SIANGGGG!!! HAYO SIAPA YANG NUNGGUIN?!
.
.
.“Gantengnya anak Mamoy.” Aku gemas sendiri melihat Al yang sudah rapih dengan setelan baju dan celana jeansnya. Al tersenyum lebar, seolah paham akan pujianku.
“Papanya ganteng juga gak?” sahut Mas Jeffry yang sedang mengenakan pakaiannya. Kami sedang bersiap-siap sebelum berangkat ke supermarket untuk berbelanja bulanan. Tapi Mas Jeffry bilang, dia juga akan mengajakku jalan-jalan sebentar. Selama di Milan, aku belum sempat mengunjungi tempat-tempat wisata, aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan kampus. Malah saat pertama kali pindah ke sini, aku tidak pernah keluar rumah atau menyapa tetangga. Saat itu aku terlalu kalut dengan masalah-masalah yang menimpaku dan belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Begitupula dengan Al, dia banyak menangis ketika tiba di Milan. Jam tidurnyapun menjadi berantakan, untungnya ada Mas Jeffry dan Resti yang membantuku mengurus Al.
“Apa perlu pertanyaan seperti itu dilontarkan wahai Pak Baruna?” tanyaku. Mas Jeffry terkekeh. Dia menghampiriku yang sekarang memangku Al di tepi ranjang.
“Yuk berangkat,” ajaknya.
“Kamu belum sisiran sayangku.”
Mas Jeffry memegang rambutnya sendiri. “Eh iya.”
Aku menggeleng. “Banyak pikiran ya sampe lupa gitu?”
Mas Jeffry tersenyum menanggapi pertanyaanku. Aku, Al, dan Mas Jeffry pergi ke supermarket asia yang berada di Milan. Selagi aku memilih bahan masakan, Al digendong oleh Mas Jeffry menggunakan soft structure carrier. Digendongan Papanya, Al sering tertawa, keduanya asik bercanda. “Ini namanya bayam, kalau adek makan ini jadi kuat kayak pooooopye!” Mas Jeffry mengajak Al berbicara. Dan lagi-lagi Al tertawa karena Papanya yang melafalkan huruf o secara berlebihan.
“Receh banget Al kalau udah sama kamu,” ujarku seraya mendorong trolley di samping Mas Jeffry.
“Bukan receh, tapi Mamoynya yang bosenin, ya 'kan dek?”
Secara kebetulan Al menganggukan kepala, membuatku dan Mas Jeffry tertawa. “Idih bocil sok ngerti,” cibirku. Kami pindah ke lorong yang berisi makanan ringan setelah memilih beberapa sayur untuk campuran makanan pendamping asi. Al sudah mulai makan sejak satu bulan yang lalu, dan yang membuatku senang Al memiliki napsu makan yang besar. Aku berhenti di depan rak yang berisi macam-macam keripik kentang. Melihat salah satu bungkusan keripik kentang dengan rasa balado, mengingatkanku pada Aru. Dia sangat menyukai keripik ini, saat tinggal bersama dulu kami berdua sering memperebutkan keripik ini jika Mas Jeffry membelinya. Aku tersenyum miris, memikirkan bagaimana keadaan Aru sekarang. Aku tidak pernah berkomunikasi dengan Aru sejak pindah ke Milan, aku hanya mengetahui kabar laki-laki itu dari Mas Jeffry.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA BARUNA [END✔]
Fanfiction[17+][bukan BL]Kabira, dikenalkan pada Aru oleh orang tuanya dengan maksud akan dijodohkan. Namun gadis yang akrab disapa Bira itu jatuh hati pada Papa dari Aru, dia adalah Jeffry. "Jangan pindah hati ke Baruna lain, kamu cuma milik aku."