Chapter 114 - Rain Kecelakaan

36 3 0
                                    

Usia kandungan Kayla sudah menginjak sembilan bulan. Dokter kandungan sudah memprediksi jika Kayla akan melahirkan dengan proses caesar. Bayinya sehat dan berkembang dengan baik.

Joshua sudah tak sabar menanti sang istri melahirkan. Pria itu rutin menemani Kayla memeriksakan kandungannya setiap bulan. Menurut hasil USG Kayla akan melahirkan bayi laki-laki.

"Di luar sangat dingin. Aku tak ingin kamu dan Baby-G kena flu."

Joshua mengulas senyum manis saat Kayla menoleh ke arahnya. Sang istri sedang duduk seorang diri pada sofa di teras balkon kamar. Sementara dirinya baru saja tiba sepulang dari kantor.

Kayla hanya tersenyum sinis lantas memalingkan wajah dari tatapan lembut suaminya.

Wajah tampan itu, senyum manis itu, semuanya tentang Joshua, dia tak perduli lagi. Hingga saat pria itu mendekat, Kayla buru-buru bangkit. Dengan wajah acuh dia bergegas pergi.

Joshua hanya menghela napas lalu tersenyum pahit. Sampai kapan Kayla terus bersikap dingin padanya? Usahanya untuk membujuk sang istri benar-benar tidak ada hasilnya.

Dilepaskan jas hitam yang melekat di tubuh tinggi itu, Joshua duduk lesu pada sofa lalu mengusap kasar pada wajahnya tampak frustasi.

Sementara itu, Kayla berdiri di ambang pintu teras balkon. Dipandangi punggung Joshua yang sedang merajuk. Dia menghela napas seraya memejamkan mata.

Meski hatinya menjadi rapuh karena Joshua, tapi dia menolak keras untuk kembali baik-baik saja dengan pria itu.

Kayla memalingkan wajah guna menyeka titik kecil di sudut matanya. Diusap perut besarnya dengan hati teriris. Anak ini akan dibesarkan tanpa Joshua.

Dia yakin dengan keputusan ini. Kemudian tubuh berlalut dress selutut warna hitam itu memutar dan berlalu.

               ...........................................

Hujan deras mengguyur kota sore itu. Mobil Bugatti Divo warna biru tua melaju dengan kecepatan tinggi.
Rain, pria yang sedang mengemudikan mobil sport itu.

Sepuluh menit yang lalu Emanuel menelepon, jika telah terjadi masalah pada rapat dewan direksi di Pusat Group Metro saat ini.

Sebagai pemegang saham utama perusahaan tersebut, Rain harus datang pada rapat dewan direksi yang sedang di gelar sore itu.

Pukul lima sore akhirnya Rain tiba di Pusat Group Metro. Para staf utama sudah berjajar di depan kantor besar itu guna menyambut kedatangan presdir mereka.

Sementara para bodyguard langsung mengerumuni mobil sport warna biru  yang baru saja menepi.

Rain keluar dari mobilnya setelah dua orang bodyguard membukakan pintu mobil sport itu. Tatapan dingin dia lontarkan pada semua staf.

Mereka menanggapi dengan sedikit membungkukan tubuh pada Rain. Kemudian mengikuti langkah pria muda itu memasuki kantor.

"Saham Metro Departemen Store sedang anjlok saat ini. Banyak pihak yang menawarkan untuk membeli semua saham. Bagaimana tanggapan Anda?" tanya salah satu dewan direksi pada Rain. Mereka sedang duduk dan mengadakan rapat penting sore ini.

"Metro Departemen Store mengalami krisis karena beberapa perusahaan mebel sudah memperbarui performa mereka. Sementara mebel yang kita produksi masih sama. Aku pikir, kita harus meningkatkan inovasi lagi untuk kedepannya." Rain menanggapi pertanyaan dewan direksi dengan wajah tenang.

"Presdir, bagaimana jika para klien masih kurang puas dengan produk kita? Apakah Anda masih tetap mempertahankannya? Saya dengar, Mikro baru saja membuat produk yang sangat bagus. Sebuah sofa untuk pasangan yang baru saja menikah."

MEMBAKAR GAIRAH (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang