17. Bira Dewasa

1.6K 249 142
                                    

SIANGGG!!!!! KOMENNYA JANGAN LUPA! SEMAKIN BANYAK SEMAKIN CEPET ASEM UPDATE XIXIXIXI

🔞🔞🔞🔞
.
.
.

“Bira!” Aku yang baru akan membuka pintu mobil, menoleh ke belakang saat suara yang sudah tidak asing lagi memanggilku. Mas Jeffry menghampiriku. Sedikit heran mendapatinya di parkiran kampus. Aku kira dia sudah pulang sejak beberapa jam yang lalu. Beberapa kali Mas Jeffry memang sempat meneleponku setelah perdebatan yang terjadi diantara kami sebelum kelasku dimulai tadi, tapi tidak ada satupun panggilannya yang aku angkat. Aku hanya ingin Mas Jeffry berpikir, bahwa penilaiannya mengenai Aru adalah hal yang salah. “Ra, maafin aku,” ucapnya begitu sampai di hadapanku.

“Buat apa?” tanyaku datar, tanpa ekspresi.

“Soal yang tadi, aku udah nuduh kamu yang enggak-enggak,” katanya.

Aku menghela napas panjang. “Gak perlu minta maaf. Kalau Mas mau minta maaf, minta maaf sama Aru. Jangan sama aku.” Sebelumnya aku sudah mencoba menyusul Aru, tapi lelaki itu sudah lebih dulu pergi. Aku juga sempat menanyakan pada orang-orang dari fakultas yang sama dengan Aru, mereka bilang Aru tidak masuk kelas hari ini. “Aru gak masuk kelas hari ini. Kira-kira kamu tau dia ke mana?” tanyaku.

Mas Jeffry menggeleng. “Tadi aku sempet nelepon dia.”

“Di angkat?”

“Iya. Aru bilang hari ini dia gak pulang, dan minta aku untuk gak cari dia. Setelah itu teleponnya mati.”

“Dan kamu nurutin kemauannya Aru? Kamu gak mau cari dia? Kalau Aru kenapa-napa gimana Mas?”

“Aku udah minta bawahan aku untuk cari Aru. Kamu gak perlu khawatir,” katanya. “Kamu mau pulang?”

Aku mengangguk. “Kamu juga mau pulang?”

“Iya, tapi aku gak bawa mobil. Tadi ke sini naik taksi.”

“Kamu nunggu aku dari tadi Mas?”

Mas Jeffry mengangguk. “Aku ngerasa bersalah aja sama kamu. Udah nuduh yang engga-engga.”

“Yaudah, naik mobil aku aja.” Aku memberikan kunci mobil pada Mas Jeffry, membiarkan dia yang menyetir. Mas Jeffry membawaku ke rumahnya. Seperti biasa, rumahnya itu selalu sepi seperti tidak ada kehidupan. Aku tidak heran jika Aru berpikir dia tidak memiliki rumah, karena memang tidak ada kehangatan keluarga yang aku rasakan setiap kali menginjakkan kaki di sini. Meski aku sendiri terkadang muak berada di rumah karena Ayah, tapi setidaknya aku memiliki Ibu yang selalu menunggu kepulanganku. Sedangkan Aru? Mas Jeffry sibuk bekerja, dan Mbak Bianca tidak tinggal di sini setelah berpisah dengan Mas Jeffry.

“Kamu mau minum apa?” tanya Mas Jeffry. “Biar aku minta sama Mbok untuk dibuatin.”

Aku menggeleng. “Gak usah Mas.”

Mas Jeffry mengangguk paham. “Ini kunci mobil kamu.” Mas Jeffry menyodorkan kunci mobilku. Belum sempat aku mengambilnya, Mas Jeffry sudah lebih cepat menarik kunci itu kembali dan menarik pinggangku secara bersamaan. Kami saling beradu tatap selama beberapa detik, sebelum akhirnya mataku memejam saat Mas Jeffry menyatukan kedua bibir kami. Dia menahan tengkukku, tak membiarkanku pergi. Detik selanjutnya kurasakan kakiku tidak lagi menapak di lantai, Mas Jeffry menggendong tubuhku seperti koala, dia menapaki anak tangga satu persatu sampai akhirnya kami berada di sebuah kamar. Mas Jeffry melepaskan pautannya. “Boleh?” tanyanya.

DUA BARUNA [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang