Ini hari Sabtu, yang artinya sekolah Jungkook libur, Hoseok, Jimin sama Taehyung juga tidak ada kelas.
Jungkook sedang tidur terlentang di karpet bulu, menatap langit langit ruang tengah, perut besarnya kelihatan karena baju yang sedikit tersingkap membuat Jimin salah fokus, maka ia turun dari sofa dan duduk di samping sang adik, tangannya diletakkan di atas perut Jungkook lalu menggelitiknya.
"Cudah yun! Beyenti! Deyii" merengek, berusaha menepis tangan Jimin yang masih menggelitiki perutnya.
Bukannya berhenti, Jimin malah semakin gencar menggelitik perut sang adik sambil tertawa keras, mengukungnya agar tidak bergerak kesana kemari.
Mata Jungkook memerah, begitupun hidungnya, bibirnya mengerucut, lalu berucap dengan lirih, "Yun, cudah hiks"
"Oke, sudah," cepat cepat bergeser dan duduk di samping Jungkook yang sudah hampir menangis, serius tidak mau kalau sampai adik kecilnya itu mengeluarkan air mata, apalagi sampai meraung keras.
Ho, jangan berpikir kalau dia manis sekali karena berusaha menjaga Jungkook agar tidak menangis, bukan itu, dia malah senang kalau adiknya sampai menangis, karena itu menambah kadar kegemasan dalam diri Jungkook.
Jimin hanya tidak mau menerima akibat dari perbuatannya, tidak mau mendengar omelan Jin yang panjangnya sepanjang jalan kenangan kita selalu bergandeng tangan.
Sepanjang jalan kenangan, kau peluk diriku mesra. Hujan yang rintik rintik—skip.
Ya pokoknya itu, dia tidak mau merelakan telinganya memerah panas terkena semburan api neraka dari Jin.
Pintu rumahnya diketuk, Jimin menoleh malas lalu menatap Taehyung, "Tae, buka pintunya cepat"
Taehyung yang sedang asik menonton televisi mengernyit tidak suka, membalas perintah Jimin tanpa menatapnya, "Tidak mau, aku sedang asik menonton film"
"Film apa yang—"
Oke, tolong lempar Taehyung ke Neptunus sekarang juga, atau kemana saja yang penting jaraknya jauh dari tempat Jimin sekarang karena demi demi kepala botak ipin, dia ingin menendang Taehyung.
Jimin kira film yang ditonton adiknya itu film film keren seperti The Maze Runner, Fast and Furious atau Marvel series, tapi ternyata yang ditonton Taehyung sampai sebegitu seriusnya adalah film Barbie.
"Hei, mana ada manusia bisa bicara dengan hewan, ini kalau buat film yang rasional sedikit dong." Taehyung mengomel, lalu kembali menonton.
Jimin memutar bola mata, bangkit dari duduknya, "Itu rasional, kau juga bisa bicara dengan Yeontan kan?"
"Aku? Bicara dengan Yeontan?"
Jimin mengangguk.
"Tidak tuh, aku hanya mengerti bahasa tubuh yang Yeontan keluarkan, dia juga mengerti bahasa tubuhku"
"Ah, iya juga ya, kalian kan makhluk satu spesies, bisa mengerti satu sama lain bahkan hanya dengan bahasa tubuh." Jimin tersenyum, melangkah menuju pintu sambil menggendong Jungkook.
Taehyung mengernyit, tidak paham dengan ucapan sang kakak, "Apa maksud—bangsat, MAKSUDMU AKU INI ANJING, BEGITU?!"
"Aku tidak bilang begitu!" tawa Jimin meledak, terdengar sampai ruang tengah, membuat omelan keluar dari mulut Taehyung.
Pintu depan dibuka, Jimin mengernyit bingung, berbeda dengan Jungkook yang menatap seseorang itu penuh binar.
"Junmyeon cheon!"
"Ho, halo keponakan samcheon yang paling uwu, apa kabar?"
Jungkook mengangkat tangannya, ingin digendong, dan dengan senang hati Junmyeon meletakkan barang bawaannya lalu menggendong Jungkook.
"Tootie baik! Cheon badaimana?"
Junmyeon tertawa, masuk begitu saja kedalam rumah, "Keponakan bantet, tolong itu barang bawaanku di bawa masuk"
"Samcheon juga baik baik saja," mengabaikan dengusan Jimin, tetap berjalan masuk kedalam rumah.
.
.
.Mereka berdelapan duduk di ruang tengah dengan Junmyeon yang memangku Jungkook.
Junmyeon berdeham, mengawali sebelum dia akan mengatakan suatu hal yang penting dihadapan keponakannya, "Jadi, makhluk tampan datang kesini karena—"
"Aku lebih tampan," potong Jin.
"Jangan menyela, dasar ponakan kurang ajar, ku kutuk kau menjadi panci, tahu rasa"
Nafasnya ditarik panjang, lalu kembali mengatakan, "Paman kesini untuk memberitahu sebuah kabar bahagia"
"Apa? Paman baru saja membeli perusahaan pertambangan minyak baru? Atau baru saja membeli pulau?"
"Yungi—"
"Namaku Yoongi, bukan Yungi, ucapkan yang benar"
Junmyeon menghela napas panjang, lagi, serius gedek punya keponakan sejenis Yoongi, tangannya beralih memainkan pipi Jungkook, "Oke, Yoongi, bukan itu, Paman mau bilang kalau——tidak jadi deh, besok pagi saja"
"Paman, ku lempar dari Namsan Tower, mau?" Taehyung bertanya santai sambil menyesap secangkir teh yang tadi sempat dibuatkan Jin.
Junmyeon tertawa, lucu sekali melihat wajah kesal yang ditunjukkan keponakan keponakannya, "Oke, serius, Paman mau—"
TBC
Hae, aku bikin book baru nih, isinya duda duda ganteng sama bayik bayik yg masih imut, mampir yu bee, baca aja dulu, sape tau ntar gedebuk lopek yekan.
Oiya, buat bebeb acuu yg lagi uas, peachplums, semangat beb, ayo ucapin coba bee, bilang hwaiting gitu. Hwaiting~
Terus buat enemy onlenku yg lagi cedih, Jeon_Jenaraa, jangan sedih lagi ya wahai enemy, nanti kalo lau cedih kita gak bisa war. Ucapin gih bee, woe jangan sedih, gitu, jangan alus" bilangnya, yg barbar aje wkwk.
Terus lagi nih wkwk, buat kakak onlen acuu yg minggu lalu ulang taun, Kimanyaaa04_, hipibidi mba anya, tambah tua lau mba wkwk. Ayo ucapin bee, ucapin hipidi gitu. Sebenernya mau up pas hari ultah lau buat kado mba, tapi ide lagi kosong, yaudah hwhw :)
Woe jangan lupa vote komen! Hehe, ni edisi kangen ngingetin kalian lagian.
Udah, sekian dan terimakasih.
Salam tjinta dari acuu /lempar kecup jauh sambil ngewink/
Paipaii~
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby Bunny
Fanficcerita tentang keseharian Jungkook si bayi kelinci yang dikelilingi 6 orang hyung yang gantengnya ngalahin dewa-dewa Yunani. Penasaran? baca aja, hehe:)