JANGAN LUPA KOMENNYA!!!!
.
.
.Setelah kemarin-kemarin sibuk dengan pekerjaannya dan tak memiliki banyak waktu untukku, tiba saatnya aku dan Mas Jeffry berlibur bersama, hanya berdua, tanpa Al atau keluarga yang lainnya. Aku dan Mas Jeffry pergi ke daerah Jawa Timur, tepatnya di Taman Langit Gunung Banyak, udara di sini benar-benar menyegarkan, karena letak villanya yang dikelilingi oleh pepohonan rindang, viewnya juga tak kalah keren memanjakan mata, salah satu alasan mengapa aku memilih tempat ini sebagai tempat berlibur. Terhitung sudah tiga hari aku dan Mas Jeffry berada di sini, jauh dari hiruk pikuknya perkotaan. Setiap pagi kami disambut cerah dengan sang surya dan suara kicauan burung yang merdu. Aku meraba kasur di sampingku begitu membuka mata, tapi tak kutemukan seorangpun di sana. Lantas, aku mengalihkan pandangan ke balkon kamar, Mas Jeffry tanpa pakaian atasnya, terlihat berdiri di sana sedang memberi makan burung-burung. Kedua sudut bibirku terangkat, pemandangan yang indah bagiku.
Aku beringsut turun dari ranjang sambil memegangi selimut yang menutupi tubuhku, lalu kuhampiri si lelaki yang semalam memimpin jalannya pergulatan terpanas minggu ini. “Pagi sayang,” sapaku kemudian mendaratkan kecupan singkat di pipi gembul Mas Jeffry.
Mas Jeffry melihatku. Dia tersenyum. “Pagi cil!” sahutnya.
Kudorong pelan dada Mas Jeffry. “Bocil mulu panggilannya, padahal aku udah emak-emak.”
Mas Jeffry terkekeh. Dia kemudian merangkulku, menarik daguku agar memandang matanya. “Bira jangan marah-marah~ Takut nanti lekas tua~”
“Kamu yang tua,” balasku.
“Gak apa-apa tua, asal stamina oke.”
“Kalau kamu sih oke banget,” kataku.
“Haha bisa aja istriku.” Mas Jeffry mengecup bibirku singkat, tapi detik selanjutnya dia kembali menanamkan ciumannya, lebih dalam dan sedikit agresif. Aku memejamkan mata, tak tahu apa yang terjadi, namun kurasakan kakiku tak lagi menapak di lantai. Ditambah rasa dingin begitu menusuk kulitku, padahal aku mengenakan selimut. Dan saat kelopak mataku kembali terbuka, kutemukan diriku sudah terbaring di ranjang tanpa sehelai benangpun, termasuk selimut tadi. “Lagi yuk?” ajak Mas Jeffry.
“Bukannya alasan kita gak ngajak Al buat ini?”
Mas Jeffry menampilkan senyum miringnya. “Iya juga. Supaya aku bisa milikin Mamoynya seutuhnya.”
“Terbalik Mas, supaya aku bisa milikin kamu seutuhnya tanpa diganggu Ragnala.” Aku membalik posisi kami, Mas Jeffry berbaring di kasur, sementara aku di atasnya. Kuikat rambutku asal, menampakkan leher jenjangku yang masih terdapat jejak bekas pergulatan semalam. “Gantian aku yang ambil alih, dari semalem kamu mulu.”
Mas Jeffry mengusap perut rataku. “Silahkan, dear.”
Tak terhitung sudah berapa kali kami berdua mendapatkan pelepasan, keadaan kasur menjadi mengenaskan. Sprei kusut akibat remasan-remasan tanganku dan Mas Jeffry. Kerinduan kami akan sentuhan satu sama lain selama beberapa minggu terakhir terbayarkan. Tak terburu-buru, dan berusaha memuaskan masing-masing pihak. Pergulatan itu berakhir diiringi erangan panjang Mas Jeffry, aku terkekeh melihat wajah dan telinganya yang memerah. “Huh, puas banget aku Ra,” kata Mas Jeffry.
“Aku juga puas. Sekarang kamu mandi dulu sana, nanti aku buatin sarapan.”
Mas Jeffry mengangguk. Dia mencuri kecupan singkat di bibirku sebelum beranjak turun. “Semoga adeknya cepet jadi ya Moy.”
“Aamiin.”
🦝
Tidak cuma tentang kerja sama membuat adik untuk Al, aku dan Mas Jeffry juga pergi berkeliling melihat-lihat pemandangan sekitar untuk menyegarkan mata. Kami berdua berjalan bergandengan menyusuri taman sekitar. Dibanding pantai, aku lebih menyukai daerah pegunungan semacam ini, berbeda dengan Mas Jeffry yang lebih menyukai pantai. Untungnya Mas Jeffry paham akan kesukaanku, jadi dia tak mempermasalahkanku yang memilih lokasi ini. Katanya kemanapun tujuannya, asal bersamaku dia tidak keberatan. Bucinnya suamiku. “Aduh Mas.” Langkah kakiku terhenti, kupegang erat-erat jemari Mas Jeffry.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA BARUNA [END✔]
Fanfiction[17+][bukan BL]Kabira, dikenalkan pada Aru oleh orang tuanya dengan maksud akan dijodohkan. Namun gadis yang akrab disapa Bira itu jatuh hati pada Papa dari Aru, dia adalah Jeffry. "Jangan pindah hati ke Baruna lain, kamu cuma milik aku."