Double Update!!!!!!
Kalau ada eror di hapus dulu dri library yaaa
.
.
.“Dis please lo mau ya gue ajak kerja sama?” Aku menarik-narik tangan Gladis seraya berjalan keluar kelas.
Gladis berdecak pelan. Dia menghentikan langkahnya yang membuat langkahku juga ikut berhenti. “Bokap lo tuh galak Ra, gue takut.”
“Tapi bokap gue percaya banget sama lo dibanding temen gue yang lain.” Sejak tadi aku sedang mencoba membujuk Gladis agar mau membantuku meminta izin pada Ayah, lebih tepatnya berpura-pura meminta izin. Om Jeffry mengajakku pergi ke Milan minggu ini, kami akan berpergian selama satu minggu. Tapi tidak mungkin untukku meminta izin kepada Ayah secara langsung mengenai ajakan Om Jeffry. Bisa-bisa aku tak boleh keluar kamar. Jadi aku meminta Gladis, menyuruhnya untuk berpura-pura mengajakku pergi ke Bali, ke tempat keluarga Gladis meski sebenarnya tidak. Kenapa harus Gladis? Satu-satunya dari orang terdekatku, hanya Gladis yang Ayah percaya karena kami sudah bersahabat sejak kecil. Keluargaku dan keluarga Gladis juga saling mengenal dan dekat. Bahkan jika Ayah atau Ibu sedang di luar kota, mereka akan meminta Gladis untuk menemaniku di rumah.
Sekarang, satu-satunya cara agar aku bisa pergi bersama Om Jeffry ke Milan hanya Gladis. “Lagian lo mau ngapain ke Milan?” tanya Gladis. Dia belum kuberitahu secara mendetail mengenai alasanku akan pergi ke Milan. Termasuk perihal hubunganku dan Om Jeffry.
“Tapi lo jangan bilang siapa-siapa,” kataku.
“Gue mau bilang siapa? Media? Wartawan? Lo bukan artis, Kabira.”
Aku mendengkus. Kutarik tangan Gladis ke tempat yang lebih sepi, menghindari keramaian karena tidak ingin di dengar orang lain. “Sebelumnya gue pernah bilang sama lo 'kan soal perjodohan gue?” tanyaku. Gladis mengangguk.
“Sama yang anak teknik itu?”
“Iya, Aru namanya. Mungkin kedengerannya agak aneh, apalagi buat lo yang pengejar cowok seumuran.”
“Ra gak usah muter-muter,” kata Gladis.
“Gue...gue bakal pergi ke Milan sama bokapnya Aru.”
“Ra lo gila?! Bokapnya Ar—hmph.” Aku menutup mulut Gladis dengan tanganku. Aku sudah tahu responnya akan begini, keputusan tepat membawa Gladis ke tempat sepi. Gladis menyingkirkan tanganku dari mulutnya. “Lo gila? Ngapain anjir? Kalau ketauan sama istrinya gimana?” tanya Gladis dengan suara lebih pelan.
“Duda, dia duda. Lo gak perlu khawatir gue jadi pelakor.”
“Tapi Ra, lo dijodohinnya sama Aru, bukan bokapnya.”
“Iya, makanya gue mau minta tolong sama lo buat bantuin gue. Gue sama Om Jeffry punya perasaan satu sama lain. Tapi gak mungkin banget buat ngaku ke Ayah sekarang-sekarang ini. Bisa habis di omelin gue. Kemungkinan terburuknya gue bakal dinikahin sama Aru lebih cepet. Gue gak mau nikah sama cowok yang gak gue cinta Dis.” Aku memasang wajah memelas, berharap Gladis akan luluh. “Emangnya lo mau liat sahabat lo nikah, tapi gak bahagia?”
Gladis menggeleng. “Ya gak maulah.”
Aku tersenyum. “Makanya, bantuin gue oke?”
Gladis menghela napas panjang. “Iya gue coba. Tapi gue gak jamin bakal berhasil ya.”
Aku memekik girang. “Makasih Gladis! Gue yakin lo berhasil kok.”
“Biraaaa!” Amora, temanku berlari menghampiriku. Napasnya terengah-engah saat di hadapanku dan Gladis.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA BARUNA [END✔]
Fanfiction[17+][bukan BL]Kabira, dikenalkan pada Aru oleh orang tuanya dengan maksud akan dijodohkan. Namun gadis yang akrab disapa Bira itu jatuh hati pada Papa dari Aru, dia adalah Jeffry. "Jangan pindah hati ke Baruna lain, kamu cuma milik aku."