61

7.9K 635 42
                                    

Ting tong

Jungkook menoleh, mengalihkan pandangannya dari bola yang di pegangnya, membiarkan Yeontan bermain sendiri.

"Eomma, pintu na buni, da tamu!" teriak Jungkook.

Jieun datang dari dapur, "Kalau tahu ada tamu, kenapa pintunya tidak dibuka, Kookie?"

"Tootie cedan main denan Tannie, ndak boyeh didandu"

Menggelengkan kepalanya, berjalan menuju pintu depan, membukanya.

Jungkook ikut berdiri, mengintip dari balik rak pembatas, ingin tahu siapa tamunya.

Matanya membulat senang ketika mengetahui yang datang adalah Irene.

Seketika berlari menghampiri Jieun dan Irene, atau lebih tepat Irene sebenarnya, membiarkan Yeontan sibuk dengan bolanya sendirian disana.

"Yiyin noona!"

Irene dan Jieun menoleh, menatap Jungkook yang berlari kecil ke arah mereka, merentangkan tangannya yang langsung Irene gendong.

"Ulu ulu ulu, Kookie nya noona rindu dengan noona ya?"

"Maaf, Kookie kami, bukan Kookie mu" celetuk Taehyung saat baru saja turun dari tangga, tidak sengaja mendengar ucapan Irene.

Irene menatap datar, "Aduh, itu mulut mu bisa diam tidak sih?"

"Tidak, mulut 'kan gunanya untuk berbicara, kalau aku diam, lalu mulut gunanya apa?"

Jieun berdecak, selalu saja begini, kalau Irene dan anak-anaknya dipertemukan, pasti tidak pernah akur, selalu berdebat.

"Sudah sudah, kalian ini sudah besar tapi tidak pernah bisa diam jika bertemu, selalu berdebat"

"Irene dulu yang memulai, eomma"

Irene mendelik, "Tidak, jangan percaya, alien itu dulu yang memulai, imo"

"Hei, tidak usah berbohong"

"Aku tidak berbohong"

"Ya! Kalian berdua, bisa diam tidak sih?"

Taehyung dan Irene langsung diam, memalingkan wajah.

"Noona, noona napa tecini?"

Irene tersenyum lebar, mengusak hidungnya pada pipi gembil Jungkook.

"Rindu Kookie, juga mau membuat kue dengan imo"

"Tue?"

Irene mengangguk, berjalan masuk ke dalam rumah keluarga Jeon itu, mengikuti Jieun yang sudah berjalan terlebih dulu di depannya.

"Annyeong, samcheon" ucap Irene, menunduk kecil ketika melewati ruang tengah, ada Taebum disana.

Taebum mengangguk, tersenyum, "Kalian ingin membuat kue dalam rangka apa?"

"Uh? Ah, tidak dalam rangka apa apa, aku hanya ingin belajar membuatnya saja, samcheon, hehe" jawab Irene.

"Oh, belajar membuat untuk kekasihmu, eh?"

Irene tersenyum kikuk, menggeleng cepat, "Tidak kok samcheon, aku tidak punya pacar"

"Nenek lampir seperti dia mana mungkin punya pacar, appa, jangan bercanda" celetuk Jimin, kemudian tertawa.

"Pacay? Pacay itu apa?"

Jimin berhenti tertawa, menatap Jungkook yang masih ada di gendongan Irene, raut wajahnya terlihat bingung dan penasaran.

"Bukan apa apa!"

"Uh?"

"Um, sudah ya, Kookie, sana, membantu eomma dan Irene membuat kue, yang enak ya, nanti hyung diberi" ucap Jimin.

Jungkook mengangguk semangat, menarik baju Irene, "Ayo noona, buat tue"

"Iya, iya, sebentar"

.
.
.
.
.

"Ini diberi telur berapa butir, imo?" tanya Irene.

"Tiga saja, pisahkan kuning dan putih te—"

"Hatchi!"

Jieun dan Irene menoleh, seketika tertawa kencang karena melihat wajah Jungkook yang penuh dengan tepung.

Jungkook mengusap hidungnya yang gatal.

"Eomma cama noona tenapa teytawa?" tanya Jungkook bingung.

Dia tadi diberikan satu mangkuk kecil yang berisi tepung, untuk ia olah sendiri, agar tidak mengganggu Irene dan Jieun.

Hidungnya tiba tiba gatal saat sedang mengaduk acak tepung itu, lalu bersin.

Tidak sadar kalau tepung tepung itu mengenai wajahnya.

Irene mengambil ponsel di meja pantry, memfoto Jungkook, kemudian dilihatkan pada Jungkook.

"Hihi, Tootie jadi cepeyti eomma tayau cedan patai mactey cebeyum tiduy"

Bangkit dari kursi kecil miliknya, memasukkan tangan kedalam mangkuk yang berisi tepung itu, berlari kecil ke ruang tengah dan mendapati Jimin yang sedang bermain ponsel di sofa.

Mendekat perlahan ke arah Jimin, lalu mengusapkan tangannya yang penuh tepung ke wajah Jimin.

"Kookie!"

Jungkook tertawa, berlari menuju dapur, bersembunyi di balik tubuh Jieun, menghindari Jimin yang mencoba menangkapnya.

"Eomma, berikan Kookie padaku"

"Janan, eomma! Chim yun maw menantap Tootie, toyon Tootie"

Tubuh Jieun bergoyang ke kanan kiri, akibat tarikan Jungkook di baju bagian belakangnya.

Siap siap sudah bajunya akan melar setelah ini.

"Chim yun tetap teyihat danten tayau beditu tok, janan mayah ya, hihi" ucap Jungkook.

Jimin tertawa kecil, "Tidak usah merayu hyung agar tidak marah, sini, Kookie harus tetap dihukum karena jahil"

"Ndak maw, janan di hutum yun— eomma!"

Jungkook memekik keras, Jimin berhasil menangkap dan menggendongnya.

Jimin tertawa, mendudukkan Jungkook di meja pantry, mencubit kedua pipi Jungkook.

"Anak jahil harus di hukum, Kookie"

Dan Jimin tetap mencubit pipi Jungkook, sampai Jungkook menangis, baru berhenti dan kewalahan sendiri untuk membuat Jungkook kembali diam dan tenang.

Jieun diam saja, total merasakan pusing.

Belum genap sebulan dia disini setelah kembalinya dari urusan bekerja dengan Taebum, tapi rasanya telinganya sudah hampir pecah mendengar teriakan dan tangisan Jungkook setiap hari.

Mungkin besok Jieun akan mengajak Taebum untuk pergi mengecek telinganya ke dokter.







TBC

Haii

Yuhuu

Oi oi oi oi

Emak kandungnya Kookie disini~

Jodoh sah nya Jungkook disini~

/kabur, takut di geplak kalian/

Gabut oiiii. Padahal lagi banyak tugas sih, mager beratt, tapi gabut mau ngapain kalo nggak belajar.

Paham nggak?

Kalo enggak yaudah, nggak pa pa, orang aku juga nggak paham.

Ribet emang.

Oke stop, berhenti, geumanhe.

Jangan lupa voment yaa

Paipaii~

Our Baby BunnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang