Semisal asem jarang update mohon maaf yaa, soalnya asem juga disibukkan sama RL hehehe
.
.
.Satu minggu. Sudah satu minggu Papa, Bira, dan Al pergi dari rumah, dan selama itu pula aku merasa kosong dan hampa. Aku marah, aku kesal ketika Papa membuat keputusan untuk pergi membawa Bira dari rumah bahkan pindah ke Milan. Aku mencintai Bira, tapi tidak ada yang mengerti soal itu. Bahkan Bira sekalipun, dia hanya bisa menyakitiku dan menunjukkan kepadaku kalau dia hanya mencintai Papa. Tidak bisakah Bira mencoba memberikanku kesempatan? Aku melemparkan makanan yang berada di depanku, memecahkan gelas yang berisi air, dan membuat orang-orang mendatangiku ke dapur, aku menjadi marah setiap kali memikirkan perasaanku yang tidak pernah Bira perdulikan. “Aru! Kenapa makanannya kamu lempar-lempar?!” Mama membentak. Semenjak Papa pergi dari rumah, Mama tinggal bersamaku di sini.
“Suka-suka aku. Ada Mbok Arum juga yang beresin.” Aku menunjuk Mbok Arum, lalu pergi meninggalkan dapur setelahnya.
“Kamu mau ke mana Aru? Kamu belum makan, kamu juga belum minum obat.” Aku yang sudah berada di ujung tangga, melihat Mama.
“Minum obat? Buat apa? Biar aku sembuh? Gak perlu Ma, aku mau mati.”
“Tutup mulut kamu!” Mama menghampiriku. Dia menampar wajahku keras-keras, hingga bagian wajah sebelah kananku mati rasa. “Kamu kenapa sih hah?! Sikap kamu selama satu minggu ini udah keterlaluan. Gak cuma sama Mama, tapi sama Mbok Arum juga diri kamu sendiri. Kamu gak kasian sama tubuh kamu? Kamu gak pernah makan, yang kamu pikirin cuma Bira dan Bira. Sadar Ru, Bira gak akan bisa jadi milik kamu sampai kapanpun.”
Hatiku panas mendengar ucapan Mama. “Kenapa gak bisa?! Aku punya Mama, selama ini Mama selalu ngasih apa yang aku mau, baju, uang, jadi kenapa aku harus takut gak bisa dapetin Bira?” Aku menggenggam tangan Mama. “Ma, aku tau Mama bakal ngasih apa yang aku mau, aku mau Bira mah, tolong bawa Bira ke kembali ke sini.”
Mama menepis tanganku. “Ru...” Dia menghela napas lalu menghembuskannya. “Harus berapa kali Mama bilang? Bira gak akan bisa jadi milik kamu walaupun kamu berusaha semaksimal mungkin.”
“Tapi Mama pernah buat Papa pergi supaya Bira bisa jadi milik aku. Mama lupa?”
“Mama gak lupa, Mama gak bisa ngelupain kesalahan Mama yang satu itu. Tapi saat itu Mama gak tau kalau Bira lagi mengandung Al, anak Papa kamu. Kalau aja Mama tau, Mama juga gak mungkin minta Papa kamu untuk pergi.” Mama memijat pelipisnya sendiri. “Ru, Mama minta tolong banget sama kamu, lupain Bira, kamu harus mulai hidup yang baru. Mama denger dari Papa kalau kamu udah punya pacar, kalau gak salah namanya Gladis. Kenapa kamu gak fokus aja sama Gladis? Bira udah punya suami dan anak.”
“Gladis cuma pelampiasan aku. Aku sama sekali gak punya rasa sama dia. Di sini, di hati aku cuma ada Bira, dan sampai kapanpun gak akan pernah terganti. Aku cinta Bira Ma.”
“Lo obsesi sama dia, bukan cinta!” Aku sontak melihat ke arah pintu, ada Gladis berdiri di sana entah sejak kapan. “Cinta itu gak kayak gini, cinta itu rela berkorban demi bisa ngeliat orang yang lo sayang itu bahagia. Ru, Bira udah bahagia sama Om Jeffry. Lo harus terima itu.” Gladis sekarang sudah berdiri di samping Mama.
“Kalau soal ngomong doang itu gampang, tapi lo gak ngerasain gimana jadi gue. Gue sakit Dis pura-pura bahagia liat Bira sama Papa,” kataku.
“Gak ngerasain gimana jadi lo? Lo pikir gak sakit hah dijadiin pelampiasan doang kayak gini sama bajingan kayak lo?!” Gladis meneteskan air matanya. “Emang ya, gue tuh tolol banget kalau udah jatuh cinta. Padahal dari awal gue tau kalau lo belum bisa move on dari Bira, tapi bisa-bisanya gue dengan lapang dada nerima itu dan mikir kalau lo bakal membalas perasaan gue suatu hari nanti. Gue benci banget sama lo Ru.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA BARUNA [END✔]
Fanfiction[17+][bukan BL]Kabira, dikenalkan pada Aru oleh orang tuanya dengan maksud akan dijodohkan. Namun gadis yang akrab disapa Bira itu jatuh hati pada Papa dari Aru, dia adalah Jeffry. "Jangan pindah hati ke Baruna lain, kamu cuma milik aku."