Chapter 79 - Kemarahan Publik

498 14 2
                                    

Sore itu di Rumah Sakit Medika Farma.

Dua orang perawat terlihat memasuki sebuah ruang rawat VIP di mana ibu Reinata menghabiskan waktunya setiap hari.

Amera, nama ibu Reinata. Wanita lima puluh tahun itu sudah berada di rumah sakit sejak Reinata menikahi Beni sepuluh tahun yang lalu.

Namun, kesehatan Amera tak kunjung membaik. Berbagai tes sudah dirinya jalani, tetapi penyakitnya tidak juga kunjung sembuh.

"Selamat sore, Ibu Amera. Bagaimana kondisi Anda sore ini?" tanya seorang perawat pada wanita kurus yang sedang terbaring lemas di tengah ranjang pasien. Bibirnya mengulas senyum saat mata wanita itu melirik ke arahnya.

"Seperti yang kamu lihat," balas Amera disertai senyum tipis.

Dia segera bangkit dibantu oleh dua orang perawat itu. Sudah saatnya dia minum obat. Benar-benar membosankan. Setiap hari dia harus meminum banyak obat.

Hidup segan mati tidak kunjung, begitulah kondisinya saat ini. Amera bahkan sudah tidak bersemangat lagi untuk menjalani hidup.

Hanya saja putrinya, Reinata tetap membiayayai pengobatan di rumah sakit. Jika tidak, mungkin dia sudah mati sejak lama.

"Ibu Amera, apakah Anda belum mengetahui gosip yang sedang ramai saat ini?" tukas seorang perawat pada Amera usai membantunya minum obat. Dia hanya tersenyum tipis saat rekan perawat di samping menyenggol lengannya.

Amera mengernyitkan dahi tampak heran.

"Gosip? Aku bahkan tidak pernah menyalakan televisi itu," jawabnya seraya mengalihkan pandangan si perawat ke arah layar LED jumbo di depannya.

Lagi pula untuk apa menonton tayangan televisi?
Dia sama sekali tidak tertarik untuk mengurusi hal seperti itu.

Minum obat setiap dua jam sekali benar-benar membuatnya muak. Tubuhnya menjadi lemas dan tak ingin melakukan apa pun lagi.

Si perawat kembali mengulas senyum tipis. Matanya kembali pada wanita tua di depannya.

"Seluruh kota bahkan seluruh negeri sedang membicarakan putri Anda saat ini. Apakah Anda tidak tertarik untuk menontonnya?"

"Membicarakan putriku? Memangnya apa yang sudah Reinata lakukan?" Amera tampak sangat terkejut.

Dia dibuat heran dengan ucapan si perawat. Setahunya Reinata sibuk bekerja untuk membiyayai pengobatannya.

Reinata wanita yang sangat mandiri. Bahkan dia tidak mau membebani suaminya untuk biaya rumah sakit.

"Putri Anda sangat populer saat ini. Sebaiknya Anda melihatnya."

Si perawat segera bangkit. Tangannya menyambar remot control televisi yang tergeletak pada meja di depan sofa.

Bergegas dinyalakan layar LED jumbo di ruangan itu. Bibirnya tersenyum tipis setelah menemukan apa yang dicarinya.

Amera hanya duduk di tengah ranjang. Matanya menatap lurus ke arah layar terang di depannya. Tayangan televisi menampilkan Reinata yang sedang dikejar-kejar oleh banyak wartawan.

Ada apa dengan putrinya itu?
Apakah Reinata menjadi tersangka suatu kasus sampai-sampai muncul di televisi?

Pikirnya masih menyimak dengan seksama.

["Nyonya Danuarta, apakah wanita dalam video berdurasi dua puluh detik itu benar-benar Anda? Jadi benar gosip yang sedang memanas saat ini? Anda sudah berselingkuh dengan Tuan Muda Joshua? Bahkan dia adalah menantu Anda sendiri!"]

["Nyonya Danuarta! Ayo katakan sesuatu! Kenapa Anda menghindari Media? Bagaimana dengan Tuan Danuarta yang kini sedang terbaring di rumah sakit karena perbuatan Anda?!"]

MEMBAKAR GAIRAH (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang