"Kalau kalian bosan, bagaimana kalau bantu-bantu di restoranku?"
"Really ?" Ci Felice membelalak tanpa memalingkan wajahnya dari jalan. Sejak lulus ujian driving license, Ci Felice-lah yang selalu duduk di belakang kemudi kalau mereka keluar bertiga.
"We can do that?" Denise masih tidak percaya.
"Yeah, salah seorang waitress berhenti sebulan yang lalu, dia pindah ke restoran lain. Kalau kerja di sana, kalian 'kan bisa mendapat uang tambahan untuk shopping, ah?" O O menoleh ke belakang dan mengedip pada Denise.
"Wah! Kenapa O O tidak bilang dari dulu!"
"Lho, you never ask. O O pikir kalian memang suka menonton TV dan main internet." O O mengelak. O O memang tidak salah, dia tidak pernah ada di rumah. Mereka juga jarang bisa berbincang-bincang kecuali di mobil.
"Kapan kami bisa mulai?" tanya Ci Felice antusias.
"Anytime. Besok?"
"Yeaaaa!!! " Denise bertepuk tangan. Akhirnya dia punya kesibukan.
"Tapi ingat, ini bukan main-main, yah. Ini kerja serius! You have to work hard." O O mengerutkan keningnya.
"Pasti, O O, pasti. We will be your best employee." Denise memijat bahu O O. O O menepuk-nepuk tangannya senang.
Mereka diberi tugas menjadi waitress, bahkan langsung dipercaya untuk menjadi kasir.
"I can never trust my employee. But I can trust my niece." O O hanya mengajarkan mereka dengan kilat bagaimana menggunakan mesin kasir dalam sepuluh menit dan menyerahkan tanggung jawab yang besar itu pada mereka.
"Sekarang aku bisa konsentrasi dengan hal yang kusuka. Masak!" kemudian ia menghilang ke balik dapur.
Restoran O O berukuran sekitar 200 meter persegi dengan lima belas meja yang letaknya berdekatan. O O hanya punya dua koki dan satu pencuci piring. Mereka bertiga tinggal di kamar-kamar kecil di bagian belakang restoran. Denise melirik ke arah dapur yang dilapisi kaca. Bob mengedipkan mata padanya lagi dan ia pun melengos.
"Ih..Si Bob itu! Najis deh." desisnya.
"Kenapa? Dia kedipin kamu lagi?" Ci Felice menengok dan Bob tersenyum manis dengan wajah tak bersalah.
"Gak usah ditanggapi. Lagian dia sudah punya istri."
"Itu dia yang bikin aku tambah jijik! Sudah punya anak istri kok masih ngedip-ngedip begitu sih!"
Bob adalah salah satu tukang masak O O. Dia orang Indonesia, sementara yang satunya lagi, Nhat, orang Vietnam. Mula-mula Denise senang menemukan orang Indonesia lainnya. Walaupun Bob ini bukan anak muda sebayanya, melainkan seorang suami yang mengirim uang ke Jakarta untuk anak istrinya. Tapi, belum lama dia mengenal Bob, Denise langsung merasa antipati padanya.
Bob tidak pernah merasa perlu untuk keluar dan mencari tempat yang lebih privat untuk berbicara dengan istrinya. Ia bisa dengan nyaman mengatakan, "Aku kangen kamu, honey." atau "Kemarin malam aku mimpi mencium pipimu, Say." sambil mengedipkan matanya pada Denise. Sementara itu, di hari yang sama, dengan leluasa ia membawa gadis-gadis ke restoran dan memperkenalkannya pada mereka. Minggu ini, Alice, gadis kulit putih yang bekerja sebagai kasir supermarket, minggu depannya Eriko, gadis Jepang yang sedang belajar bahasa Inggris, minggu depannya lagi Frida, gadis berkulit gelap dari Chili. Fakta bahwa beberapa dari mereka menginap di kamar Bob pun sudah menjadi pengetahuan umum di restoran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Mana Negeriku
Historical FictionHi Guyz, Does my name ring a bell? Hopefully yaaa.. Saya penulis Omiyage, Sakura Wonder, Only Hope dan Wander Woman. Ini pertama kalinya saya posting naskah di Wattpad. Berbeda dengan novel yang begitu diterbitkan lepas hubungan, di Wattpad, saya te...