Jungkook membuka matanya, hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit ruangan yang bergambar iron man sedang duduk di atas awan.
Entahlah, Jungkook sendiri yang meminta langit-langit kamarnya digambari seperti itu. Sementara hyung-hyungnya hanya bisa menuruti saja sambil menahan tawa.
Kembali pada Jungkook, sekarang anak kelinci itu sedang berusaha turun dari ranjangnya yang empuk dan nyaman.
Kaki kecilnya membawanya menuju pintu untuk membukanya, meskipun sedikit kesulitan –atau banyak– akhirnya Jungkook bisa membuka pintu kamarnya.
Matanya menjelajahi ruang tengah yang sekarang tidak ada siapapun yang berada disana.
Dimana para hyungnya?
"Yung?" panggil Jungkook.
Tidak ada yang menjawab
Jungkook berjalan kearah dapur, siapa tahu hyung-hyungnya sedang berada disana kan?
Di dapur, Jungkook juga tidak menemukan hyung-hyungnya. Jungkook mulai gelisah sekarang.
"Ya! Hyung, jangan mengarahkan selang air kearah kami, itu mengenai kami tahu"
Oh, tunggu. Bukankah itu suara Taehyung?
Benar, itu suara Taehyung, Jungkook hapal di luar kepala suara hyung-hyungnya.
Pandangan Jungkook jatuh pada pintu dapur yang menghubungkan dengan taman belakang terbuka, dengan segera Jungkook berlari kesana.
Ternyata semua hyungnya berada disana, sedang duduk santai sambil menikmati segelas teh hangat dengan beberapa camilan di atas meja.
Tidak semua sih yang duduk disana, hanya ada 4 hyungnya saja yang duduk. Sementara Jimin sedang menyiram tanaman sambil sesekali menjahili yang lain, dan Hoseok yang sedang...Jungkook tidak tahu hyungnya itu sedang melakukan apa, hanya menari tidak jelas di depan yang lain.
Jungkook berlari mendekat, kakinya bersentuhan langsung dengan rumput yang terasa sangat halus, seperti karpet bulu yang ada di ruang tengah.
"Yung!" teriak Jungkook.
Mereka menghentikan aktivitasnya secara spontan setelah mendengar teriakan Jungkook, memusatkan atensinya pada seorang namja kecil yang sedang berlari kearah mereka.
"Oh, Kookie, kau sudah bangun?"
"Jangan berlari, Kookie, nanti kau terja-
BRUK!
-tuh"
Hening, tidak ada dari mereka yang berbicara atau melakukan sesuatu. Sampai tangisan Jungkook membuat mereka tersadar.
"Huwaa, Tootie jatuh yung, huwaa"
Jungkook terjatuh, kakinya tersandung kakinya yang lain. Semua hyungnya langsung berlari kearahnya yang masih telungkup di atas rumput.
Sebenarnya Taehyung ingin tertawa saat melihat Jungkook jatuh, itu sangat lucu di matanya. Namun, melihat death glare kelima pasang mata yang diarahkan padanya, ia tidak jadi tertawa.
"Sudah hyung bilang jangan berlari, nanti jatuh. Kenapa tidak mendengar sih?" omel Jin.
Hey, kenapa Jungkook dimarahi? 'kan Jungkook baru saja jatuh, tidak seharusnya dimarahi.
Lagipula saat Jungkook jatuh tadi ucapan Jin belum selesai, jadi mana sempat Jungkook mendengarnya?
Tapi biarkan sajalah, Jin 'kan eomma-able, dia seperti eomma yang selalu mengomel.
Bahkan tempo omelannya pun sangat cepat, lebih cepat daripada saat Yoongi sedang melakukan rap, menurut Jungkook.
"Huwaa, Jin yung napa malahin Tootie?"
"Iya-iya, Jin hyung minta maaf ne?"
Jin menggendong Jungkook dan membawanya masuk kedalam rumah, diikuti oleh yang lain.
"Jimin, matikan dulu keran airnya" ucap Namjoon.
Jimin memandang Namjoon bingung, kemudian pandangannya tertuju pada selang yang masih mengucurkan air.
"Oh iya, aku lupa" ucap Jimin menepuk dahinya.
Jin mendudukkan Jungkook di salah satu kursi yang ada di dapur, lalu melihat Jungkook yang masih menangis sesenggukan.
Matanya melotot saat melihat lutut Jungkook yang mengeluarkan cairan kental berwarna merah.
"Namjoon, tolong ambilkan obat merah dan air bersih"
Namjoon yang merasa namanya dipanggil menoleh kearah Jin, kemudian kembali menatap Jungkook.
Untuk apa mengambil obat merah dan air bersih? Apa Jungkook terluka?
Matanya melotot sama seperti Jin saat mendapati luka di lutut Jungkook, begitu juga dengan yang lain.
Astaga, ini siaga 1. Jungkook terluka!
Perlu diulang? Oke.
JUNGKOOK TERLUKA, INI SIAGA SATU!!
"Ya, Namjoon, kau ini cepatlah"
Namjoon segera berlari keruang tengah untuk mengambil obat merah.
"Ini hyung, obatnya" lalu mengambil baskom dan kembali berlari untuk mengambil air bersih.
"Ini airnya, hyung"
Jin menerima obat dan air yang diberikan Namjoon, mulai membersihkan darah yang masih keluar dari lutut Jungkook.
Jangan kira Jungkook hanya diam saja, dia masih menangis sedari tadi, ditambah rasa perih yang ia rasakan saat lukanya dibasuh dengan air.
"YUNG PELIH YUNG, HUWAA" jerit Jungkook.
Yoongi, Hoseok, Namjoon, Jimin, dan Taehyung meringis bersamaan. Jeritan Jungkook benar-benar memekakkan telinga.
"Sebentar lagi baby, tahan sebentar lagi" ucap Jin.
Oh, telinga Jin sudah sangat amat kebal sekali mendengar Jungkook menjerit seperti itu.
Jin sudah selesai mengobati kaki Jungkook, sudah diberi plaster juga. Namun tangis Jungkook masih belum berhenti, walaupun sudah tidak seheboh tadi.
Sekarang Jungkook sedang berada dalam gendongan Yoongi, karena Jin sedang membersihkan tumpahan air dalam baskom yang tidak sengaja ditendang Jungkook.
Yang lain sedang duduk di sofa ruang tengah dan memandang Yoongi yang sedang menenangkan Jungkook.
Selama ini, hanya Jin dan Yoongi yang mampu menenangkan Jungkook saat Jungkook menangis sehebat tadi.
Padahal mereka juga ingin membuat Jungkook tenang juga, namun selalu tidak bisa.
Pernah sekali Namjoon berusaha menenangkan Jungkook, tapi bukannya tenang, Jungkook malah menangis semakin keras, dan berakhir dengan Namjoon yang dimarahi oleh semua orang. Poor Namjoon.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby Bunny
Fanfictioncerita tentang keseharian Jungkook si bayi kelinci yang dikelilingi 6 orang hyung yang gantengnya ngalahin dewa-dewa Yunani. Penasaran? baca aja, hehe:)