Chapter 117 - Kemelut Hitam

50 3 0
                                    

Kayla sudah membuat kekacauan besar malam ini. Berita hasil tes DNA itu pun sudah sampai ke telinga Media.

Mereka tergesa-gesa membuat artikel dan berita pasal hasil tes DNA bayi Kayla yang ternyata bukan anaknya Joshua, melainkan anak hasil hubungan gelapnya dengan Rain.

Hubungan gelap?

Oh, shit!

Orang-orang Media itu benar-benar gila! Mereka membuat gosip tidak tanggung-tanggung.
Tak hanya reputasi Kayla yang hancur, tapi juga popularitas Group Mikro dan kehormatan keluarga Gumilang.

Rain yang baru pulih segera kembali ke penthouse miliknya. Para Media dan publik sedang ramai membicarakan dirinya dan Kayla. Hubungan gelap?

Ya Tuhan ... Kepalanya mendadak pusing mendengar semua tuduhan tidak benar itu.

"CEO, saya sudah mengurus keberangkatan Anda ke New York esok pagi. Apakah Nona Kayla akan berangkat bersama Anda?" Emanuel bertanya pada Rain saat menemui pria itu di ruangan kerjanya.

"Ya, Kayla akan berangkat bersamaku. Jemput dia pukul enam padi di unit apartemennya," jawab Rain tanpa memutar tubuhnya menghadap pada Emanuel yang berdiri di belakang punggung.

"Baiklah, selamat beristirahat."

Emanuel segera mundur lalu meninggalkan Rain seorang diri. Pria dengan kemeja putih dipadukan denim hitam licin itu tampak melamun di tepi garis jendela besar yang menampilkan pemandangan kota di malam hari.

'Tuan Muda, kami menemukan sesuatu saat melakukan operasi.'

'Apa maksudmu? Apakah ada penyakit lain di tubuhku?'

'Benar, penyakit itu tidak berbahaya. Namun, Anda tidak akan memiliki keturunan jika terus dibiarkan.'

'Maksudmu, aku mandul?'

'Bisa dibilang begitu, dan penyakit ini sudah ada sejak lama.'

Rain memejamkan sepasang matanya. Tangannya mengepal kuat mengingat ucapan Dokter Bily tempo hari saat menemuinya di ruang rawat. Dia mandul?

Itu artinya, bayi Kayla bukanlah bayinya. Namun, kenapa hasil tes DNA mengatakan jika bayi itu adalah bayinya? Ini benar-benar aneh, bukan?

Kayla sudah membuat kekacauan besar malam ini. Berita hasil tes DNA itu pun sudah sampai ke telinga Media.

Mereka tergesa-gesa membuat artikel dan berita pasal hasil tes DNA bayi Kayla yang ternyata bukan anaknya Joshua, melainkan anak hasil hubungan gelapnya dengan Rain.

Hubungan gelap? Oh, shit! Orang-orang Media itu benar-benar gila! Mereka membuat gosip tidak tanggung-tanggung. Tak hanya reputasi Kayla yang hancur, tapi juga popularitas Group Mikro dan kehormatan keluarga Gumilang.

Rain yang baru pulih segera kembali ke penthouse miliknya. Para Media dan publik sedang ramai membicarakan dirinya dan Kayla. Hubungan gelap?

Ya Tuhan ... Kepalanya mendadak pusing mendengar semua tuduhan tidak benar itu.

"CEO, saya sudah mengurus keberangkatan Anda ke New York esok pagi. Apakah Nona Kayla akan berangkat bersama Anda?" Emanuel bertanya pada Rain saat menemui pria itu di ruangan kerjanya.

"Ya, Kayla akan berangkat bersamaku. Jemput dia pukul enam padi di unit apartemennya," jawab Rain tanpa memutar tubuhnya menghadap pada Emanuel yang berdiri di belakang punggung.

"Baiklah, selamat beristirahat."

Emanuel segera mundur lalu meninggalkan Rain seorang diri. Pria dengan kemeja putih dipadukan denim hitam licin itu tampak melamun di tepi garis jendela besar yang menampilkan pemandangan kota di malam hari.

'Tuan Muda, kami menemukan sesuatu saat melakukan operasi.'

'Apa maksudmu? Apakah ada penyakit lain di tubuhku?'

'Benar, penyakit itu tidak berbahaya. Namun, Anda tidak akan memiliki keturunan jika terus dibiarkan.'

'Maksudmu, aku mandul?'

'Bisa dibilang begitu, dan penyakit ini sudah ada sejak lama.'

Rain memejamkan sepasang matanya. Tangannya mengepal kuat mengingat ucapan Dokter Bily tempo hari saat menemuinya di ruang rawat. Dia mandul?

Itu artinya, bayi Kayla bukanlah bayinya. Namun, kenapa hasil tes DNA mengatakan jika bayi itu adalah bayinya? Ini benar-benar aneh, bukan?

***

Pagi itu udara sangat dingin. Angin bertiup kencang dari arah laut. Terlihat dari tepi jalan kota yang cukup padat, seorang pria berpakaian compang-camping sedang berjalan menyusuri trotoar.

Langkah pria bertubuh gempal itu terlihat pincang dan gontai. Dia terus berjalan sampai memasuki sebuah gang kecil, meninggalkan hirup pikuk suara klakson mobil-mobil mewah yang sedang terjebak macet.

Dari kejauhan, Zidan dan dua orang bodyguard sedang memperhatikan pria itu. Rupanya, pria itu tak lain adalah sopir truk yang semalam mereka sekap di Markas Organisasi Mikro.

Joshua yang meminta mereka untuk melepaskan pria itu. Sesuai perintah dari Joshua, Zidan dan dua orang bodyguard utama mengikuti sopir itu.

Melihat punggung mangsanya nyaris menghilang, Zidan bergegas memberi isyarat pada seorang bodyguard muda yang sedang duduk disampingnya sambil memegang kemudi mobil.

Mereka tak boleh lengah. Mobil mini bus putih segera dilajukan lamban memasuki sebuah gang.

Dari dalam mobil yang kacanya ditutup, Zidan memperhatikan aktivitas yang sedang dilakukan pria itu. Matanya menyipit. "Apa yang dia lakukan? Mengapa malah berjongkok di situ?" tanya Zidan dengan pandangan heran.

"Sepertinya dia sedang memberi makan kucing liar." Bodyguard yang sedang duduk di samping Zidan menjawab. Matanya memperhatikan apa yang sedang pria itu lakukan dengan seksama.

"Shit!"

Zidan mendengus kesal. Apa yang sedang pria itu lakukan benar-benar tak sesuai ekspektasi mereka. Apakah benar jika sopir itu tidak terlibat dalam kecelakaan mobil yang menimpa Rain?

"Senior, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya bodyguard yang duduk di depan kemudi. Dia menoleh satu kali ke arah Zidan.

"Jalankan mobilnya," jawab Zidan tanpak putus asa.

Pria di tepi gang menolehkan kepala ke arah belakang. Dilihatnya mobil mini bus putih meninggalkan lokasi. Bibirnya menyeringai tipis. Matanya kembali pada tiga ekor kucing liar yang sedang makan makanan sisa darinya.

Setelah tiba di rumahnya yang sempit, pria itu menelepon seseorang dengan ponselnya. "Mereka sudah melepaskan saya. Namun, maafkan saya jika Tuan Muda Rain selamat dari kecelakaan itu"

Kepalanya mengangguk. Entah siapa yang dia hubungi. Benda pipih dalam genggaman segera diturunkan. Matanya melirik ke arah jendela yang tidak ditutup.

Seorang pria bertopi hitam tampak berdiri dari kejauhan, memperhatikan lantas memutar tubuh meninggalkan tempat itu.

"Sepertinya orang-orang itu masih memburu kita. Sebaiknya Anda segera meninggalkan Indonesia!"

Terdengar dia yang sedang menghubungi seseorang lewat sambungan ponselnya. Itu perbincangan rahasia. Entah siapa yang orang itu hubungi.

Para polisi masih memantau sopir itu. Namun sepertinya ada oknum lain yang membantu si sopir. Bahkan dia tahu jika dia sedang dibuntuti.

"Saya mengerti. Selamat jalan, Nyonya ... "

Perbincangan selesai. Benda pipih itu segera ia turunkan. Bibirnya tersenyum senang saat melihat sebuah notifikasi yang muncul. Seseorang sudah mentransfer sejumlah uang untuknya.

"Ah, sepertinya kita bisa makan ayam goreng sore ini." Dia bicara sambil memainkan ponsel di tangan dan memindai ke sekitar. Bibirnya mengulas senyum lalu pergi.


MEMBAKAR GAIRAH (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang