Komennya jangan lupa!😡
Kalau lupa, asem lupa update juga nih😏
.
.
.Seusai makan malam, aku membawa Al ke kamarku agar dia tidur. Tapi Al tak kunjung tidur, dia hanya menangis di pelukanku. Al masih kaget dengan kejadian yang baru terjadi beberapa menit lalu, di mana dirinya dibentak oleh Ayahku karena melempari batu ke dalam kolam ikan kesayangan Ayah. Aku yang tak mau memperpanjang masalah, langsung meminta maaf pada Ayah atas kesalahan Al. “Mamoy, Al mau puang. Dak mau di cini,” ujar Al di tengah isakannya. Hingusnya sampai keluar akibat terlalu banyak menangis.
“Ini rumah Kakek sama Nenek, rumah Al juga,” kataku. Kuusap pipi gembul Al. “Al mau 'kan bobo di sini?”
Al menggeleng. “Al takut Moy.”
“Kenapa? Kalau Al mau bobo di sini, nanti Al dibeliin mainan sama Papa.”
“Ada Akek, Al dak mau.”
Aku tersenyum tipis. Sakit sebetulnya saat Ayah bilang kalau Al anak nakal, tapi aku paham akan watak yang Ayah miliki. Jika aku melawannya lagi, entah kapan hubungan kami bisa membaik. “Harusnya Al seneng kalau ada Kakek. Kakek itu orang baik, kalau Al nurut sama Kakek, Kakek bakal beliin mainan buat Al. Kakek gak jahat kok, Mamoy aja dulu dibeliin banyak mainan sama Kakek.”
“Dak jahat Moy?” tanya Al.
Aku menyeka air mata Al yang membasahi pipinya. “Enggak, Kakek baik kayak Papa. Tapi besok Al harus minta maaf dulu sama Kakek, soalnya Al udah lempar batu ke kolam Kakek. Kasian 'kan ikannya Kakek hampir sakit gara-gara Al?”
Al hanya diam, dia tak menjawab pertanyaanku.
“Al mau minta maaf sama Kakek?” tanyaku lagi.
“Takut...” lirihnya.
“Mamoy temenin deh. Mau ya?” bujukku. Dan akhirnya Al mengangguk. Aku mengacak rambut Al gemas. “Pinternya anak Mamoy. Yaudah yuk bobo. Tutup matanya.”
“Papa cama cucunya beum dateng,” kata Al. Tak berselang lama, Mas Jeffry masuk ke dalam kamar sambil membawa botol susu Al, aku yang menyuruhnya membuatkan susu formula tadi. Melihatnya Al kegirangan. “Papa cucu Al!” pintanya. Mas Jeffry lantas memberikan botol susu tersebut yang langsung diminum oleh Al.
Mas Jeffry kemudian mengambil tempat di ujung kiri, posisi kami sekarang mengapit Al. “Jangan cengeng ya nak, betah-betah di sini,” kata Mas Jeffry seraya mengusap-usap kening Al. Keberadaan Mas Jeffry di sisi Al sangat membantu, terbukti setelah Mas Jeffry mengusap-usap keningnya, Al mulai mengantuk dan akhirnya terlelap. Padahal susu di botolnya masih tersisa setengah. Aku menyingkirkan botol susu Al, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh kami bertiga. Selama beberapa menit, tak ada yang bersuara di antara aku dan Mas Jeffry, perhatian kami kompak tertuju pada Al. Wajah damainya saat tidur, membuatku merasa bersalah karena tak bisa berbuat banyak saat Ayah membentaknya. “Besok kita pindah ke rumah Aru ya Moy, aku gak tega liat Al nangis kejer kayak tadi,” ujar Mas Jeffry.
Aku mengangguk pelan. “Tapi besok Al mau minta maaf dulu sama Ayah.” Aku menatap Mas Jeffry. “Walau Ayah gak suka sama kita, tapi aku gak mau Al benci sama Kakeknya.”
Mas Jeffry menghela napasnya. “Semoga aja pandangan Ayah terhadap kita bisa berubah ya sayang.”
“Aamiin.”
“Yang?” panggil Mas Jeffry.
“Kenapa?”
“Nen juga dong.” Spontan aku menyilangkan tangan di depan dada. Kupelototi suamiku yang dibalas decakan olehnya. “Seminggu aku gak di manja lho gara-gara sibuk ngurusin pindahan kita.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA BARUNA [END✔]
Fanfiction[17+][bukan BL]Kabira, dikenalkan pada Aru oleh orang tuanya dengan maksud akan dijodohkan. Namun gadis yang akrab disapa Bira itu jatuh hati pada Papa dari Aru, dia adalah Jeffry. "Jangan pindah hati ke Baruna lain, kamu cuma milik aku."