49. Love Talk

1.3K 227 108
                                    

SELAMAT MALAMMMMM, jangan lupa vomentnya yaaa!!

🔞🔞🔞🔞
.
.
.

(JEFFRY POV)

Aku bersyukur pertemuan hari ini dengan keluarga Bira berjalan lancar meski respon Pak Vino sedikit dingin padaku dan Bira. Tapi beruntungnya Pak Vino merestui hubungan kami. Aku diminta Pak Vino untuk menikahi Bira dalam jangka waktu satu minggu ini, dan aku menyanggupinya dengan mengatakan pada keluarga Bira bahwa aku akan menikahinya tiga hari lagi. Keluarga Bira juga meminta agar pernikahan dilakukan secara tertutup dan hanya di datangi oleh keluarga inti saja karena kondisi Bira yang sudah hamil besar dan aku menyetujuinya. Aku bahkan sudah menelepon Ayahku, memberitahukannya soal kabar ini. Sekarang aku dan keluarga Bira sedang makan malam bersama. Bira kelihatan senang sekali bisa kembali ke keluarganya, wajahnya tak berhenti berseri sejak sore tadi. Dia, Mairin, dan Ibunya juga banyak bertukar cerita selagi makan. Aku yang melihatnyapun ikut bahagia dan tidak bisa menahan senyum. “Kamu udah tau jenis kelamin anakmu Ra?” tanya calon Ibu mertuaku.

“Cowok Bu, Aga bakal ada temennya,” balas Bira.

“Wah, kira-kira bakal mirip siapa nih?” tanya Ibu.

“Kalau liat dari hasil usgnya mirip aku Bu,” sahutku bangga.

“Gak apa-apa sih mukanya mirip lo, ganteng, asal sifatnya aja gak sama. Takutnya nanti pas dia punya pasangan, pasangannya juga bakal ditinggal,” ujar Mairin. Dan sialnya aku merasa tersindir, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Mairin calon kakak iparku dan perkataannya juga benar, jika aku melawannya, bisa saja dia menarik kembali restunya yang akan membahayakan hubunganku dan Bira. Jadi aku memilih diam, sedang Bira melirikku yang duduk di sebelahnya sambil terkekeh kecil. Dia ikut mengejekku. Sebal, kuturunkan tangan kiriku ke bawah meja, detik selanjutnya kusingkap sedikit dress yang dikenakan Bira lalu mengusap paha mulusnya. Mata wanita itu membelalak, kaget karena ulahku. Aku menyeringai, menatapnya dengan tatapan, rasain, ngetawain aku sih.

Kurasakan Bira mulai bergerak gelisah saat tanganku semakin naik. Aku tahu dia tidak tahan untuk meneriakkan namaku, tapi posisi kami yang sedang makan bersama, membuat Bira harus mati-matian menahan diri.

“Bentar deh.” Aku mengalihkan pandanganku pada Mairin tanpa menarik tanganku dari bawah sana. “Kan awalnya Bira mau dijodohin sama anak lo Jeff, terus sekarang anak lo gimana? Dia gak keberatan sama hubungan kalian?” tanya Mairin. Sontak yang berada di ruang makan ini menatapku, termasuk Pak Vino.

“Aru gak keberatan. Dia justru yang ngeyakinin gue sama Bira untuk kembali bersama,” kataku dengan tenang.

“Dari pertama Ibu kenal sama Aru, dia emang anak yang baik. Kapan-kapan, ajak Aru ke sini Ra, Jeff,” ujar Ibu.

Aku tersenyum seraya menganggukan kepala. “Iya Bu.”

“Ekhem Bu.” Bira tiba-tiba berdehem. “Aku makannya udah ya? Rada begah ini perut,” katanya yang kuyakini hanya alasan saja agar dia bisa kabur dari makan malam ini.

“Beneran udah kenyang Ra?” tanyaku.

Bira menatapku tajam, lalu dia tersenyum. “Udah Mas. Rada kebelet juga nih.”

Ingin rasanya aku tertawa melihat wajah Bira yang mulai memerah. “Mau ke toilet?” tanyaku lagi.

“Iya sayang,” balasnya. Dia lalu menepis tanganku kemudian pergi meninggalkan ruang makan. Aku tersenyum, merasa puas karena berhasil mengerjainya. Tak berselang lama, aku dan yang lain juga selesai menyantap makan malam. Aku pamit pada mereka untuk menyusul Bira. Calon istriku ternyata berada di kamarnya dan sedang berbaring di ranjang sambil memainkan ponselnya. Kuhampiri Bira dan langsung memeluknya. “Mas ih!” Bira mendorong tubuhku.

DUA BARUNA [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang