The Dompet Duel

596 65 3
                                    

Practice, practice, practice! Itu yang selalu ditekankan Mr. Joy de La Choy. Kalau masih berpikir tentang gerakan berikutnya pada saat dance, pasti keteteran. Beat lagu tidak pernah menunggu.

Surrender your body to the music!" Walaupun rambutnya membentuk huruf M di dahi dan perutnya menonjol di balik kaos singlet-nya, Mr. Joy punya kemampuan untuk membangkitkan semangat. Koreografinya sungguh keren, walaupun kalau ia sendiri yang melakukannya terlihat seperti badut. Tubuhnya pendek dan bulu ketiaknya selalu membuyarkan konsentrasi. Entah apa yang membuatnya terjun ke dunia dance. Penampilannya lebih cocok untuk tukang salon atau tukang cendol.

Practice, practice, practice. Bahkan sepulangnya ke rumah pun Denise melatih gerakan-gerakan yang diajarkan. Ia melakukan split dengan ujung kaki yang satu di kolong kasurnya sementara jempol kakinya yang lain di bawah kasur Ci Felice. Di sekolah, di sela-sela pelajaran yang membosankan, otaknya mengingat-ingat kembali ke mana tangannya harus dilempar, dan bagaimana ia harus memposisikan kakinya.

Latihannya menunjukkan hasil. Kalau di tarian-tarian sebelumnya ia ditempatkan di pinggir, untuk koreografinya yang baru Mr. Choy memposisikannya di center, tempat semua mata tertuju. Baik penonton, maupun teman-temannya di belakang, yang lupa akan gerakan berikutnya. Latihan yang keras membuatnya bisa dance to the music tanpa berpikir lagi. Di saat menari, Denise merasa dirinya melancong ke dunia lain. Tergulung ombak ritme, dipeluk badai melodi dan kakinya memotong ruang bak pedang samurai. Denise si kaku, sudah bermetamorfosis menjadi penari handal dengan kelenturan pemain sirkus Cina di dance group The Fabulous. Ia menerima Ringgit setiap selesai tampil.

Ringgit!

Duit!

Ini gaji pertamanya. Bukti bahwa performance-nya dihargai. Orang yang tidak mengenalnya sama sekali mau membayar untuk melihatnya menari! Lembar-lembar uang itu terasa jauh lebih berharga daripada uang kiriman Papa. Rasanya ia bisa membeli dunia! Dancing membuatnya percaya diri lagi. Kehidupannya di sekolah seperti mimpi. Panggunglah yang nyata. Dia adalah Denise, dance leader, primadona, super star!

Menjelang Natal, jadwalnya bertambah padat. Latihan untuk pertunjukan Natal di hotel ini, perayaan New Year di perusahaan itu, untuk old& new di restoran anu. Semua dijalaninya tanpa mengeluh. Sakit otot diterimanya sebagai konsekuensi profesi.

Suatu malam, seperti biasa, masih dengan tubuh yang lengket, ia turun dari angkot dan berjalan menuju tempat tinggalnya. Pukul 11 malam. Jalan sudah sepi. Yang terdengar hanya langkah kakinya sendiri. Merry tidak ikut latihan kali ini karena dia sedang sibuk menyiapkan ujian.

"NO! NO! HELP!" 

Suara yang begitu dikenalnya datang dari seberang. Deepa! Tubuh gentongnya berguling-guling di jalan. Ia sedang berebut dompet dengan seorang pemuda. Tubuh Deepa jauh lebih besar, sekitar tiga kali si pemuda. Namun tidak diragukan lagi, isinya hanya lemak yang sama sekali tidak membantu. Denise lupa semua rasa sebalnya. Ia berlari ke arah Deepa. Trauma digerayangi dalam bus membangkitkan jiwa heroisme terpendam dan dalam sekejap ia juga sudah ikut dalam duel ini.

"HELP!!! HEEEELP!!" Denise berteriak sekeras-kerasnya.

"HELP!!! HEEEELP!!" Denise berteriak sekeras-kerasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di Mana NegerikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang