Never Judge a Person by His Race

676 64 7
                                    


"Paling-paling dia tidak mau duit Indonesia mengalir ke luar." Sambung Mama. 

Well, apa Presiden Habibie bisa menjamin keamanan gadis-gadis Cina seperti dirinya? Ia juga tidak pernah meminta untuk disekolahkan ke luar negeri. Ia sempat kabur dari rumah supaya tidak dikirim kembali ke Penang, sampai harus mengalami kejadian mengerikan di KOPAJA. Tidak ada yang menolongnya saat itu. Tidak penumpang lain, tidak kenek bus, bahkan polisi, hanya menganggapnya sedang ketiban sial. Mana mungkin seorang presiden yang ke mana-mana selalu dikawal bisa merasakan bahaya di dalam kendaraan umum? Anak-anaknya pun pasti diantar jemput dengan supir dan mobil mewah. Mungkin juga dengan bodyguard. Itulah masalahnya dengan orang-orang di atas! Mereka disebut wakil rakyat, tapi tidak hidup seperti rakyat. Akibatnya, kebijakan-kebijakan yang mereka buat tidak selalu bijak.

Semakin memikirkannya, ia semakin marah. Denise tersinggung kalau ada yang menuduh anak-anak Indonesia yang sekolah di luar negeri tidak berjiwa patriotis. Tidak pernah sehari pun ia lewatkan tanpa mengingat tanah airnya. Bahasa Melayu yang masuk ke telinganya terdengar begitu merdu karena mirip dengan bahasa Indonesia. Nasi lemak terasa begitu sedap karena mirip dengan nasi uduk. Bahkan kubah Kapitan Keling Mosque mengingatkannya akan mesjid di dekat rumahnya di Jakarta. Tidak pernah! Sekali lagi, tidak pernah! Ia tidak memikirkan kampung halamannya! Semakin lama ia merantau, justru ia semakin tahu identitasnya.

I am Chinese, yes.. But 100% Indonesian!

People just don't let me be one!

Setelah peristiwa kecopetan malam itu, Deepa berhenti keluar untuk supper

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah peristiwa kecopetan malam itu, Deepa berhenti keluar untuk supper. Baru dua minggu berlalu, ia terlihat lebih kurus.

"It's a good diet you, know! Good and safe !" Deepa sekarang tidak sungkan-sungkan berceloteh pada Denise. Tiap pagi, kalau ia mau pergi ke pasar, Deepa selalu menyapa Denise yang sedang sarapan, "Mau makan apa nanti malam? " Denise biasanya menjawab dengan tema-tema besar. Chinese, atau Malaysian, atau Western. Ia biarkan Deepa yang memikirkan menunya. Deepa paling senang kalau Denise menjawab Indian. "My speciality!

Tentu saja Deepa senang. Kalau memasak masakan India, itu berarti, satu, jenis masakan yang harus dimasak berkurang karena makanan Deepa dan kawan-kawan sama dengan makanan untuk penghuni asrama. Dua, ia tidak perlu mencuci panci di tengah-tengah acara masak! Lain waktu, untuk membuat Deepa senang, Denise akan menjawab, "Apa saja, Deepa. Apa saja. Masakanmu semuanya enak." Kalau sudah begini, wajah Deepa benar-benar sumringah. Ia kemudian akan berangkat ke pasar dengan meng-egolkan bokongnya yang sebesar semangka itu ke kiri dan ke kanan. Kepangnya yang panjang akan bergoyang-goyang juga, dengan arah yang berlawanan. Tidak lupa ia membawa kantong plastik kresek kumal warna hitam untuk menyimpan uang, "Tidak akan ada yang menduga aku menyimpan uangku di sini." Begitu alasannya. Benar juga sih..tapi kasihan juga. Maka itu Denise membelikan Deepa sebuah dompet untuk hadiah akhir tahun. Hitung-hitung sebagai ucapan terima kasih karena selama ini telah memasak, membersihkan rumah dan mencuci untuk penghuni asrama.

Di Mana NegerikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang