Chapter 120 - Akhir Sebuah Cerita [End]

274 6 0
                                    

Madu dan racun merupakan dua zat yang berbeda jauh. Namun keduanya sama-sama mematikan.

Sinar jingga membelai wajah putih Kayla. Garis tawanya terlihat begitu ringan. Namun ada banyak kesedihan di manik coklat hazel nya itu.

Aku akan tinggal di unit apartemen bersama Jose. Maafkan aku yang sudah melibatkan dirimu," ucap Kayla pada Rain.

Mereka sudah tiba di Kota New York. Kayla memilih tinggal di sebuah unit apartemen daripada tinggal di mansion Rain yang mewah.

"Tak apa," jawab Rain. Bibirnya mengulas senyum tipis pada wanita cantik di hadapannya. "Setelah ini apa rencanamu?" lanjutnya usai menyesap lebih dulu pada gelas winenya.

"Aku akan memulai pekerjaan dengan membuat desain pakaian dan membuka butik." Kayla menjawab lalu tersenyum tipis.

"Kamu benar-benar mandiri, Kay. Namun, kenapa kamu harus melakukan semua ini? Bagaimana jika Jose menanyakan ayahnya?" tukas Rain. Matanya menatap sendu pada Kayla.

Satu bulan yang lalu, saat dia dan Kayla bertemu di sebuah cafe. Rain sudah mengatakan semuanya pada Kayla, termasuk dirinya yang sudah divonis mandul.

Rain menanyakan hasil tes DNA Jose pada Kayla. Namun, wanita itu terus saja menyangkal dan mengatakan Jose adalah anaknya.

Rain tahu Kayla sudah berbohong. Namun dia tak bisa terus mendesaknya.

"Maksudmu, kita akan tetap menikah?" Kayla menatap sendu pada Rain. Manik cokelat hazel itu berubah gelap.

Seperti janjinya dahulu. Bukankah dia harus menikahi Rain sekarang? Ya, itu pun jika dia tak ingin rahasianya terbongkar.

"Ya, karena Jose adalah anakku, bukan? Apa kamu lupa dengan janjimu?" desak Rain.

Kayla memalingkan wajahnya sesaat sebelum kembali menatap pada pria di hadapannya.

"Apakah kamu mau menikah dengan wanita yang tidak mencintaimu?" Dia berucap dengan tatapan sendu dan suara yang lirih. Kayla menyesal pernah mengucapkan janji itu. Namun dia pun tidak mungkin menyakiti Rain.

Rain menggeleng lesu mendengarnya. Dugaannya benar, Jose bukanlah anaknya. Namun, kenapa Kayla melakukan semua ini? Matanya menatap sendu saat wanita itu bangkit dan meninggalkan dia seorang diri.

Rain tak benar-benar ingin menikahi Kayla. Justru dia ingin Kayla kembali pada Joshua.

Kendati demikian, dia tak bisa memaksa Kayla untuk kembali pada kakaknya itu. Wanita itu sangat mandiri dan cerdas. Kayla tak membutuhkan siapa pun.

"Kamu benar-benar keras kepala, Kay.
Kamu sudah memenggal semuanya dengan komitmen kamu sendiri," ucap Rain pelan seraya memandangi punggung Kayla yang sudah menjauh darinya.

Kayla masih sangat mencintai Joshua.
Ya, Rain bisa melihat semua itu dari pendar mata Kayla. Wanita itu sedang bertarung dengan perasaan dan komitmen yang dia buat sendiri.

Entah sampai kapan Kayla mampu bertahan pada prinsipnya itu. Menurut Rain, apa yang Kayla lakukan bukan hanya menyiksa dirinya sendiri, tapi juga Joshua yang sudah dibohongi.

"Aku akan membawamu kembali pada Joshua. Namun, tidak sekarang." Rain segera bangkit dari kursinya. Dipandangi mobil BMW hitam yang membawa Kayla pergi meninggalkan pelataran mansion mewah miliknya.

Ada banyak hal yang semestinya mereka bicarakan. Sialnya Kayla memilih untuk pergi.

"Kay, aku minta maaf kalau sudah membuatmu tersudut. Aku tidak mau menikahi mu, karena kamu juga tidak menginginkan aku. Maka bolehkah jika kita membesarkan Jose bersama? Bukankah dia keponakan ku juga?"

Kayla tersenyum pahit saat membaca pesan singkat yang Rain kirim ke padanya. Bulir bening tiba-tiba saja berjatuhan seiring getaran hebat di dalam hatinya.

Pada akhirnya Rain pun tahu jika dia sudah berdusta. Kebohongan besar. Entah sampai kapan dia bisa menyimpan semua itu.

'Joshua, lihatlah kamu begitu menderita saat jauh dariku dan Jose. Maka anggaplah saat itu Tuhan sedang menghukum mu. Kau tidak akan pernah bisa merasakan warna-warni kebahagiaan seperti dulu. Hanya kesepian, penyesalan dan kehampaan yang kamu lalui. Aku bersumpah!'

Sumpah itu mungkin tidak sampai ke telinga Joshua. Namun, laki-laki itu betul-betul menderita sejak kepergian Kayla darinya.

Ada pun dia yang pergi ke kantor dan memimpin sebuah rapat penting, Joshua terlihat hampa saat sedang seorang diri.

'Aku tahu, jika Tuhan sedang memberiku hukuman. Namun, aku yakin jika suatu saat kamu pasti akan kembali padaku. Aku percaya itu, Kayla ...'

Di sela kepedihan itu, Joshua menghabiskan waktu berharganya untuk menulis sebuah artikel. Itu curahan hatinya.

Dan para Media selalu menunggu sambungan demi sambungan artikel yang dibuat oleh Presdir Group Mikro itu. Mereka merasa tersentuh oleh tulisan Joshua.

***

Malam yang dingin di kota New York. Dari kaca jendela terlihat butiran salju berjatuhan dari langit yang hitam.

Kayla duduk seorang diri di dalam ruangan luas yang dipenuhi oleh puluhan kain aneka motif dan jenis. Juga patung-patung manekin yang sudah mengenakan gaun-gaun pengantin yang indah.

Lima tahun sudah berlalu. Model cantik itu kini berprofesi sebagai seorang desainer terkenal. Dengan goresan pensil, Kayla mendesain gaun-gaun pengantin untuk pernikahan para selebriti dan para putri bangsawan.

Bibirnya mengulas senyum saat Endrike memasuki ruangan itu sambil mengajak Jose.

Ah, wajah anak itu ... Kayla tersenyum haru melihat putranya sudah tumbuh besar dan memiliki paras yang tampan, persis Joshua.

"Mom, aku mau tidur denganmu," rengek Jose. Tangan mungil anak laki-laki itu menarik-narik tepi dress selutut warna hitam yang membalut tubuh Kayla.

"Astaga, kamu ini. Baiklah, Mommy akan ke kamarmu segera," ucap Kayla seraya mengusap pipi cabi Jose disertai senyuman gemas.

"Janji?" Jose menatapnya dengan menengadah pada sang ibu.

"Ya, Mommy janji." Kayla tersenyum manis untuk putranya.

Jose tersenyum puas dengan wajah berbinar. Dia baru akan mau tidur setelah dibacakan buku dongeng oleh ibunya.

Endrike segera membawa Jose saat Kayla bangkit untuk menyusul. Namun, tiba-tiba matanya turun pada secarik kertas yang terjatuh setelah tersenggol oleh lengannya.

Diraih secarik kertas itu oleh Kayla. Hasil tes DNA Jose?

Matanya berkaca-kaca melihat nama yang tertera di sana. Joshua, sampai saat ini pria itu belum mengetahui jika Jose adalah putranya. Dia ayah biologisnya!

Bahu itu bergetar hebat. Lima tahun sudah dirinya menutupi semua ini, dan lima tahun yang penuh kehampaan.

Hasil tes DNA itu asli, sementara yang dulu diberikan pada Joshua cuma hasil tes yang sudah Endrike palsukan atas perintahnya. Tak ada yang mengetahui hal ini selain Endrike dan dia.

Bulir bening berjatuhan di pipi licin Kayla.

Dia jatuh duduk pada kursinya lagi. Diremas berkas dalam genggaman dengan erat. "Maafkan aku, Joshua," lirihnya dalam tangis.

Pengkhianatan tetaplah pengkhianatan, tak ada maaf untuk semua itu.

Namun, apakah dia sanggup melewati hidup penuh kehampaan seperti ini untuk waktu yang lama? Luka itu begitu dalam dan sulit untuk sembuh seperti sedia kala.

Kayla yakin, tanpa suami dia bisa membesarkan Jose dengan baik.

Dia bukan wanita yang lemah, dia bukan wanita yang mau saja menerima suaminya yang sudah tidur dengan wanita lain! Namun, dia juga sakit tak berkesudahan.

Hanya senyuman Jose yang membuatnya terus bertahan. Entah sampai kapan dia harus membohongi putranya dengan mengatakan jika ayahnya sudah tiada. Padahal Joshua masih hidup, sehat dan selalu menunggu mereka kembali.

The End

Sampai jumpa di novel Membakar Gairah season 2 👋

 

MEMBAKAR GAIRAH (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang