Chapter 82 - Roda Kehidupan

474 15 2
                                    

"CEO, kenapa Anda minum sendiri di sini? Bolehkan saya ..."

"Pergilah, aku ingin sendiri saja sekarang."

Emanuel hanya mematung di tempat setelah Rain mengibaskan tangan mengusirnya pergi.

Dilihatnya wajah pria itu yang tampak sangat frustasi. Apakah karena Tuan Muda Gumilang yang asli sudah ditemukan?

Mungkin Rain sangat terpukul karena semua ini. Bahkan, orang-orang penting Mikro sudah tidak menghormatinya lagi.

"CEO, saya tahu perasaan Anda saat ini. Oleh karena itu lebih baik kita minum bersama saja. Berbagilah masalah Anda dengan saya, jangan dipikul seorang diri."

Emanuel mendaratkan bokongnya pada sofa kosong di samping Rain, tanpa diminta oleh bosnya itu dia mulai menuangkan botol wine pada gelas dalam genggaman Rain.

"Emanuel, kamu tidak paham apa yang sedang aku rasakan. Kenapa takdir begitu gila mempermainkanku. Bahkan ... Aku bahkan tidak sudi menceritakannya."

Rain kembali menyesap pada gelas winenya dengan sekali tandas. Kepalanya menggeleng pusing dan penuh dilema.

"CEO, tidak ada yang lebih menyakitkan daripada harus menyaksikan ayahku menghabisi ibuku di depan mataku sendiri. Bahkan saat itu usiaku baru tujuh tahun. Andaikan aku seperti sekarang, mungkin aku bisa mencegah semua itu dan ibuku masih hidup."

Emanuel menyesap pada gelas winenya usai bicara. Wajahnya pun tidak sebaik Rain. Mereka sama-sama kacau.

"Ya, kamu benar. Namun, bagaimana jika wanita yang kamu cintai ternyata adikmu sendiri? Bukankah itu pun sangat menyakitkan?" Rain kembali menuangkan botol wine pada gelasnya usai bicara.

Emanuel sangat terkejut mendengar ucapan Rain.

"Maksud Anda? Saya tidak mengerti."

Rain meletakkan gelas winenya pada meja. Kemudian bersandar lesu pada sandaran sofa.

Tangannya membuka simpul dasi yang melilit di leher kemejanya. Dia menoleh pada Emanuel yang sedang menunggu jawaban.

"Kamu tidak akan percaya ini, Kayla adalah adikku."

"A-apa?!"

Emanuel terkejut luar biasa mendengar ucapan Rain.

Menurutnya ini memang terdengar sangat mengejutkan. Reaksinya sudah seperti habis mendengar balon yang dipecahkan pada suatu pesta ulang tahun.

Kayla adiknya Rain?
Dia benar-benar terkejut mendengarnya.

Rain mengangguk menanggapi.
Kemudian diusap kasar wajahnya lalu memalingkan pandangan ke semua arah.

Dia benar-benar tampak pusing. Apakah ini nyata?
Rain tidak sedang mabuk?

Emanuel mulai curiga. Dia kembali menatap dalam pada CEO muda di sampingnya.

"CEO, apakah maksud Anda Tuan Danuarta adalah ayah Anda, begitu?" tanyanya dengan menerka-nerka. Jika Rain mengangguk maka ini benar-benar konyol.

"Ya, Beni Danuarta. Dialah bajingan yang sudah memperkosa Nyonya Karina hingga pria malang ini terlahir," ucap Rain dengan wajah frustasi.

Harapannya pada Kayla sudah pupus jika wanita itu adalah adiknya. Sial! Benar-benar sial! Ingin rasanya dia menghabisi Beni.

"Amsyong ..." Emanuel mengusap wajahnya lalu menoleh pada Rain,
"Anda benar-benar malang, CEO." Diremas bahu Rain dengan tatapan kasihan.

Rain hanya tersenyum pahit menanggapi. Mereka kembali minum bersama.

"Aku sudah mengambil keputusan, aku akan kembali ke New York. Tak ada gunanya tetap di sini. Pewaris Group Mikro sudah ditemukan. Aku harus pergi," ucapnya kemudian setelah hening beberapa saat.

MEMBAKAR GAIRAH (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang