51. Ikat Rambut

1.3K 227 85
                                    

DOUBLE UPDATE SESUAI JANJI. SEKALIAN NUNGGU 8.8 HEHEHEHEHE😁

🔞🔞🔞
.
.
.

Perjalanan cintaku dan Mas Jeffry memang tidak berjalan mulus, banyak cobaan yang harus kami hadapi untuk sampai di titik ini, mulai dari harus sembunyi-sembunyi agar orang lain tak tahu, terhalang restu orang tua, sampai kami yang sempat terpisah selama berbulan-bulan. Semua itu benar-benar tidak mudah untuk dilewati, aku selalu menangis setiap malam ketika Mas Jeffry pergi meninggalkanku. Dan bukan hanya aku yang menderita saat itu, tetapi Mas Jeffry juga. Dia yang awalnya bukan perokok, bahkan tujuh bulan belakangan ini mengaku sering menghisap benda itu sebagai pelampiasan rasa stress dan sedihnya karena sempat berpisah dariku. Tapi perjuangan kami berdua akhirnya berbuah manis, hari ini aku dan Mas Jeffry sudah sah menjadi sepasang suami istri.

Beberapa menit yang lalu baru saja diadakan akad nikah di kediaman orang tuaku. Pernikahan aku dan Mas Jeffry benar-benar dilakukan secara tertutup, Mas Jeffry hanya membawa Ayahnya dan Aru ke rumahku, begitupun dengan aku yang tidak mengundang orang lain kecuali Gladis dan tentu saja keluarga intiku sendiri. Meski tidak mengundang tamu lain, namun hal itu tidak mengurangi sedikitpun perasaan bahagia dan haruku. Aku masih tidak menyangka, di umurku yang masih terbilang muda, aku sudah menjadi seorang istri dan sebentar lagi akan segera melahirkan. Dan hal lain yang membuatku juga sangat bahagia hari ini adalah, Ayah bersedia menjadi wali nikahku, walau sepanjang acara wajahnya tak memperlihatkan raut bahagia. Tidak apa-apa, pelan-pelan aku akan mencoba meluluhkan hati Ayahku lagi.

Sekarang, keluargaku dan keluarga Mas Jeffry sedang berkumpul di ruang makan, kami akan makan siang bersama setelah acara akad tadi. “Selamat Bira, Om Jeffry, akhirnya sah juga nih,” ucap Gladis.

Aku tersenyum. “Makasih Dis, cepet nyusul deh,” kataku.

“Yeu lagi pusing kuliah gue, nikah mah nanti aja,” balasnya lagi. “Eh Om, nanti gak perlu malam pertama dong? Kan udah nyicil duluan.”

Mas Jeffry yang sedang menikmati makan siangnya, mendadak tersedak mendengar ucapan Gladis. Segera kutodongkan segelas air padanya dan menepuk-nepuk punggungnya. “Makasih Ra,” ucap Mas Jeffry. Dia lalu melihat Gladis. “Beda lah, ini malam pertama saya sama Bira setelah sah.”

Sontak orang-orang di sana tertawa, kecuali Ayah tentu saja. Ayah tampak khidmat menikmati makanannya atau memang Ayah tidak ingin ikut campur? Sepertinya opsi kedua lebih tepat. “Setelah ini kamu mau bawa Bira langsung ke rumahmu atau ada niatan untuk liburan berdua Jeff?” tanya Ayah mertuaku pada Mas Jeffry.

“Niatnya aku mau bawa Bira ke rumah aku Yah kalau Bira setuju dan di izinin sama orang tuanya,” kata Mas Jeffry.

“Bawa aja Jeff, gak apa-apa. Asal anak Ibu jangan dijual,” celetuk Ibu.

“Ih Ibu ngusir,” sahutku.

Ibu menggeleng. “Bukan ngusir lah, 'kan kamu udah jadi istri Jeffry, jadi kemanapun Jeffry pergi kamu harus ikut Ra.”

“Gak juga Bu, kalau Bira emang gak mau pergi aku gak masalah. Aku gak mau maksa Bira,” ujar Mas Jeffry.

“Tuh Bu, tapi kalau Ibu mau aku pergi, gak apa-apa sih,” kataku.

Ibu menjawil hidungku. “Itu mah kamunya aja yang mau pergi. Biar bisa bebas ya? Gak ada yang ngomel-ngomelin kamu kayak Ibu,” tuding Ibu. Aku menunjukkan deretan gigiku sebagai respon. “Terus honeymoonnya gimana? Kalian mau jalan ke mana kira-kira?” tanya Ibu.

Babymoon gak sih? 'Kan honeymoonnya udah di Milan, udah jadi lanang juga tuh,” ujar Mairin yang sedang menyuapi Aga.

“Kak, tos dulu.” Gladis mengajak Mairin bertos ria, keduanya melakukan itu yang sudah pasti ditujukan untuk mengejekku.

DUA BARUNA [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang