42. Alasan Jeffry

1.5K 266 119
                                    

Masih pada nunggu wp ini emang? Kirain udah engga😏

.
.
.

“Bentar lagi anak kamu lahir, jangan bikin dia jadi perokok pasif sejak dini,” ujarku begitu berdiri di samping Mas Jeffry yang sedang menghisap rokoknya di balkon kamar utama. Kuikuti arah pandang Mas Jeffry yang menatap rumah kosong, yang konon katanya Sukma tinggal di sana. Tapi hanya sebentar, lalu kualihkan lagi pandanganku pada Mas Jeffry, aku merinding setiap kali menatap rumah itu lama-lama. Lelaki yang hanya mengenakan celana pendek abu-abu tanpa atasan itu melemparkan puntung rokoknya ke bawah, membuat rokoknya mati seketika karena masuk ke dalam kolam ikan. “Kamu pindah ke kamar kamu gini cuma buat ngerokok? Frustasi ya gagal dapet apa yang kamu mau?” Beberapa menit yang lalu, Mas Jeffry mencoba menyetubuhiku, tapi aku menolaknya dengan mengancam Mas Jeffry bahwa aku akan pergi meninggalkan rumah ini selamanya jika dia berani memasukiku. Mendengar ancamanku, Mas Jeffry yang sudah melepaskan pakaiannya, perlahan menjauhiku dan memakai celananya kembali. Dia lalu pergi meninggalkanku di kamar tamu.

Aku sebetulnya sangat ingin tahu mengenai alasan Mas Jeffry pergi meninggalkanku tujuh bulan yang lalu. Namun aku tidak seputus asa itu hingga rela membiarkan Mas Jeffry menyetubuhiku demi mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Lebih baik aku tidak pernah tahu alasannya dari pada Mas Jeffry harus menyentuhku tanpa persetujuan dariku. Walau saat lelaki itu hampir melakukannya tadi aku juga nyaris terbuai, tapi rasa kesal dan kecewaku pada Mas Jeffry jauh lebih besar. “Enggak ngerokok doang, tapi nyelesain yang di bawah juga biar gak sesak,” kata Mas Jeffry. “Kamu sendiri ngapain ke sini? Masih pakai bathrobe lagi. Sengaja mau liat aku kesetanan lagi?”

“Kamu gak berhak marah Mas. Aku nolak itu wajar, kita bukan pasangan.”

Mas Jeffry terdiam.

“Sejak kapan ngerokok?” tanyaku basa-basi.

“Tujuh bulan yang lalu,” sahutnya.

“Kalau dia udah lahir nanti, jangan ngerokok deket dia ya,” kataku seraya mengusap-usap perut besarku. Aku ingin meminta Mas Jeffry untuk berhenti merokok, namun aku sadar diri jika aku bukan siapa-siapanya yang memiliki hak sampai melarang-larangnya. Aku menatap Mas Jeffry, dia juga membalas tatapanku. “Sekarang terserah kamu mau kasih tau aku atau enggak soal alesan perginya kamu itu. Aku gak mau Mas berhubungan badan secara paksa, apalagi cuma demi bisa tau alesan kamu pergi. Asal kamu tau, di lubuk hati aku yang terdalam ini, aku masih nyimpen kesel dan marah sama kamu.”

Tangan Mas Jeffry terulur mengusap perutku.
“Maafin aku Ra, maafin Papa juga ya jagoan,” katanya. Dia kembali melihatku. “Napsu aku gak bisa di kontrol tadi, maaf. Dan untuk soal alesan itu, aku bakal tetap kasih tau kamu. Kita lanjutin ngobrol di dalem aja, Sukma dari tadi udah ngeliatin kamu di ujung.” Sukma lagi, mahkluk itu kenapa selalu mengamatiku? Tanpa banyak bicara, aku masuk ke dalam kamar Mas Jeffry. Kami berdua kini duduk berdampingan di sofa kamar. Selama beberapa menit, hanya ada keheningan yang melanda. Mas Jeffry belum membuka suaranya, dia masih kelihatan berpikir.

“Kamu pakai baju dulu aja, dingin,” kataku membuka percakapan.

“Enggak, kamu 'kan tau kebiasaan aku yang shirtless,” balasnya. Iya aku tahu Mas Jeffry memiliki kebiasaan itu, bahkan saat dia tidur di kamarku, Mas Jeffry tidak pernah mengenakan pakaian atasnya. “Ra?” panggil Mas Jeffry.

“Hm?”

“Soal tujuh bulan yang lalu...” ucapan Mas Jeffry menggantung. Jantungku sendiri sudah berdebar tak karuan karena rasa penasaran yang semakin menjadi. Aku berusaha mengantisipasi apapun alasan yang keluar dari mulut Mas Jeffry. Dan aku harap, alasan itu tidak mengecewakanku. Sekalipun mengecewakan, aku akan berusaha menerimanya karena semua sudah terjadi. “Aku pergi karena gak mau ganggu hubungan kamu dan Aru.”

DUA BARUNA [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang