Sore itu turun hujan.
Mobil BMW hitam yang membawa Joshua melaju kencang menyusuri jalan kota yang basah.
Mau kemana dia hujan-hujan begini?
Baiklah, ayo kita cari tahu bersama.
"Kenapa kita harus menemuinya di rumah sakit? Bahkan di rumah sakit jiwa?" tanya Joshua pada Brazil.
Si asisten sedang mengemudikan mobil yang membawanya sore itu.
Mereka sedang di perjalanan menuju Rumah Sakit Jiwa Bugenvil saat ini.
Yang menjadi janggal bagi Joshua, mereka akan menemui seorang presdir perusahaan besar ternama, tapi kenapa mereka harus datang ke rumah sakit jiwa?
"Maaf, CEO. Mungkin Anda belum mengetahuinya jika Presdir Group Global mengalami depresi berat setelah istrinya meninggl. Beliau dirawat dan tinggal di rumah sakit jiwa."
Sambil mengemudikan mobil, Brazil menjawab. Matanya menatap pada kaca spion di atasnya satu kali. Dia melihat siluet Joshua dari sana.
"Jadi, maksudmu kita bekerjasama dengan orang tidak waras, begitu?" cetus Joshua hampir tak percaya.
Dia sangat terkejut mendengar kondisi kliennya yang ternyata seorang pasien rumah sakit jiwa.
"Tidak seburuk yang Anda pikirkan, CEO. Presdir Global Group hanya mengalami depresi saja. Dia tidak gila seperti pasien lainnya. Group Metro sudah lama menjalin hubungan bisnis dengan perusahaannya, tak ada yang aneh. Semuanya baik dan berjalan dengan lancar," ringkas Brazil. Dia paham perasaan Joshua.
Presdir Global Group memang tinggal di rumah sakit jiwa sebagai pasien. Namun, pria 50 tahun itu tetap menjalankan bisnisnya.
Dia hanya tak mau kembali ke mansion karena kerap kali mengalami depresi saat teringat istrinya.
"Baiklah," ucap joshua usai menghela napas.
Bekerja sama dengan pasien rumah sakit jiwa?
Hh, bukankah itu terdengar sangat konyol? Cibirnya dalam hati.
Meski sebagai CEO dia punya pendapat sendiri, tapi dia bukanlah pemilik Group Metro. Jadi, dia hanya bisa ikuti saja apa yang sudah Brazil atur untuknya.
Perjalananan memakan waktu sekitar dua jam karena hujan yang tak kunjung reda.
Hingga saat mereka tiba di pelataran rumah sakit jiwa di mana mereka akan menemui seorang big bos perusahaan besar di mana mereka menjalin kemitraan.
Brazil segera membuka pintu mobil untuk Joshua. Tangan kirinya memegang payung warna biru tua untuk melindungi CEO dari curah hujan yang mulai berangsur reda.
Sementara para bodyguard berjaga-jaga saat Joshua berjalan memasuki area rumah sakit itu.
"Selamat sore, CEO. Silakan masuk. Presdir sudah menunggu Anda."
Dua orang bodyguard menyambut Joshua di depan pintu sebuah ruang rawat VIP.
Mata Joshua turun pada penampilan para bodyguard di depannya. Mereka hanya lebih tua darinya sekitar dua tahun saja.
Dia hanya mengangguk tegas, lantas berjalan masuk setelah mereka membukakan pintu. Satu bodyguard mengantarnya ke dalam.
"Selamat sore, Presdir. CEO Group Metro sudah datang," ucap bodyguard itu pada seorang pria yang tengah duduk santai di ruang rawat pasien yang bahkan jauh lebih bagus dari kamar hotel VVIP.
Joshua hanya mengangguk seraya tersenyum tipis saat mata pria seumuran Beni itu menatapnya.
Presdir Handoko Prasetiyo, pemilik tunggal perusahaan Global Industri Group.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMBAKAR GAIRAH (Revisi)
Misteri / Thriller(khusus dewasa) Joshua dan Reinata pernah menjalin hubungan asmara, tapi semuanya kandas karena insiden mengerikan di sebuah hotel. Hingga sepuluh tahun kemudian mereka bertemu kembali. Namun, semuanya sudah berubah. Reinata dibuat terkejut mengetah...