63. Konferensi Pers

1K 202 90
                                    

SELAMAT HARI KEMERDEKAAN!!! SEMOGA KEDEPANNYA NEGARA KITA MAKIN MAJU, DAN CEPAT PULIH❤
.
.
.

Sambil memberikan Al asi, aku memperhatikan Mas Jeffry yang tengah bersiap-siap dari tepi ranjang. Lelaki itu mengenakan rompi jasnya, kemudian merapihkan rambutnya.

Tampilan Mas Jeffry hari ini sedikit lebih formal dari biasanya, karena dalam beberapa jam lagi dia akan mengadakan konferensi pers mengenai kabar yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan di luar sana, kabar mengenai hubungan kami berdua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tampilan Mas Jeffry hari ini sedikit lebih formal dari biasanya, karena dalam beberapa jam lagi dia akan mengadakan konferensi pers mengenai kabar yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan di luar sana, kabar mengenai hubungan kami berdua. Mas Jeffry memutuskan untuk melakukan ini karena menurutnya kabar-kabar di luar sana sudah sangat keterlaluan. Beberapa orang menyeret-nyeret nama Aru dan mengatakan bahwa sebenarnya Al bukanlah anak Mas Jeffry, melainkan Aru. Mereka di luar sana menuduhku yang tidak-tidak, mengatakan kalau aku hanya mengincar harta Mas Jeffry dan akan membuang Mas Jeffry setelah dapat hartanya. Jujur, mendengar hal-hal seperti ini membuatku kesal dan juga ingin tertawa. Mengapa? Karena menurutku mereka semua terlalu berlebihan, seperti sinetron saja. Tapi alasan terbesar Mas Jeffry melakukan konferensi pers ini adalah agar di kemudian hari, Al tidak perlu menanggung malu atas apa yang dilakukan oleh orang tuanya.

“Udah rapih belum Moy?” tanya Mas Jeffry seraya menghampiriku.

“Udah, kamu tinggal pake jasnya aja,” balasku. Mas Jeffry kemudian berjongkok di hadapanku. Dia memainkan tangan Al dan mengecupi pipi putra kami.

“Al, doain Papa ya. Semoga urusan hari ini lancar,” kata Mas Jeffry.

“Pasti Al doain dong Pa. Papa kayak gini 'kan buat Al juga,” sahutku.

Mas Jeffry tersenyum. Dia menatapku. “Buat kamu, dan Aru juga, buat keluarga kita. Jadi bertahan sebentar lagi ya, semuanya akan selesai.” Aku mengangguk, mempercayakan semuanya pada Mas Jeffry. Aku tahu suamiku bisa melakukan yang terbaik untuk keluarga kami. Mas Jeffry lantas berdiri, dia mendaratkan bibirnya di bibirku, kuberikan irama terbaik sebagai upaya menyemangatinya. Setelah puas, Mas Jeffry mengecup keningku, dan tak lupa memberikan kecupan hangat juga pada Al. “Aku berangkat Moy, kalau mau nonton siarannya jangan lupa siapin popcorn,” canda Mas Jeffry.

Aku terkekeh. “Semangat sayang!”

Pukul sebelas siang, aku, Aru, dan Mbok Arum sudah duduk di ruang keluarga, menunggu acara konferensi pers Mas Jeffry yang akan disiarkan langsung di stasiun televisi milik mertuaku. Untungnya Al hari ini tidak rewel, dia sedang bermain dengan dunianya sendiri di atas bouncer yang ditaruh dibawahku. Jadi aku bisa fokus pada televisi di depan sana. “Keren juga bapak gue,” celetuk Aru melihat Mas Jeffry yang sedang berjalan masuk ke ruang konferensi. Aku menyetujui Aru, Mas Jeffry tampak sangat luar biasa di depan sana. Sampai membuatku tiba-tiba berpikir, mengapa orang setampan Mas Jeffry memilih diriku yang cantik saja tidak, sebagai teman hidupnya.

DUA BARUNA [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang