Malam itu pukul sebelas malam. Mobil Mercedes Benz C Class warna hitam menepi di pelataran sebuah gedung.
Markas Organisasi Mikro, tempat itu dihuni oleh ratusan para bodyguard yang bekerja pada Group Mikro yang kini dipimpin oleh Joshua selaku presdir.
Zidan dan para bodyguard yang pertama keluar dari mobil-mobil CRV hitam yang mengawal mobil Joshua. Mata mereka menyapu pandangan ke sekitar. Pistol dinpinggang, dengan sigap Zidan segera membukakan pintu mobil Mercedes Benz C Class di sampingnya.
"Silakan, Presdir."
Joshua segera keluar dari mobil setelah pintu dibuka. Layaknya seorang presiden, pengawalan begitu ketat di mana pun dirinya berpijak. Bahkan, di depan Markas Organisasi Mikro yang sudah jelas terjamin keamanannya.
"Aku ingin melihat sopir truk itu," bisik Joshua pada Zidan setelah dia berdiri di samping sang bodyguard.
"Baik, Presdir. Silakan." Zidan segera membungka satu tangannya, mempersilakan Joshua berjalan lebih dulu menuju pintu gedung Markas Organisasi Mikro.
"Para bodyguard sudah menyekap sopir itu di tempat khusus. Sesuai perintah Anda, tak banyak yang tahu tentang hal ini," ucap Zidan seraya berjalan bersisian dengan Joshua menyusuri lorong gedung.
Joshua hanya mengangguk kecil menanggapi. Mereka mempercepat langkah sampai tiba di depan pintu lift. Zidan melarang bodyguard lain untuk mengikuti. Hanya dirinya dan dua orang bodyguard utama yang mengawal Joshua selanjutnya.
Pintu lift terbuka pada kedua sisi. Zidan yang keluar lebih dulu. Pria itu menyapu pandangan ke sekitar. Setelah dirasa aman, barulah dia mempersilakan Joshua untuk keluar dari lift.
Mereka melanjutkan langkahnya menuju satu ruangan khusus yang berada di sudut lantai sepuluh gedung.
"Silakan, Presdir."
Joshua mengayunkan kedua pantofel hitam mengkilat yang terpasang di kedua tungkainya memasuki sebuah ruangan. Cahaya redup menyambut. Matanya menangkap sosok pria yang terikat di atas bangku.
Pria itu sedang menatapnya sendu. Joshua mendekat, berdiri tegak di hadapan pria bertubuh gempal di sana.
"Apa mau Anda, Tuan? Kenapa menculik orang kecil seperti saya? Bahkan, saya belum membayar tagihan rumah sakit," tukas pria yang sedang terikat di bangku itu dengan napas terengah-engah.
Dua jam yang lalu, dia baru saja minum obat di ruang rawat Rumah Sakit Mikro Hospital. Tiba-tiba saja para bodyguard Mikro menculiknya.
Dia tak sadarkan diri setelah mulutnya disumpal dengan sapu tangan. Setelah sadar, dia sangat terkejut melihat tubuhnya sudah terikat pada kursi kayu ini.
Joshua menaikan sudut bibirnya seraya menatap pria di hadapannya kini."Katakan, siapa yang menyuruhmu untuk menghabisi adikku? Katakan, Bajingan!" gerraknya dengan wajah agak dicondongkan.
Pria di kursi dibuat tersentak. "Membunuh?" tanyanya dengan wajah heran."Saya tidak bermaksud membunuh Tuan Muda Rain, ini murni kecelakaan," lanjutnya dengan wajah polos dan ketakutan.
Joshua memalingkan wajah kesal. Tangannya mengepal kuat sesaat sebelum kemudian menyambar rahang pria di kursi.
"Jangan main-main dengan orang-orang Mikro. Jika kamu butuh uang aku bisa memberikan, tapi jangan coba berbohong padaku jika masih ingin hidup," desisnya ke wajah pria itu.
"Aku benar-benar tidak bohong. Untuk apa aku menghabisi Tuan Muda Rain? Bahkan, orang-orang kecil seperti kami tak pernah memikirkan apa pun selain mencari uang untuk makan besok pagi," lirih pria di kursi. Dia menggeleng saat Joshua menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMBAKAR GAIRAH (Revisi)
Mystery / Thriller(khusus dewasa) Joshua dan Reinata pernah menjalin hubungan asmara, tapi semuanya kandas karena insiden mengerikan di sebuah hotel. Hingga sepuluh tahun kemudian mereka bertemu kembali. Namun, semuanya sudah berubah. Reinata dibuat terkejut mengetah...