82

6.6K 711 188
                                    

Ini sudah malam, Jungkook sedang asik mencoret pola abstrak pada selembar kertasnya, tampak tenang sekali.

"Kookie, tadi bagaimana sekolahnya?" Jin bertanya, melepas kacamata yang bertengger di pangkal hidung, memijat pelipisnya pelan, masih pusing karena masalah di kafenya tadi.

Jungkook mendongak lalu tersenyum lebar dan mengangguk antusias, "Cetoyahna tadi baik baik caja, ndak da yan beda denan temayin, tapi tadi di cetoyah Yica dan Bamie beytentay, lucu cetayi, hihi"

"Oh begitu? Sudah dapat teman baru?" tanyanya sambil melirik jam dinding di atas televisi.

Yang ditanya mengangguk pelan, mengusap matanya yang memerah, Jungkook sudah mengantuk, "Cudah, da banak"

"Ya sudah, ayo tidur, Kookie sudah mengantuk kan?"

Jin bangkit, menggendong Jungkook yang sudah mengantuk, lalu berucap, "Jim, tolong bereskan peralatan menggambar Kookie," lalu langsung menaiki tangga, Jungkook sudah tertidur di pundaknya.

Membuka pelan pintu kamar Jungkook, meletakkan adiknya pelan pelan ke ranjang agar tidak terbangun, menyingkirkan rambut yang menutupi dahi lalu mengecupnya pelan, "Selamat malam, adik kecilnya hyung yang paling menggemaskan, tapi juga yang paling nakal, semoga mimpi indah"

Jin pergi darisana, hampir saja mematikan lampu kalau tiba tiba tidak ingat adik kecilnya itu takut gelap, akhirnya dia langsung keluar setelah melayangkan satu kecupan jauh.

.
.
.

Jungkook menggeliat tidak nyaman dalam tidurnya, dahi sampai pelipisnya penuh dengan keringat. Dia tiba tiba bangun, merasakan sakit luar biasa di giginya.

Iya, Jungkook sakit gigi.

Tangannya menekan pipi, berusaha untuk mengurangi rasa sakitnya, tapi ternyata rasa sakit itu tidak berkurang.

Mata bulatnya sudah berair, mengerjap beberapa kali sebelum-

"HUWAAAAAAAA"

-menangis keras tanpa tahu ini sudah jam berapa.

Pintu kamarnya dibuka kasar, menampilkan wajah bantal sekaligus panik milik keenam hyung-nya.

"Kookie kenapa? Kenapa menangis tengah malam begini?" Jimin bertanya pelan, wajahnya terlihat yang paling segar. Dia belum tidur tadi, masih mempelajari bahan untuk presentasinya besok pagi.

Jungkook menangis semakin keras, kakinya bergerak acak, menendang apapun yang ada di sekitarnya, "D-didi Tootie catit, hiks"

Jin mengernyit, "Tadi makan apa saja?"

Dia bingung. Jungkook itu tidak pernah sakit gigi, dia pernah sakit gigi, tapi itu sudah sangat lama, saat dia-

"Mam peymen, Y-yiyin noona yan b-beyi, banak cetayi"

-terlalu banyak makan permen.

Semua orang menghela nafas, kalau begini mereka haru siap siap saja dibuat terjaga sampai pagi menjelang.

.
.
.

"Bagaimana? Giginya masih sakit?" Jin bertanya pelan saat Jungkook membuka matanya, wajahnya terlihat lelah karena mengurus Jungkook semalaman, sementara semua adiknya harus tidur karena memiliki kesibukan di pagi hari, terlihat lingkaran berwarna hitam juga disekitar mata indahnya.

Jungkook mendongak, "Cudah ndak catit"

"Ya sudah, syukur, sekarang ayo man-" ucapan Jin terhenti, menatap pipi Jungkook dengan mata melotot. Itu, pipi Jungkook bengkak sebelah, dan biar dia tebak, itu adalah tempat dimana gigi susu adik kecilnya ini sakit.

Our Baby BunnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang