Seminggu, dua minggu, sampai tiga bulan, rekomendasi itu tidak kunjung datang. Liburan Natal pun dimulai dan Ko Halim berkunjung untuk menghabiskan libur musim dingin dengan temannya, Ko Edward. Ia adalah teman kuliah Ko Halim. Walau beda jurusan, mereka jadi akrab karena mengambil kelas yang sama.
"Hi. Edward."
"Hi. I'm Denise. Nice to see you." Denise langsung mengenali kilauan di mata Ko Edward. Saat O O menyambutnya dan mereka duduk bersama di meja makan pun, mata Ko Edward berkali-kali dilayangkan kepadanya. Denise merasa tersanjung. Ia belum memutuskan apakah ia menyukai Ko Edward atau tidak. Dari penampilan saja sih OK, tingginya 175, badannya tegap, ia mengenakan kaca mata dengan rambut pendek tersisir smart. Kulitnya putih dan hanya sedikit lebih gelap dari dirinya. Ko Edward mengenakan kaus polo berkerah garis-garis yang dimasukkan dengan rapi ke dalam jeansnya.
Not her type at all.
Kalau saja rambutnya sedikit panjang, kalau saja kausnya dikeluarkan, kalau saja ia tidak mengenakan kacamata dan memakai sandal gunung, bukannya sepatu keds putih bersih yang tali-temalinya, again, diikat dengan demikian sempurna, tentu Ko Edward bisa lebih menarik di matanya. Sesaat Denise terkejut. Ia baru menyadari, setelah sekian lama berlalu, imej pria ideal baginya tetap adalah Panjul.
"Bagaimana restorannya O ?" tanya Ko Halim.
"Arrgg...very busy. Sibuk sekali setelah Nhat tidak ada. Aku tidak punya waktu untukku sendiri, setiap hari hanya kerja, tidur, kerja, tidur."
"Uhm, mungkin kami bisa membantu."
"Kamu ?" O O mendelik kaget. Denise dan Ci Felice berhenti mengunyah.
"Ya..uhm...tentunya kalau A I tidak keberatan..saya dan Halim? Toh, kami sedang liburan." Ko Halim dan Ko Edward berpandang-pandangan sesaat. Denise membuang muka dan tersenyum simpul, tampaknya Ko Halim juga kaget karena dirinya disodorkan begitu saja di depan O O.
"Hmm...that could be a good idea. Ah?" O O memicingkan mata dan memandangi mereka berdua, menimbang-nimbang. "Bagaimana menurutmu?" Tiba-tiba saja O O memalingkan wajah dan bertanya padanya.
"Aku? Aku..eh...aku tidak tahu...." Gelagapan, Denise berpaling ke Ci Felice yang hanya mengangkat bahu, "....uh aku rasa...aku rasa..." pandangannya bertemu dengan mata Ko Edward yang menatapnya lurus-lurus , "...aku rasa..itu ide yang bagus...." Denise bernafas lega berhasil menyelesaikan kalimat. Namun jantungnya berdegup. Ia telah membuka jalan bagi Ko Edward untuk masuk ke dalam kehidupannya. Bagaimana kalau sampai Ko Edward menyangka dia juga suka padanya? Ih...amit-amit...gengsi banget deh!
Ko Edward menginap di kamar Ko Halim di lantai 2. Pintunya tepat berseberangan dengan pintu kamar Denise dan Ci Felice, dengan kamar mandi dan tangga menuju lantai 1 yang berada tepat di tengah-tengahnya. Baru hari pertama, sudah lima kali Denise berpapasan dengan Ko Edward saat keluar kamar. Setiap kali berpapasan, Ko Edward selalu melemparkan senyum. Sekali dua kali Denise tanggapi dengan malu-malu. Lama-lama ia jadi jengah dan curiga, jangan-jangan Ko Edward sengaja menciptakan situasi seperti itu. Akhirnya, ia hanya membalas dengan mengangguk singkat.
Hari kedua, Ko Edward langsung bekerja di restoran.Tidak tanggung-tanggung, ia menawarkan diri untuk mencuci piring. Pekerjaan paling berat dan yang paling rendah. Dengan adanya Ko Edward dan Ko Halim, pekerjaan di restoran menjadi jauh lebih ringan untuk semuanya. Suasana pun jadi lebih menyenangkan, karena mereka lebih rileks dan punya waktu untuk mengobrol dan bercanda. Dalam sekejap, Ko Edward langsung jadi bintang. Dengan sopan ia mentertawakan joke-joke Bob yang agak porno, tapi menjaga diri untuk tidak ikut larut di dalamnya. Ketika O O berdecak melihat exhaust fan yang tampak jorok, dengan sigap Ko Edward langsung menarik kursi, naik ke atasnya dan melap salah satu baling-balingnya. "Itu cuma uap minyak yang menempel , A I." Sepuluh menit kemudian exhaust fan itu mengkilap seperti baru. Ci Felice juga langsung akrab dengan Ko Edward begitu mengetahui ia pernah bekerja di hotel. Ko Edward pernah jadi valet, roomkeeper, bell boy, resepsionis, waiter, "Pokoknya..semuanya sudah aku coba! Hahaha.." Tawanya renyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Mana Negeriku
Historical FictionHi Guyz, Does my name ring a bell? Hopefully yaaa.. Saya penulis Omiyage, Sakura Wonder, Only Hope dan Wander Woman. Ini pertama kalinya saya posting naskah di Wattpad. Berbeda dengan novel yang begitu diterbitkan lepas hubungan, di Wattpad, saya te...