Epilog

1.1K 62 18
                                        


Cerita ini ditulis karena kegelisahan saya sebagai warga keturunan. 

Dari kecil saya dikasih tahu bahwa saya punya nama  Chinese yang tidak dipakai untuk hal-hal formal, dan saya pikir saya itu Chinese, sampai saya kemudian mulai tinggal di luar negeri dan bergaul dengan orang-orang Chinese ...saya baru sadar..bukan lho..saya orang Indonesia.

Denise ini diangkat dari karakter nyata, yang memang dikirim ke sana-sini karena Papa-nya panik gara2 kerusuhan Mei 98. Kejadian terjebak di sekolah, dikucilkan di asrama, dilempar ke Singapore, Penang, Beijing, Vegas, berantem dengan Papa-nya biar bisa pulang, dan Panjul juga ada karakter aslinya, walau gak se-parah Panjul dalam cerita.

Sewaktu Denise memutuskan pulang ke Indo for good, semua org di sekelilingnya shock. WHY?!! Kamu tahu gak berapa banyak orang yang sampai rela masuk dengan paspor turis, terus menetap secara ilegal demi bertahan di Amrik? Ribuan, belasan ribu mungkin? Si Denise sudah ada atap, sudah ada sekolah, sudah ada green card, ada cowo..dan dia..pulang Indo? 

"Ihh..amit2 pokoknya gue gak bakal tinggal di luar negeri lagi..GAK ENAK!!"

Ha? Masa begitu review-nya? Gak tahu diuntung banget gak sih? Hahaha~ (Denise jangan marah ya Nise!!) Dia lebih milih macet2 di Jkt, banjir2, gaji Rupiah gitu?

Sesudah pulang Indo Denise sempat jones, jadi kita2 pada coba nyomblangin dia lah..tapi dia selalu wanti2, awas, jangan cowok yang tinggal di luar negeri ya, gue gak mau tar disuruh nyusul!!

Sukurlah teman2, Denise sekarang sudah menikah dengan pria yang memang basecamp nya  di Indonesia. Denise berhasil mewujudkan mimpinya hidup bahagia di Indonesia.

Nah..satu lagi, saya ketemu satu orang di Australia. Dia ini asal dari Surabaya, Chinese juga. Seperti Denise, keluarganya cukup berada, jadi di sini dia ada Permanent Resident, ada gelar universitas, ada rumah, ada mobil, ada cowo, ada kerja...kurang apa? Dan...jreng jreng..tahu2 dia pengumuman mau back for good to Indo. Hah?!!

Waktu itu saya kebetulan lagi proses mengambil PR dan itu berlangsung sampai 2 tahun dan habis ribuan dolar, pake acara tes bahasa Inggris, tes kesehatan, minta SKKB dari polisi Indo dan polisi sini...pokoknya ribet banget dah!!

Ehhh...liat nih orang mau membuang semua itu dan pulang ke Indo gitu aja bikin sewot gak sih?!

Aku tanya, jawabannya, "Entahlah Ci..mungkin aku kurang lama habisin waktu sama Mama Papa."

Si Surabaya girl ini umurnya kira2 sama seperti Denise, datang ke Aussie percis gara2 Mei 98 pas mau masuk SMP.

Begitulah..mendengar dan menyaksikan, serta mengenal kedua orang ini, saya kok jadi kagum, sekaligus bingung. Kedua orang ini gak pernah merasa kerasan dengan segala fasilitas di negara maju ya? Derajat ke-Indonesia-an-nya lebih kental dari ke-Chinese-annya, tapi di lain pihak sebagai orang Indonesia keturunan, kami selalu di-cap bukan orang Indonesia.

Mudah-mudahan dengan cerita ini, pembaca mengerti pergumulan kami, orang-orang yang beraninya duduk di pinggir aja dan gak banyak ngomong, walau sebenernya pengen ikut masuk laga bertarung dengan rekan-rekan satu tim.

Please, jangan cap kami keturunan, non-pribumi dan kata-kata yang memisahkan seperti itu. Hati kami, aspirasi kami .....dan lidah kami tentunya..hehe..... Indonesia lho!

-----

Gambar diambil dari https://i.ytimg.com/vi/eg-WDpVBfTw/0.jpg

Di Mana NegerikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang