Tadinya gamau update🥵
Btw ini ngakak banget,
.
.
.“Yaampun Bapak udah pulang? Dari mana aja?” Aku yang tengah duduk di taman belakang sendirian hanya dengan ditemani sepuntung rokok yang sedang kuhisap, menurunkan rokok itu dari mulut dan ternsenyum tipis ke arah Mbok Arum yang sudah lama tidak kujumpai. Padahal Mbok Arum sudah bekerja denganku sejak dulu, bahkan dari Aru kecil. “Bapak ngerokok sekarang?” tanyanya lagi. Aku merokok? Iya. Entah sejak kapan aku jadi sering menghisap benda ini. Tapi sepertinya itu dimulai tujuh bulan yang lalu.
“Iya. Mbok apa kabar?” tanyaku.
“Baik. Syukur Bapak udah pulang, non Bira sebentar lagi lahiran,” katanya. Lagi-lagi aku hanya mengulas senyum. Tak berselang lama, Mbok Arum pamit, ingin melanjutkan pekerjaannya di dapur dan kembali meninggalkanku dengan segudang kegelisahan. Aku sekarang sedang menanti jawaban Bira mengenai ajakanku untuk menikahinya. Bira tak ingin langsung menjawabnya tadi, dia memintaku agar memberinya waktu untuk berpikir. Aku tahu tidak mudah bagi Bira mengambil keputusan dalam keadaan seperti ini. Dia pasti akan berpikir ribuan kali sebelum menerima pinanganku setelah apa yang aku perbuat padanya selama tujuh bulan ini. Aku terlambat kembali, itu jelas. Tapi bukan maksudkku untuk meninggalkan Bira tujuh bulan yang lalu. Jika saja aku tahu lebih awal jika Bira sedang mengandung anakku, aku tidak mungkin pergi dari rumah ini dan tidak akan membiarkan Bira berjuang sendirian untuk anak kami.
Aku membuang puntung rokokku yang tersisa sedikit, lalu merogoh saku celanaku dan mengambil dua buah benda dari sana. Sebuah testpack dan hasil usg yang aku dapatkan dari kotak abu-abu pemberian Bira. Melihat kedua benda itu, membuat kedua sudut bibirku terangkat sekaligus juga merasa bersalah. Aku merutuki diriku sendiri, menyesal kenapa baru melihat isi kotak tersebut pagi tadi, padahal aku selalu membawanya ke mana-mana selama tujuh bulan belakangan ini. Jika bukan karena keteledoran asistenku yang telah menjatuhkan kotak abu-abu pemberian Bira di depanku yang membuatnya rusak dan isinya keluar, aku tidak mungkin tahu jika Bira sedang hamil, mengandung seorang anak yang selama ini aku harap-harapkan. Seketika melihat foto hasil usg itu, tanpa berpikir panjang aku langsung pergi mencari keberadaan Bira. Beruntungnya aku sudah berada di Indonesia sejak dua minggu yang lalu. Tempat pertama yang aku tuju saat mencari Bira adalah rumahnya, tapi setibanya di sana dan bertemu dengan Pak Vino, aku langsung di usir, Pak Vino juga mengatakan jika Bira sudah tidak tinggal di sana karena bukan lagi bagian dari keluarga Narendra. Lalu aku menghubungi Gladis, pasti dia tahu mengenai Bira, dan Gladis bilang jika Bira tinggal bersama Aru dan sekarang sedang bekerja si sebuah kafe yang ternyata kafe milik teman-teman Aru.
Aku kelimpungan mencari Bira ke sana- ke mari, aku bahkan sampai tidak sadar jika memakai sendal yang salah saking terburu-burunya keluar dari hotel. Baru menyadari mengenakan sendal yang bukan pasangannya saat merokok tadi. Lucu, baru kali ini aku dibuat khawatir setengah mati oleh seorang wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA BARUNA [END✔]
Fanfiction[17+][bukan BL]Kabira, dikenalkan pada Aru oleh orang tuanya dengan maksud akan dijodohkan. Namun gadis yang akrab disapa Bira itu jatuh hati pada Papa dari Aru, dia adalah Jeffry. "Jangan pindah hati ke Baruna lain, kamu cuma milik aku."