52. Publikasi

1.3K 229 155
                                    

Cia yang kemarin gak ngerti sama 'ikat rambut' pokoknya rambut atas ya, bukan bawah😭😭😭

.
.
.

Pemandangan yang pertama kulihat begitu bangun tidur adalah wajah Mas Jeffry yang damai dalam tidurnya. Dia kelihatan seperti bayi jika sedang tidur seperti ini, padahal jika sudah urusan ranjang, dia ganas dan tak kenal ampun. Tanganku bergerak mengusap pipi Mas Jeffry yang mulai berisi kembali. Memang benar aku dan Mas Jeffry sering melakukan hubungan intim, tapi semalam rasanya sangat berbeda, setiap napas, keringat, dan erangan yang kukeluarkan terasa lebih nikmat dari biasanya. Mungkin karena aku dan Mas Jeffry melakukannya dalam hubungan yang sah, tidak seperti sebelum-sebelumnya. “Aduh Mas sakit.” Aku spontan menarik tanganku saat Mas Jeffry tiba-tiba menggigitnya. Suamiku benar-benar usil. “Aku kira kamu belum bangun,” kataku.

Mas Jeffry terkekeh. “Tadi belum, sekarang udah.” Mas Jeffry merapatkan tubuhnya ke tubuhku, dia lalu memelukku dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leherku. “Kamu ngerasa gak sih Moy kalau semalem itu nikmaaaaat banget? Lebih nikmat dari biasanya,” tanya Mas Jeffry. Ternyata dia memiliki pemikiran yang sama denganku.

“Iya, kita udah sah soalnya,” sahutku.

Mas Jeffry mendongak, dia menatapku. “Oh iya ya kamu udah jadi istri aku,” katanya.

“Yaampun Mas, belum juga genap empat puluh udah pikun,” cibirku.

“Hehe bercanda sayang, masa aku lupa sih kalau punya istri cantik kayak kamu?” Mas Jeffry kemudian bangun dari baringannya, dia lantas duduk bersandar pada kepala ranjang. Di usapnya kepalaku dengan lembut. “Akhirnya ya Ra, hubungan kita berlabuh di dermaga. Kamu dan aku udah menikah, kita udah jadi sepasang suami istri. Mulai sekarang, kamu dan anak-anak kita nantinya jadi tanggung jawab aku, gak perlu sungkan kalau ada hal yang mau kamu sampaikan ke aku.”

“Kamu bahagia?” tanyaku.

“Sangat. Kamu gak percaya?” tanya Mas Jeffry. Aku diam tak menjawab. “Perlu dengan cara apa aku buktiin ke kamu supaya kamu percaya kalau aku sangat bahagia dengan hubungan baru kita?”

“Aku percaya sama kamu, mata kamu gak bisa bohong.” Kupeluk Mas Jeffry erat. “Aku sayang sama kamu Mas.”

“Aku juga. Tapi...” ucapan Mas Jeffry menggantung, aku menatapnya penuh tanya. “Tolong kamu sayangi Aru juga seperti anak kamu sendiri. Aku tau itu pasti gak mudah buat kamu, kamu harus jadi ibu dari temen sebaya kamu. Bahkan ibu dari laki-laki yang awalnya mau dijodohkan dengan kamu.” Ini yang aku khawatirkan sejak aku mengambil keputusan untuk menerima Mas Jeffry sebagai suamiku. Aru, aku takut tidak bisa menyayanginya seperti anakku sendiri, aku takut jika tanpa sengaja sikapku membeda-bedakan antara Aru dan anak kandungku. Apalagi umurku dan Aru yang sebaya, membuat kekhawatiranku semakin bertambah saja.

“Kamu bantu aku untuk jadi ibu yang baik ya Mas, bukan cuma untuk Aru, tapi anak-anak kita juga nantinya,” pintaku.

Mas Jeffry mengangguk. “Iya, kita sama-sama belajar ya. Kamu juga 'kan tau selama ini aku belum bisa jadi orang tua yang baik buat Aru.” Aku menyunggingkan senyum. Semoga saja kami berdua kedepannya bisa menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak kami. “Oh iya Ra, soal hubungan kita. Boleh aku publikasiin sekarang? Supaya kita gak perlu ngumpet-ngumpet lagi, aku mau kasih tau dunia, kalau hidup aku udah sempurna karena ada kamu dan Al di sisi aku.”

“Aku gak masalah. Tapi kalau Al lahir nanti, aku gak mau muka Al di publikasiin ya Mas. Al mungkin masih kecil, tapi dia juga butuh privasi. Nanti kalau Al udah besar, terserah dia mau ngenalin dirinya ke publik sebagai anak kamu atau enggak.”

DUA BARUNA [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang