik itu saja? Bukankah wanita gatal itu yang kamu cintai?"

"Kay--"

"Cukup Joshua! Aku benar-benar muak padamu! Apa kamu paham? Hari Valentine atau apalah itu, semuanya omong kosong bagiku! Aku tak mau melihatmu lagi. Cepat pergi dari sini dan bawa kembali buket bunga itu! Aku tak sudi menerimanya!"

Setelah bicara sepedas itu, Kayla segera memalingkan wajahnya dari tatapan Joshua. Dia bergegas masuk ke unit apartemennya lalu menutup pintu dari dalam.

Joshua menjatuhkan wajah. Usahanya untuk membujuk Kayla telah gagal. Pandangannya turun pada buket bunga di tangannya. Kemudian menoleh pada pelayan wanita yang berdiri di belakang.

"Nona Muda sedang marah padaku. Tolong kamu berikan bunga ini untuknya."

"Baik, Tuan Muda." Si pelayan menerima buket bunga Joshua dengan wajah datar. Dilihatnya punggung pria itu yang berlalu pergi. Joshua tampak sedih. Pasti dia menyesal karena pernah mengecewakan istrinya.

"Kapan berkas perceraian itu tiba padaku? Aku mau kamu segera mengurusnya. Itu tidak sulit, bukan?" Terdengar suara Kayla yang sedang bicara lewat sambungan ponselnya dengan seseorang.

Apa katanya tadi? Berkas perceraian? Ya Tuhan, rupanya Kayla tidak main-main untuk bercerai dengan Joshua?

Wanita itu segera menghubungi pengacaranya untuk segera mengurus berkas-berkas perceraian dan melayangkan gugatan cerai pada pihak Joshua.

"Baiklah, lakukan segera. Aku benar-benar ingin bercerai dengan dia." Kayla segera melipat ponsel pintar dalam genggaman. Dihela napas panjang olehnya. Matanya dipejamkan dalam emosi. Apakah keputusannya sudah benar?

Dalam hati dia memang masih sangat mencintai Joshua. Namun, pengkhianatan suaminya itu benar-benar sulit untuk dia maafkan.

Joshua sudah berselingkuh! Bahkan dengan Reinata. Ibu tiri sialan yang sangat dia benci. Apakah dia harus memaafkan Joshua? Kepalanya menggeleng. Tidak, tidak, semuanya sudah tak pantas lagi untuk dipertahankan.

*

"Kenapa kamu datang seorang diri lagi? Di mana Kayla? Apa kamu gagal membujuknya?"

Karina bertanya pada Joshua saat sang putra menemuinya di rumah sakit. Pagi ini dia akan segera meninggalkan rumah sakit jiwa. Karina menatap Joshua lamat-lamat sambil menunggu jawaban pria itu.

Joshua yang sedang memakaikan sepatu pada tungkai Karina menggelengkan kepalanya.

"Tidak, sepertinya aku dan Kayla sudah tak ada harapan lagi," ucapnya tanpa memalingkan pandangan dari sepasang tungkai Karina yang sudah cantik dengan sepatu baru yang dia belikan.

"Kamu menyerah?" tanya Karina seraya menatap Joshua yang masih berjongkok di hadapannya.

Pria itu menggeleng cepat. "Tidak, aku tidak akan menyerah begitu saja. Kayla sedang marah saat ini, aku akan terus berusaha membujuknya."

Joshua mengangkat wajahnya pada Karina. Diraih jemari sang ibu dengan tatapan penuh tekad.

"Mom, aku sudah melakukan kesalahan besar. Wajar jika Kayla kesulitan untuk memaafkanku. Namun, aku sadar satu hal, dia sangat berarti untukku. Aku tak mau kehilangan dia."

"Jika begitu, berusahalah lebih baik lagi. Mommy yakin, Kayla pasti akan kembali padamu jika kamu berhasil meyakinkan hatinya," ucap Karina. Diusap pipi Joshua sambil menatapnya dalam.

Pria itu menanggapi dengan anggukan ringan yang disertai senyuman tipis. Benar kata ibunya, Kayla pasti akan kembali padanya jika dia benar-benar tulus menyakinkan hati istrinya itu.

Ini tidak mudah meski dia sudah benar-benar menyesali perbuatannya. Kayla memiliki pendirian yang teguh. Wanita itu tak mudah untuk menerimanya lagi.

Dia akan tenggelam dalam jurang penyesalan jika Kayla benar-benar menggugat cerai dirinya.

Sayangnya kali ini Kayla tidak bisa lagi menimbang rasa. Perasaannya pada Joshua sudah sirna. Selain kebencian, tidak ada lagi cinta untuknya dari Kayla.

MEMBAKAR GAIRAH (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang