(Dirangkum dan diterjemahkan bebas dari International Herald Tribune, 12 Desember 1998, oleh Thomas Fuller)
Warga Keturunan Cina dari Indonesia Menemukan Tempat Perlindungan Walau Masa Depan Mereka Tidak Menentu : Malaysia Menyambut dengan Hati-hati
Setelah kerusuhan yang ditargetkan pada warga keturunan Cina di Indonesia pertengahan Mei yang lalu, Malaysia, sebagai negara tetangga, kebanjiran pengungsi yang berusaha menyelamatkan diri dan sisa-sisa harta mereka. Selain tinggal di rumah sanak saudara, hotel dan apartemen sewaan juga menjadi pilihan.
Mereka bukan pengungsi-pengungsi yang datang dengan tangan hampa dan meminta suaka. Tapi mereka adalah lapisan menengah atas keturunan Cina di Indonesia yang punya cukup modal untuk pindah ke luar negeri. Mereka datang dengan pesawat terbang, membawa anak-anak yang siap disekolahkan dan tabungan untuk dipindahkan.
Berbeda dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand, warga keturunan Cina di Indonesia tidak pernah merasa benar-benar diterima. Negara-negara yang kemudian menjadi tujuan emigrasi utama para pengungsi ini adalah Australia dan Singapura, yang sudah sejak lama menjadi surga emigran Indonesia.
Menurut Kosulat Jenderal Indonesia di Penang, sekitar 5000 warga Indonesia keturunan masuk pada bulan Mei. Sekarang, sesudah lebih dari setengah tahun berlalu, sekurang-kurangnya 2000 orang tetap tinggal, yang kebanyakan adalah pelajar maupun orang tuanya.
Khoo Kay Kim, professor jurusan sejarah di University of Malaya menyatakan bahwa ini adalah keadaan yang cukup membingungkan untuk pemerintah Malaysia sendiri. Di satu pihak pemerintah menginginkan devisa yang dibawa masuk oleh para pengungsi ini. Tapi di pihak lain, meningkatnya populasi Cina secara drastis bisa menyebabkan masalah di negara yang komposisi warganya juga semajemuk Indonesia.
Yang datang ke Penang kebanyakan berasal dari Medan, kota terbesar keempat di Indonesia yang sudah sejak lama punya hubungan dagang maupun kerabat dengan Penang yang jaraknya sangat berdekatan.
Lim Seng Chai dari Han Chiang School di Penang, mengaku telah menerima 400 orang murid Indonesia sebagai efek kerusuhan bulan Mei lalu. "Setelah bertahun-tahun berusaha untuk berasimilasi dengan masyarakat Indonesia, mereka ditolak. Oleh karena itu mereka kembali lagi pada akarnya."
Richard Falvey, seorang guru bahasa Inggris di British Council, Penang, bercerita kalau ia pernah menugaskan murid-muridnya, pelajar-pelajar dari Indonesia untuk menulis esai mengenai perbedaan Malaysia dan Indonesia.
"Mereka banyak menulis tentang reaksi orang Cina Malaysia pada mereka," katanya. Begitu mereka membuka mulut dan berbicara dalam bahasa Indonesia, bukannya dialek Cina, mereka dipandang rendah."
Namun, di lain pihak, komunitas Cina di Penang menyambut para pengungsi ini dengan tangan terbuka. Sekolah-sekolah membuka kelas baru dan mempekerjakan banyak guru untuk menampung mereka. Demikian juga dengan gereja-gereja yang menyambut jemaat baru ini dengan tangan terbuka.
21 Mei 1998. Presiden Suharto melepaskan jabatannya. Itu yang ia dengar dari Papa di telepon. Denise shock, seumur hidupnya, Presiden adalah Pak Harto. Fotonya selalu ada di depan kelas. Pak Harto mengawasi kelasnya di saat guru-guru menghirup kopi di ruang guru, dan juga saat teman-temannya saling mencontek. Foto wakil Presiden selalu berganti, tapi foto Pak Harto sudah menyatu dengan tembok sekolah.
Wakil Presiden Habibie mengambil alih tampuk pemerintahan. Denise tidak pernah berpikir tentang politik. Dunia itu terlalu jauh dari kehidupannya sehari-hari. Tetapi sekarang, mau tidak mau ia jadi tertarik, walaupun itu sebatas keingintahuan apakah Pak Habibie bisa membuat kaumnya merasa lebih aman di Indonesia. Kalau jawabannya iya, mungkin ia bisa kembali ke Indonesia dalam waktu dekat. Meneruskan hidupnya yang terinterupsi.
"Butuh waktu, Sun..butuh waktu. Bisa bertahun-tahun. Pokoknya kamu sekolah dulu di sana baik-baik. Jangan pikir untuk kembali dulu." Api kecil di hati Denise meredup. Bertahun-tahun?! Ia tidak yakin bisa bertahan sebulan di sekolah ini. Di mana ia harus mencuci baju dengan papan gilasan dan sabun colek! Oh No!
--------
Gambar International Herald Tribune diambil dari http://media.salon.com/2013/02/iht.jpg
Interview disadur dari : http://www.nytimes.com/1998/12/12/news/indonesias-ethnic-chinese-find-a-haven-for-now-but-their-future-is.html
Gambar Pak Harto diambil dari : http://1.bp.blogspot.com/_QZeYdo0p5Kw/SdjJrsks-7I/AAAAAAAAAsg/D-WEbV5pUfM/s320/soeharto2.jpg
Gambar cuci baju diambil dari : http://3.bp.blogspot.com/-LDLR4uoKzzw/Uea53VCFGXI/AAAAAAAADZU/XBIvSdj61RA/s1600/IMG_2801-1.jpg
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Mana Negeriku
Historical FictionHi Guyz, Does my name ring a bell? Hopefully yaaa.. Saya penulis Omiyage, Sakura Wonder, Only Hope dan Wander Woman. Ini pertama kalinya saya posting naskah di Wattpad. Berbeda dengan novel yang begitu diterbitkan lepas hubungan, di Wattpad, saya te...