Hi Guyz,
Does my name ring a bell? Hopefully yaaa..
Saya penulis Omiyage, Sakura Wonder, Only Hope dan Wander Woman.
Ini pertama kalinya saya posting naskah di Wattpad. Berbeda dengan novel yang begitu diterbitkan lepas hubungan, di Wattpad, saya te...
God works in a mysterious way, tapi ternyata, untuk dirinya, God works in a cruel way. Hanya dua minggu setelah ia mulai memanjatkan doa setiap hari supaya bisa pulang, Tuhan mengabulkannya. A Mah meninggal. Stroke!
Begitu tiba-tiba. Tidak ada tanda-tanda. A Mah ditemukan tidak bernyawa di kasurnya. Dalam sekejap Papa sudah datang menjemputnya dan Ci Felice. Luar biasa! Perantauannya selama ini seperti mimpi. Tombol rewind dipencet dan SSTTT...ia kembali pada keadaan tiga bulan yang lalu. Di kamarnya yang berantakan, Ci Felice tidur di kasur di sebelahnya.
Ia tidak merasa sedih. Bukannya Denise tidak sayang A Mah, tapi kepulangannya kali ini merupakan sesuatu yang didamba-dambakannya. Suasana di rumah duka juga tidak mendukung. Peti A Mah tersembunyi di balik rumah-rumahan bertingkat tiga yang mentereng dari kertas emas kinclong. Lengkap dengan boneka pembantu perempuan dan laki-laki di kanan-kirinya. Di sampingnya, bergeletakan dengan tidak beraturan di lantai, barang-barang kertas untuk dibakar sebagai harta bawaan A Mah, masing-masing berbentuk kotak berisi baju, sebuah mobil Mercedes elegan, parabola, pesawat terbang, dan komputer! Denise menerangkan matanya. Sekali lagi, komputer! Entah siapa yang punya ide. Ia yakin 100% A Mah bahkan tidak tahu bagaimana menyalakan komputer.
Standing flower datang bertubi-tubi. Nama pemberinya yang ditulis besar-besar. 'TOKO KACA MAKMUR JAYA', 'PT PANJANG REJEKI', 'BANK DANA KARYA '. Maksudnya supaya tidak tertukar, tapi malah jadi seperti iklan. Nama-nama itu berjejer di pintu masuk, seperti sponsor di lapangan sepak bola! Denise sangsi A Mah mengenal pemberi karangan-karangan bunga itu. Semua dari rekan bisnis anak-anaknya. A Mah hanyalah seorang wanita biasa yang menikah dan menyibukkan hidupnya dengan hal-hal domestik. Kain-kain tebal berwarna gelap yang ditempeli tulisan Cina dari kertas emas tergantung di langit-langit dengan rapat. Kain-kain ini kelak akan dibagi-bagi di antara keluarga besar mereka dan berakhir menjadi rok dan celana, seperti waktu A Kong meninggal dulu. Ada pula yang mengirimkan lukisan cina yang ditempel pada kertas gulung. Kebanyakan bergambar perahu di pinggir air. Simbol perjalanan jauh ke alam lain yang akan A Mah tempuh.
Rumah duka itu tidak kunjung sepi. O O A Lien dari Amerika, I I Fei-fei dari Singapura, sepupu Denise dari Hongkong, saudara jauh dari Medan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, semua datang untuk memberi penghormatan terakhir. Bagaimana mungkin ia bisa mengucurkan air mata? Suasananya seperti pesta!
Banyak orang berarti banyak makanan. Untuk makan siang ada kotakan nasi campur babi panggang Jalan Kopi, sedangkan untuk makan malam ada bihun bebek Damai. Di sela-selanya, ada Kacang Garuda, roti bakery Delicious, jeruk Mandarin, kacang Dua Kelinci dan kuaci hitam. Tentu saja ada ber-sachet-sachet kopi Kapal Api dan berkardus-kardus Aqua gelas.
Semua keluarga langsung, anak-anak dan cucu-cucunya memakai baju putih-putih. Denise mengenakan seragam hari Senin SMP-nya, terasa begitu lembut di kulitnya, satu-satunya peninggalan kejayaan masa mudanya. Dulu, ia cewek top sekolah, aktif di paduan suara, dan termasuk segelintir anak SMP yang punya pacar. Sekarang, ia tidak lebih dari seorang upik abu di Malaysia.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setiap beberapa jam, seorang pemimpin agama dari kelenteng dibantu dengan beberapa wanita yang disebut Cai Ma memimpin upacara kecil. Mereka membaca kitab tanpa nada dan tanpa istirahat sambil mengetuk – ngetuk sebuah alat musik seperti tempurung kelapa.
Denise tidak mengerti apa yang dibacakan oleh sang bhiksu. Tapi ia senang-senang saja duduk berlutut melakukan pai-pai dan kemudian menempelkan keningnya ke lantai setiap ada aba-aba. Anak cucu A Mah duduk bersimpuh dengan urut-urutan kesenioran dalam keluarga. Mereka juga memutari peti dan menyipratkan minyak wangi ke tubuh A Mah. Rasanya seperti melakukan tarian lucu bersama dengan saudara-saudaranya. A Mah, terbujur kaku tak perduli. Mutiara-mutiara imitasi diletakkan di kedua mata, lubang hidung dan bibirnya. Pelita yang akan menerangi jalannya ke alam maut yang gelap. A Mah begitu berbeda. Kaku, tanpa ekspresi. A Mah yang dikenalnya selalu tertawa, membanyol sambil sibuk memasak. Ini bukan A Mah. A Mah ada di tempat lain, masih sibuk menguliti ayam.
A Mah disemayamkan selama lima hari karena menunggu anak cucunya pulang dari luar negeri serta menunggu hari baik yang dihitung berdasarkan shio A Mah, shio anak-anaknya dan juga shio tahun itu. Bahkan waktu untuk menutup peti pun diperhitungkan dengan cermat.
Malam kembang, malam sebelum A Mah dikremasikan, ruang persemayaman dipadati pengunjung. Upacara-upacara yang dipimpin para Cai Ma ini juga semakin seru. Sebuah obor dinyalakan dan diayun-ayunkan ke setiap meja. Untuk membuka jalan ke surga, katanya. Aneh...siapa yang mau ke surga sekarang? Mereka datang untuk memberikan penghormatan terakhir untuk A Mah, bukannya mau ikut-ikutan mati! Denis kebat-kebit, pada saat api itu diayunkan ke mejanya sendiri ia sudah cukup ngeri, tapi ia lebih takut lagi kalau api itu menyambar salah satu tamu. Untunglah acara itu selesai tanpa ada kecelakaan. Para Cai Ma dan bhiksu tidak kalah gesit dengan pemain sirkus profesional.
Puncaknya adalah acara pemanggilan arwah. Setangkai tanaman diletakkan di dalam sebuah botol beling dan didoakan.
"Ya ma cang chi dong yang yo wo wan .." Denise bersimpuh bersama keluarga besarnya.
"Nyo khia cong ci yang..." Suara mereka semakin meninggi dan ketukan di tempurung emas semakin keras dan cepat.
"Tok... tok.... Tok. TOK TOK TOK!!" Batang tanaman itu mulai bergoyang.
"Si lo cong ya wa kHO NA YA !!" Teriakan si bhiksu semakin keras. Suaranya melengking dan terus menerus menghujam telinga. Bulu kuduk Denise berdiri. Ia melirik. A Pek mengusap keringatnya. Apa ia lelah duduk bersimpuh atau itu keringat dingin?
"MA WA SHI YA NAM YO " Tanaman itu berayun semakin hebat.
"Ayo, coba tunjuk si A Bun." Tanaman itu mangangguk-angguk sambil memutar arah. Denise mendelik. Ini bukannya jelangkung?!
-------
IKLAN!!
Arumi, anaknya yang sensitif mengalami kesulitan beradaptasi karena pindah-pindah negara. Si bocah bersembunyi di kolong meja sementara kelas berlangsung😢😢#NovelWanderWoman Terbit 19 September 2016, Gramedia Pustaka Utama
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-----------------
Gambar rumah-rumahan diambil dari https://imcharliechan.files.wordpress.com/2008/10/dsc09283.jpg
Gambar cai ma diambil dari https://imcharliechan.files.wordpress.com/2008/10/dsc09283.jpg