"Aduh, laporan yang ku kerjakan kemarin ada dimana?!"
"Laporan apa?"
"Yang ku kerjakan minggu lalu, yang aku sampai lembur itu"
Jungkook duduk diam di karpet, memperhatikan Jimin yang berjalan mondar mandir di hadapannya, seperti setrika milik Jieun.
"Kalau kau berjalan mondar mandir seperti itu, laporannya tidak akan ketemu, Jim, jadi, cari saja" ucap Namjoon.
"Sudah ku cari, hyung, tapi tidak ada"
"Dimana terakhir kali kau meletakkannya?"
"Di rak khusus yang berisi laporan laporan ku"
Jimin duduk di sofa, raut wajahnya kentara sekali kalau sedang gelisah.
"Padahal deadline nya itu hari ini, nanti pukul dua belas, dan sekarang sudah pukul sembilan, aduh, tolong aku" lanjutnya.
"Buat lagi saja" celetuk Yoongi.
Jimin melotot, "Tidak akan selesai, laporan itu tujuh puluh lima halaman, dan harus melakukan riset dulu di salah satu rumah sakit Seoul"
"Itu laporan atau skripsi? Tebal sekali. Eh, tapi kalau skripsi, bisa sampai seratus lebih, 'kan?"
Jimin mendengus, mengabaikan ocehan Taehyung, beralih menggigit jari.
Jungkook bangkit berdiri, berjalan mendekati Jimin, merangkak naik ke pangkuan, menarik tangan yang jarinya sedang digigit Jimin.
"Chim yun janan didit jayi, nti jayina beydayah, luta, catit"
Tangannya bergerak untuk memeluk Jimin, mengusap punggungnya, walau harus bersusah payah karena tangannya tidak sampai.
"Jin yun cama Yoon yun ceyayu memeyuk dan menucap pundun Tootie tayau Tootie cedan cedih atau deyicah, yayu Tootie bica jadi tenan. Cetayan, Tootie cudah memeyuk dan menucap pundun Chim yun, Chim yun cudah tenan?" tanya Jungkook, mendongak, menatap Jimin.
Jimin tersenyum, hatinya menghangat, menggendong Jungkook lalu memeluknya erat, "Iya, Chim hyung sudah tenang, kok, terimakasih ya, Kookie"
Padahal tidak, dia masih gelisah walau tidak seperti tadi, tapi melihat Jungkook begitu, rasanya menjadi sedikit lebih tenang.
Jungkook mengangguk, ikut memeluk Jimin, sangat erat.
"Cudah, yun, Tootie maw tuyun"
Jimin menurunkan Jungkook setelah mengecup seluruh wajahnya, membiarkan Jungkook berlari untuk menaiki tangga setelahnya.
"Hati hati, Kookie, berpegangan!" pekik Jin saat Jungkook hampir jatuh karena tersandung anak tangga.
"Ote!"
Jungkook menghela napas lega, akhirnya dia sampai di lantai atas setelah berjuang menaiki tangga, tidak tidak, itu berlebihan, hehe.
Berjalan menuju kamar Jimin yang tidak ditutup rapat, mendorongnya agar terbuka lebar, masuk ke dalam sana.
Mengedarkan pandangannya, ingin membantu mencarikan laporan milik Jimin, meskipun tidak tahu itu laporan yang mana karena Jimin memiliki banyak sekali laporan yang ditata rapi di dalam rak nya.
Berjalan melewati rak laporan itu begitu saja, tahu kalau Jimin sudah mencari laporannya disana, dan juga, Jungkook tidak akan bisa menemukan laporan yang dimaksud Jimin disana, menurutnya, semua laporan disana sama saja.
Berjongkok, mengintip ke kolong ranjang, siapa tahu laporannya ada disana, seperti mainannya yang tidak sengaja ditendang sampai kolong ranjang.
Berdiri lagi, tidak ada laporan disana, kolong ranjang Jimin bersih.
Beralih membuka laci laci nakas di samping ranjang, tapi tetap tidak menemukannya disana.
Merangkak naik ke ranjang Jimin, membuka bantal, selimut, guling, merapikannya lagi saat tidak menemukan laporan Jimin disana.
Turun dari ranjang, berniat keluar dari kamar Jimin, turun dan menonton pororo saja di ruang tengah.
Matanya tidak sengaja melihat sebuah keranjang baju yang penuh dengan baju kotor di samping rak laporan, mendekatinya, memutuskan untuk mencari laporan Jimin disana, karena tadi dia belum mencari disana.
Mengeluarkan baju kotor Jimin satu persatu, dan seketika memekik senang saat menemukan laporan Jimin disana, di antara baju baju kotor yang lain.
Mengambilnya dengan segera, memasukkan lagi semua baju kotor milik Jimin yang sudah dia keluarkan.
Berlari keluar kamar, menuruni tangga dengan cepat.
"Chim yun!"
Semua orang di ruang tengah menoleh, "Jangan berlari, Kookie, nanti ja—"
BRUK!
"—tuh"
Seperti deja vu, bedanya, kalau dulu di taman belakang, sekarang di anak tangga terakhir di ruang tengaj, Jungkook jatuh.
Dan sekarang Jungkook tidak menangis, langsung berdiri lagi, mengusap lututnya sebentar, berlari ke arah Jimin, tangannya yang membawa kertas laporan terangkat tinggi tinggi.
"Chim yun, ni yapoyanna, tan?"
Jungkook menyerahkan laporan yang dia bawa, langsung di ambil oleh Jimin.
Memperhatikan Jimin yang membuka buka kertas di hadapannya, senyumnya ikut terbit saat melihat Jimin yang tersenyum.
"Iya, ini laporan yang hyung cari, Kookie menemukannya dimana?" tanya Jimin semangat.
"Di teyanjan baju di tamay Chim yun"
Jimin meletakkan laporannya di meja, berdiri, menggendong Jungkook, berputar putar.
Jungkook tertawa keras, memeluk leher Jimin erat supaya tidak jatuh.
"Nanti hyung akan membelikan Kookie es krim yang banyak sepulang dari kampus, ya?"
"Hu—"
"Tidak boleh es krim banyak banyak, nanti gigi Kookie sakit kalau kebanyakan es krim" sela Jieun.
Jungkook merengut, menatap Jieun memelas.
"Tidak apa apa, eomma, nanti Kookie makannya sehari satu kali, yang lain disimpan di dalam kulkas"
Jieun baru saja ingin berbicara, namun langsung di sela oleh Taebum.
"Iya, tidak apa apa, beli saja yang banyak"
Jimin dan Jungkook tersenyum senang, bertos ria setelahnya.
Mengabaikan Taebum yang memekik kesakitan karena perutnya yang dicubit Jieun, dan suara tawa yang lain.
'Kemarin pundakku baru saja digigit Kookie, sekarang perutku dicubit eomma nya, istri dan anakku sama sama barbar ternyata'
TBC
Haii
Aku ganti cover nih, kalian suka yang mana?
Hehe
Jangan lupa voment yaa
Paipaii~
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby Bunny
Fanfictioncerita tentang keseharian Jungkook si bayi kelinci yang dikelilingi 6 orang hyung yang gantengnya ngalahin dewa-dewa Yunani. Penasaran? baca aja, hehe:)