Chapter 84 - Penolakan Rain

323 7 0
                                    

"Joe, kamu sudah gila! Cepat kemudikan mobilnya, Bodoh!"

Eli marah-marah pada Joe karena perbuatan pria itu. Mereka segera kabur saat para bodyguard melepaskan tembakan ke arahnya.

"Presdir, Anda baik-baik saja?!"

Dua orang bodyguard segera membawa Joshua masuk mobil. Mereka sangat cemas melihat darah mengucur dari bahu pria itu.

"Kulitku terkupas. Astaga, ada apa ini? Kenapa ada para penembak di sini?!" Joshua mengerang menahan sakit setelah duduk di dalam mobilnya.

"Entahlah, Presdir. Sepertinya mereka orang-orang bayaran. Sebaiknya kita segera ke rumah sakit sekarang!"

"Tidak usah, aku mau pulang saja."

Joshua berusaha menahan sakit dan perih di bahunya. Beruntung timah panas itu meleset sehingga tidak bersarang di tubuhnya.

Sial!

Siapa yang ingin membunuhnya?

"Presdir, Anda masih sakit? Kenapa meninggalkan kamar?"

Alex menemui Joshua di penthouse sore itu. Mendengar insiden penembakan yang terjadi di rumah sakit jiwa, pria itu buru-buru menemui Joshua.

Alex sangat mencemaskan pewaris Group Mikro tersebut. Tentu saja. Dia kan suka cari muka!

"Luka ku sudah membaik. Aku ingin menemui Kayla," ucap Joshua seraya mengenakan jas hitamnya dibantu oleh dua orang pelayan wanita.

Sejak dua hari yang lalu dirinya tidak henti memikirkan Kayla. Dia ingin menemui istrinya untuk memperbaiki hubungan mereka lagi.

"Baiklah, tapi biarkan saya mengantar Anda. Insiden penembakan itu benar-benar penuh misteri. Bahkan pelakunya belum tertangkap. Saya sangat mencemaskan Anda," tukas Alex dengan wajah penuh khawatir pada Joshua.

"Mungkin mereka hanya salah sasaran, tidak usah dipikirkan."

Joshua segera melenggang pergi usai berkata seperti itu pada Alex.

Salah sasaran?

Sepertinya tidak, tapi siapa yang ingin membunuhnya? Apakah Rain? Bisa saja pria itu sakit hati karena sudah ditendang oleh orang-orang Mikro, pikirnya tidak yakin.

***

Beni sangat murka karena Joe dan Eli gagal menghabisi Joshua. Pria itu kini sedang berdiri di ruangannya.

Entah kapan Rain dan Aslam akan tiba. Kenapa lama sekali!

Dilempar gelas wine dalam genggaman. Beni tampak sangat murka.

"Presdir, Tuan Muda Rain sudah tiba! Namun, beliau tak mau menemui Anda di sini."

Mendengar suara Aslam dari arah belakangnya, tubuh tinggi kekar berbalut stelan jas hitam itu memutar.

Sang bodyguard segera menjatuhkan wajahnya, segan. Tatapan Beni seperti iblis yang sedang kelaparan. Aslam mundur satu langkah saat pria itu bergerak maju padanya.

"Di mana Rain saat ini?" desis Beni ke wajah Aslam seraya mencengkeram kerah jas pria di hadapannya. Dia menatapnya sudah seperti ingin memangsa.

"Tuan Muda berada di ruang tamu penting saat ini," jawab Aslam dengan tubuh gemetaran.

Dia mudur satu langkah, terdorong saat Beni melepaskannya dengan kasar. Dihela napas lega olehnya melihat Beni melenggang pergi menuju pintu keluar.

Di ruang tamu penting perusahaan Beni. Terlihat Rain yang sedang berdiri menghadap jendela besar tanpa tirai di ruangan itu.

MEMBAKAR GAIRAH (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang